30

94 1 0
                                    

Kemudian berdiri salah satu di antara mereka, yakni Azizah Adrimah:

“Assalamuallaikum kawan-kawan semua. Seadil-adilnya manusia di bumi ini masihlah adil Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan telah mengatakan ‘Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya’”.

“Tuhan menciptakan manusia dengan dua mata, dua telinga, dan satu mulut. Tujuannya supaya kita bisa melihat dan mendengar lebih banyak dari pada berbicara. Tentu sangat adil. Mata dan telinga adalah alat untuk menangkap, mata menangkap pemandangan, dan telinga menangkap bunyi. Sedangkan mulut adalah alat untuk mengeluarkan suara. Pemandangan dan bunyi sifatnya tak terbatas sehingga Tuhan memberikan kita dua mata dan dua telinga. Sedangkan suara yang kita keluarkan sifatnya terbatas sehingga Tuhan memberikan kita hanya satu mulut.”

“Dengan banyak mendengarkan dan melihat maka outputnya kita banyak tahu. Kita lebih paham tentang isi dunia dan kejadian-kejadian di dalamnya. Pemandangan indah yang tak terbatas bisa kita nikmati sepuasnya. Nada-nada indah juga bisa kita dengarkan sepuasnya.”

“Tuhan juga menciptakan mulut dengan segala fungsinya. Berbicara, berdoa, bernyanyi, dan berteriak. Mulut kita memang hanya satu, tapi dengan mulut tersebut manusia bisa memecah belah persaudaraan, dan menghancurkan seluruh pemandangan yang ada di dunia ini. Dengan mulut, manusia juga bisa menciptakan kebijakan yang salah. Namun dengan mulut juga, manusia bisa mengumpulkan manusia-manusia lain untuk berkumpul dan saling bahu-membahu menyuarakan keadilan.”

“Jadi, mau kita apakan mulut kita saat ini?”

“Setuju kawan-kawan kalau kita gunakan mulut kita ini untuk menyuarakan keadilan?”

Tanpa komando seluruh ruangan meneriakkan kata setuju. Salah satu yang paling keras suaranya adalah aku.
*

Azizah Adrimah bukan sosok baru dalam kehidupanku. Kami sudah sering terlibat dalam kegiatan yang sama. Terutama dalam kegiatan yang berkaitan dengan organisasi agama Islam.

Aku mengenalnya sudah beberapa tahun yang lalu. Saat itu aku masih anak semesater tiga. Azizah satu tahun di atasku. Kebetulan aku turut menjadi pengurus untuk acara keagamaan di Maskam.  Salah satu senior yang turut menjadi panitia adalah Azizah. Tentu karena ia lebih tua dari padaku dan juga lebih senior maka kemudian aku memanggilnya Mbak Azizah.

Sosok seniorku ini cukup menggoreskan tintanya dalam lembaran putih hidupku. Hanya saja Sarasvati sudah lebih dulu menuliskan tintanya kepadaku.

Untuk kisahku dengan Azizah tidak aku ceritakan kepada Tomtom karena memang bukan menjadi kisah yang perlu diceritakan. Namun Bara mengetahui kisaku yang satu ini:

Azizah Adrimah adalah seniorku dalam organisasi. Pertemuan pertamaku dengannya terjadi seminggu setelah pertemuan pertamaku dengan Sarasvati.

Waktu itu aku turut aktif dalam mengelola berbagai kegiatan di Maskam. Karena kebetulan waktu itu momennya adalah Bulan Ramadhan. Salah satu yang menjadi kegiatan rutinku adalah kajian sore menunggu waktu berbuka.

Dalam kepengurusan kegiatan tersebut turut di dalamnya adalah Azizah Adrimah. Ia mengurusi bagian akhwat. Sedangkan aku dan beberapa teman mengurusi bagian ikhwan.

Hari pertama rapat untuk membahas kegiatan tersebut, masing-masing anggota diminta untuk saling mengenalkan diri. Dari situlah baru kutangkap tentang sosok Azizah.

Namanya memang cantik, namun aku belum bisa menebak bagaimana rupanya karena Azizah mengenakan niqab yaitu semacam hijab dengan cadar –yang menutup separuh muka– dan hanya memperlihatkan mata saja. Niqab merupakan pakaian ala timur tengah, namun tak sedikit pula perempuan-perempuan di Indonesia yang mengenakannya. Tujuannya selain untuk menutup diri sepenuhnya supaya tidak diganggu orang, juga untuk menjalankan sunnah.

Berdasarkan informasi yang kudapat dari para akhwat, ada beberapa macam fashion yang perlu diketahui.
Pertama yakni hijab. Hijab dalam arti kata adalah penghalang: sesuatu untuk menutupi kepala atau membungkus kepala. Di Indonesia sendiri hijab diartikan sebagai pembungkus kepala hingga menutup sebagian dada, lehar, dan rambut. Yang umum dipakai oleh perempuan di Indonesia yakni hijab. 

Kedua yakni jilbab. Jilbab sering diartikan hijab. Memang betul namun kurang tepat. Jilbab sendiri adalah bentuk hijab yang lebar dan menutupi penuh dari kepala sampai lebih dari perut ke bawah dan juga menutupi bagian belakang.

Ketiga yakni khimar. Khimar juga bentuk dari hijab. Bentuknya yakni menutupi bagian dada ke bawah dan tulang belakang.

Keempat yakni niqab. Niqab juga bentuk dari hijab hanya saja menutupi seluruh muka kecuali mata dan alis. Niqab juga lebar seperti khimar. Umumnya niqab memiliki warna hitam dan motif polos. Beberapa orang ada pula menyebut cadar. Cadar sendiri adalah kain untuk menutup sebagian muka. Umunya niqab sudah masuk di dalamnya kain cadar.

Kelima yakni burqa. burqa adalah pakaian yang menutupi seluruh bentuk tubuh, mulai dari kepala hingga ujung kaki. Bagian muka juga tertutup rapat. Hanya pada bagian mata kainnya lebih tipis atau berlubang kecil sehingga mata bisa untuk melihat.

Keenam yakni mukena. Mukena tentu semua orang sepakat, yakni pakaian untuk sholat.
Semuanya adalah pakaian yang dianjurkan oleh agama Islam bagi kaum perempuan muslim. Namun ada satu yang kadang orang salah mengartikan. Yakni tentang kerudung. Kerudung adalah penutup kepala yang tidak menutupi seluruh rambut, leher, muka, dan bagian dada. Penggunaan kerudung bisa kita lihat pada fashion pejabat wanita pada umumnya. Selain itu orang-orang desa terutama etnis Jawa dan Melayu juga kadang menggunakan kerudung.

Novel Gunung: MERAPI #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang