🌵🌵🌵🌵🌵
Menjelang malam, tanpa sadar Kanaya sudah berada di halaman rumah Rafa.
"Apa gue harus masuk? Tapi gimana kalo Rafa ngusir gue?" Ujar Kanaya pada dirinya sendiri. Ia masih bingung sampai akhirnya ia memberanikan diri untuk membunyikan bel yang ada dirumah itu.
"Siapa yah?" Sosok yang muncul dibalik pintu itu membuat jantung Kanaya semakin berdebar kencang.
"Eh Kanaya sayang?" Yah sosok itu merupakan ibu dari Rafa.
"Tante" ujar Kanaya.
"Ayo masuk sayang. Untung banget Kanaya datang kerumah Tante hari ini" Ujar ibu Rafa. Yah selama mereka pacaran, bisa dihitung jari berapa kali Kanaya datang kerumah Rafa. Saking jarangnya.
"Maksud Tante?" Ujar Kanaya dengan perasaan bingung.
"Mendingan kamu ke kamar Rafa aja yah. Kamarnya ada di lantai dua paling pojok kanan"
"Tapi tan....." Belum selesai Kanaya berucap.
"Tante percaya sama kamu, sayang. Mohon bantu Tante yah" setelahnya ibu Rafa pun pergi meninggalkan Kanaya.
🌵🌵🌵🌵🌵
Kanaya masih mematung didepan pintu kamar didepannya itu.
Kanaya merasa jantungnya sedang ber-party ria. Dia begitu deg degan untuk masuk ke dalam kamar tersebut atau hanya berdiri terus menerus menatap kamar itu.
"Gue harus bisa. Lo pasti bisa, Nay!" Kanaya menyemangati dirinya sendiri.
Selangkah demi selangkah Kanaya mendekati pintu bercat hitam itu. Kanaya mengetuk-ngetuk pintu itu.
Sampai pada ketukan ketiga, pintu tersebut belum juga terbuka. Kanaya memberanikan diri untuk memutar kenop pintu itu.
Kanaya mendorong secara perlahan pintu itu. Sampai pintu itu terbuka dengan sempurna. Betapa kagetnya Kanaya melihat bahwa didalam kamar tersebut sudah seperti kapal pecah.
Mata Kanaya menangkap sosok pria yang sangat dirindukannya sedang duduk di lantai dekat ranjang dengan menunduk menatap lantai serta tangan kanannya yang diperban.
"Ra....fa" Entah keberanian darimana, Kanaya bisa mengeluarkan suaranya untuk menyebut nama pria itu.
Pria itu mengangkat kepalanya dan menoleh kearah Kanaya. Rafa membelalakkan matanya.
"Sayang?!" Sontak saja pria itu bangun dari duduknya dan berlari menuju Kanaya.
Ketika sampai didepan Kanaya, Rafa langsung memeluk erat wanita itu.
"Sayang, maafin aku. Aku mohon maafin aku. Kamu bisa pukul atau apain aku. Terserah kamu. Tapi plis jangan minta putus sama aku!?" Ujar Rafa sambil masih memeluk erat Kanaya.
"Raf" Panggil Kanaya pada Rafa. Namun, pria itu masih setia memeluk Kanaya. Seakan-akan Kanaya adalah berlian yang sangat berharga dan langkah.
"Sayang, aku gak bisa nafas" Rafa sontak langsung melepas pelukannya.
"Maafin aku!" Ujar Rafa kembali sambil menunduk menatap lantai tapi masih menggenggam erat tangan Kanaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Break | ✓
General FictionCOMPLETE 🌺🌺🌺🌺🌺 Kanaya berbalik pada Rafa. Rafa pun tersenyum lega ketika Kanaya mau kembali mendengar penjelasan nya. Namun, sebelum Rafa kembali berucap, Kanaya tiba-tiba..... "Aku mau kita putus!" Setelah mengucapkan kata itu. Kanaya langsung...