HARI TERBURUK

39 7 0
                                    

[9.] HARI TERBURUK.

Sudah dua jam lebih stevani berada di rooftop. Menangis sesengukan tidak berhenti. Berkali kali juga gadis itu ngumpat dengan kata kata kasar. Namun, tiba tiba ponselnya berbunyi menandakan seseorang sedang menelepon nya.

Papa calling..

Dengan segera gadis itu langsung hapus air matanya dan mencoba menstabilkan dirinya.

"Hallo pa?"

'Kamu dari mana aja kok lama angkatnya'

"Vani lagi sibuk,pa."

'Papa cuman mau kasih tau, nanti kamu dijemput supir terus papa mau ngenalin kamu sama mama baru kamu--'

"Paa" ucap gue ngepotong omongan papa gue.

'Kamu harus nurut! Pokoknya kamu nan--'

Tut..

Stevani memutuskan sambungan telfon sepihak.  Gadis itu merasa tuhan benar benar tak adil bagi gue. Gadis itu mulai menangis sejadi-jadinya. Bahunya bergetar dan nafas yang tidak karuan.

Stevani bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pembatas rooftop. Hari ini Stevani ingin mengakhiri hidupnya. Namun, saat ia ingin menaiki pembatas rooftop itu--

"LO GILA??" kata seseorang laki laki yang baru aja datang dari arah pintu. Laki laki itu langsung berlari menghampiri Stevani.

"Ayo turun!"  laki laki itu langsung menarik tangan Stevani dan langsung mendudukinya dikursi.

"Karena cinta?lo jadi kayak gini?iya?" tanyanya memegang bahu Stevani dengan sangat kuat hingga sang empuh kesakitan dan meneteskan air mata beberapa kali.

"Gue udah pernah bilang kan van, kalau ada masalah cerita selesaiin baik baik jangan berbuat gila kayak gini" Rey langsung memeluk tubuh Stevani yang bergetar, ya laki laki itu adalah Rey.

"Cerita van, cerita jangan kayak gini van" lirihnya Mengeratkan pelukan stevani. Seketika tangan Stevani terulur untuk membalas pelukannya.

"Rey hikss hikss barr..bara man..ma mantan g..gue rey hiks hiks, ta..ta tadi gue ke..ketemu sama di..a di kamar m..andi.." ujarnya tak karuan dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Gu..gue ga..gak kuat Rey" Stevani langsung menenggelamkan wajahnya dileher Rey.

"Udah udah van gue udah tau soal itu, lo tenangin diri dulu baru cerita"

"L..lo? Udah t..au?" kata gue sambil ngelepas pelukan.

"Sorry van, mungkin gue terdengar lancang tadi pas gue kekamar mandi gak sengaja denger percakapan kalian berdua."

"Hikss hikss hikss gue bener bener rapuh rey, g..gue kangen ma..ma gue, g..gue pengen ketemuu, hikss tap..tapi papa gue ngelarang gue rey hikss hikss." Tangis gadis itu langsung menjadi jadi. Tangan Rey terulur untuk mengelus punggung gadis itu.

"Taa..tadi papa gue nelfon gue hiks hiksss d..dia mau ngenalin.. istri barunya it..itu"

"Udah van, udah lo cuman perlu bahagia van, lo rapuh van gak seharusnya lo kayak gini, ikutin apa kata papa lo van. Gimanapun juga dia papa lo"

"Soal mama lo, gue bakal bantu supaya lo bisa ketemu sama mama lo lagi." Stevani langsung melepaskan pelukannya dan menatap Rey nanar.

"Lo berani janji?" Tanya Stevani.

"Gue gak bisa janji van, janji itu cuman buat kalimat penenang. Tapi gue bakalan berusaha buat bisa bantuin lo ketemu mama lo"

"Makasih rey!makasih!" Stevani langsung memeluk tubuh Rey kembali.

STEVANIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang