6. Goodbye Not?

246 28 5
                                    

Yohan akhirnya pulang pagi ke rumahnya. Semalam ia tidak izin terlebih dahulu juga tidak memberitahu orangtuanya bahwa ia akan menginap di rumah Junho. Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi padanya saat ini.

Hari Minggu, jika sedang tidak ada dinas keluar, papanya pasti akan ada di rumah. Yohan hanya berharap papanya sedang dinas keluar.

Sayangnya ini hari sial Yohan. Suho sedang dirumah, duduk di sofa ruang tengah dengan ikat pinggang di tangannya. Sudah bisa menerka apa yang akan terjadi pada Yohan?

Iya. Yohan dimarahi habis-habisan. Atau lebih tepatnya, ia dihajar habis-habisan oleh Suho.

"Sayang sudah... berhenti sayang. Kau menyakitinya.", lirih Irene berusaha menahan tangan suaminya agar berhenti memukul anak sematawayangnya.

Namun Suho tidak mempedulikannya. Ia memukul Yohan tanpa henti, sementara Yohan hanya bisa menerima pukulan demi pukulan dalam diam. Ia tidak bisa melawan sama sekali. Bukan karena tidak mampu, tapi tidak bisa.

~

Yohan masuk ke kamarnya, dengan lebam di sekujur tubuhnya. Sakitnya tidak seberapa, lebih sakit pernyataan atau lebih tepatnya perintah yang diberikan Suho padanya tadi.

"Besok kamu berangkat ke Amerika. Tidak ada lagi alasanmu untuk tetap disini. Ujian akhirmu kamu ikuti secara online disana."

"Tapi..."

"Kamu berangkat, atau jangan harap bisa bertemu dengan Cha Junho lagi."

Sekali lagi tangan Yohan mengepal geram.

"Sudah kubilang jangan ganggu dia.", balas Yohan dengan nada sedikit meninggi.

"Masih untung papa belum menyentuhnya sedikit pun. Kamu yang akan menentukan nasibnya."

Yohan benar-benar marah saat ini. Rasanya darahnya mendidih. Jika bisa ia ingin sekali melampiaskannya.

Tok... tok...

"Yohan...", panggil Irene begitu masuk ke dalam kamar anaknya. Yohan lalu duduk di atas kasurnya.

"Hmm? Kenapa ma?", tanyanya.

"Kamu gapapa?", tampak jelas kekhawatiran Irene.

"Hehe gapapa ma. Yohan kan atlet taekwondo, yang tadi mah ga seberapa.", jawab Yohan. Memang benar salah satu alasan Yohan akhirnya ingin mendalami taekwondo adalah karena ia ingin menjadi kuat agar bisa membela dirinya.

Meski begitu, ia tahu ia tidak boleh memukul papanya. Bagaimana pun, Suho tetaplah papanya. Selama ini juga Yohan hidup dengan uang hasil kerja keras papanya. Ia bersyukur ia tidak kekurangan sama sekali.

"Maafkan mama, tidak bisa melindungi kamu.", Irene merasa begitu bersalah pada anaknya.

"Eii, mama ga salah ma. Yohan gapapa.", ujar Yohan berusaha meyakinian mamanya.

"Kamu kenapa kemarin ga bilang mau ngingap di luar?", tanya Irene kemudian.

"Papa mana mungkin izinin. Apalagi kalau aku bilang aku nginap di rumah Juno.", jawab Yohan sendu.

"Tapi kamu juga ga bilang ke mama.", ujar Irene.

"Hehe maaf ma. Lagipula tanpa aku beritahu pun papa pasti tahu kan aku ngingap dimana semalaman ga pulang.", kata Yohan kembali.

"Kamu gimana Yohan? Kamu bakal benar-benar berangkat?", tanya Irene lagi.

"Aku ga bisa bantah papa, ma. Apalagi kalau papa udah bawa-bawa Juno. Aku akan berangkat, nurutin keinginannya papa. Aku mau minta tolong sama mama, boleh?", ujar Yohan pasrah.

[✔] My Only One [Minhee x Junho x Yohan] Yojun x DeulchaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang