"san? sudah bangun?" aku mengecek ke belakang, tepat ketika kusadari bayangan seseorang lewat dari lorong menuju dapur.
kulihat di sana, lelaki itu duduk di kursi dekat sebuah meja, menopang dagu dengan wajah yang datar tanpa rasa.
"aku gak tidur," ucapnya ringan namun menusuk benakku-- lagi.
kuceritakan sedikit, soal ide gila yang yeosang buat dan campur tanganku didalamnya.
aku menyetujuinya.
tentang duplikasi choi san dalam bentuk sebuah cyborg-- manusia bukan dan robot juga tak sepenuhnya.
intinya, dia san tapi bukan.
kau mengerti?
soal konsekuensi, aku sudah pahami dan siap hadapi. toh ketimbang semua itu, aku lebih tak sanggup hadapi kenyataan bahwa san sudah tiada.
"ah..., iya... aku sarapan dulu ya?" san hanya diam, ekspresinya tidak berubah. aku menelan kecewa, namun kembali menyadarkan diri bahwa ini memang salah satu dari sekian banyaknya konsekuensi.
ketika san dibuat, yeosang memikirkan penelitian baru yang bisa membuat tubuh itu hidup setidaknya dengan ingatan yang dulu dimiliki tubuh manusianya, dia berhasil-- tapi besar resikonya.
karena seharusnya, robot itu tercipta dengan ingatan yang bersih dan belum terisi apa-apa. dengan temuan ilegal ini, lelaki gila itu sama saja memasukan data luar yang mungkin akan berefek pada tubuh robot itu sendiri.
dan aku pun sama gilanya, karena setuju dengan apapun yang yeosang katakan.
aku memutuskan untuk tinggal bersama san, karena sumpah-- penciptaannya benar-benar sebuah tindakan ilegal yang kalau tidak berakhir dengan dihancurkan-- ya digunakan untuk mendukung penelitian gila yang akan merusak dunia.
maka dari itu, dia ku'sembunyikan'.
"aku sudah mandi, nanti aku berangkat, kamu di sini aja sampai aku kembali,"
"sampai kapan?"
"sampai aku pulang kerja."
"bukan. sampai kapan kamu bakal ngurung aku di tempat ini?" pupilku sedikit gemetar, menatap wajah san yang masih bersih dari ekspresi.
dia benar-benar berbeda, san yang dulu adalah orang yang terbuka dengan perasaannya. apapun suasana hatinya, wajahnya adalah yang paling pertama menggambarkan.
sekarang, dia bahkan tak tau caranya tersenyum dan berkata sedingin itu padaku.
aku benci, sangat. namun kutekankan sekali lagi, ini konsekuensi.
",di ingatanku, ada tempat yang beragam warnanya, bentuknya, manusia yang ada di sana. aku gak bisa ngeliat itu di sini."
aku menggenggam tangannya, tangan yang dingin dan tanpa nyawa.
"nanti, kalau aku ada waktu. kita jalan-jalan keluar, oke?"
aku mengecup pipinya sebelum pergi, dan san pun masih tak bereaksi apa-apa.
kemudian aku kembali, mengecup bibirnya tanpa balasan serupa. di sana, hatiku sakit luar biasa.
"aku cinta kamu."
iya, aku tau dia tak akan membalasnya. tapi bukan berarti tak kan pernah.
san hanya perlu waktu menyesuaikan diri dengan ingatan sebelum kematiannya, san hanya perlu dilatih untuk menggunakan hati rakitannya itu untuk merasa, dan aku hanya perlu menunggunya.
:/ Bahasanya dibaku-in lagi biar lebih sedih, haha
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T KNOW WHAT TO DO : Choi San ✔
Short Story𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞𝐝 ❝pikirkan sekali saja, aku bisa apa kalau kamu tiada?❞ ft. choi san 23112019