EPILOG

2.2K 384 245
                                    











"livia....!"

livia hwang menengok ke luar jendela, rupa seorang lelaki terlihat sedang melambai ke arahnya.

dia segera berlari ke luar, "supirku udah dateng!" ujarnya gembira seraya mengunci pintu dan bersiap pergi.

"sini aku gandeng!" lelaki itu jung wooyoung, yang kini menggandeng livia menuju mobilnya.

"wah wah... ada apa nih tiba-tiba mau gandeng?"

"gak ada apa-apa, lagi mau sayang aja." jawab wooyoung santai yang langsung mendapat pukulan kecil dari gadis di sampingnya.

"berarti hari-hari biasa, aku gak di sayang?"

"ya sayang sih... yaudah deh kita berangkat aja, keburu tutup butiknya nanti."

"apasih, ini baru jam 7 pagi!"

"iya, tapi kalau nanggepin kamu debat, bisa selesai jam 7 malem nanti!"

"jung wooyoung!!!" dan sebelum gadis itu mengamuk, wooyoung buru-buru menancap pedal gas dan melajukan mobilnya.

selama perjalanan, mereka isi dengan tawa dan obrolan ringan. keduanya benar-benar bahagia sampai hampir menabrak mobil lain. dan meski begitu pun mereka tetap akan tertawa.

namun, di persimpangan jalan menuju butik, wooyoung berhenti tertawa. dia teringat akan sebuah hal.

"mau ngunjungin san?" begitu pula livia, gadis itu langsung berhenti tertawa.

ah..., seharusnya wooyoung tidak membahas itu saat livia sedang bahagia.

tapi akhirnya, gadis itu mengangguk dan membiarkan wooyoung mengantarnya menuju rumah pemakaman san.

"kamu nungguin gak?" itu pertanyaan spontan livia ketika turun dari mobil.

"gak bisa..., kamu ketemu san sendiri aja habis itu kalau udah selesai tinggal telpon, nanti dijemput." livia mengerutkan bibirnya.

"masa aku sendirian? emang kamu gak mau mengunjungi temenmu?"

"mau lah, cuma aku perlu urus gedung pernikahan, livia. pernikahan sebentar lagi 'kan?"

"kamu baik banget deh, pernikahan rata-rata yang ngurus kamu."

"apapun untukmu, livia sayang~"

"sayang matamu!" livia hampir melempar sling bag-nya namun wooyoung sudah lebih dulu pergi sambil tertawa lepas.

livia memasuki rumah pemakaman, karena kesibukan barunya sebagai pebisnis kuliner, dia jadi jarang mengunjungi makam san. tapi dia tetap ingat dimana abu jenazah lelaki kesayangannya diletakkan.

"hai, san. aku datang." begitu ujarnya sembari tersenyum pada sosok yang ada dialam pigura foto.

"aku mau bilang banyak hal tapi aku lagi buru-buru. aku mulai dari mana ya..." saking banyaknya hal yang ingin ia katakan, livia sampai tak tahu harus dari mana memulainya. "ah! kebahagiaan gak terduga yang kamu pernah bilang- aku udah nemuin itu."

perlahan, senyum itu terukir lebar. sesak yang livia rasa saat mengunjungi makam san juga perlahan berkurang.

"kebahagiaan itu bawa aku ke hari ini, 7 hari sebelum pernikahan datang. aku bakal menikah."

"gak kerasa udah 3 tahun berlalu, ya? kamu gimana di sana? udah tenang karena aku udah ikhlas ngelepas kamu?"

"san, aku udah jahat sama diriku sendiri. aku cinta kamu, tapi gak cinta sama diriku. jadinya, waktu kamu pergi, aku bener-bener ngerasa ikut pergi juga. rasanya mustahil untukku bisa kembali bahagia, padahal semua bergantung sama aku mau bahagia lagi atau enggak.

aku begitu cinta sama kamu, sampai menutup mataku untuk ngeliat kalau sebenarnya masih ada ribuan cara untukku bahagia. waktu itu, hal yang aku lakuin memang aku sesali sampai detik ini, tapi seenggaknya, itu ngasih aku pelajaran baru."

livia akhiri ucapannya dengan senyum, tanpa paksaan dan diukir tulus penuh kebahagiaan.

namun, senyumnya tak berlangsung lama, livia sadari kalau sisa waktunya tidak banyak.

"san, aku harus pergi. aku mau pilih baju pengantin soalnya, hehe. pernikahanku 7 hari lagi, kamu dateng ya?" setelah itu, ia memberi penghormatan sebelum keluar dari rumah pemakaman itu.

di luar sana, sudah datang yang katanya mau menjemputnya tadi.

"yeosang?"

"iya. ini aku." balas lelaki itu membuat livia memandang sinis.

"judes banget, heran!"

"berisik!" tukas yeosang kemudian menggandeng tangan livia, memasukkannya ke saku mantel miliknya seraya membawanya berjalan di pinggiran trotoar.

"kemana wooyoung?"

"harus kamu tanyain yang gak ada di sini?" yeosang tidak pernah berubah, dia selalu menyebalkan baik tutur atau pemikirannya.

"aku cuma tanya doang!" balas livia dengan kesal. dia memilih diam, hanya sesaat karena dia memang dasarnya tidak bisa diam kalau bersama yeosang.

ah... yeosang membencinya.

"oh iya, tumben kamu gak di lab jam segini? gak ada hal lagi buat di teliti?"

"kamu mau pilih baju pengantin 'kan?" tanya yeosang di luar topik pembicaraan, tapi tetap saja livia balas.

"iya, mau pilih baju pengantin.".

"gak etis 'kan kalau kamu milih baju pengantin tanpa pengantin laki-lakinya?"









san, soal kebahagiaan tak terduga yang pernah kau katakan, aku sudah menemukannya.

tidak ada yang menduga aku akan menjalin cinta dengan orang yang aku benci sebesar dunia.

lucu, sampai rasanya ingin kutertawakan nanti bersama anak cucu ku.

tapi, siapa pun orangnya yang bisa membuatku kembali bahagia setelah kehilanganmu, kau akan tetap senang 'kan di sana?

san..., aku bahagia. aku tepati keinginanmu waktu itu.

juga, aku sudah tahu apa yang harus kulakukan sekarang. terima kasih untuk pernah menjadi lelaki yang sangat mencintaiku, terima kasih untuk semua hal yang kau beri sebagai kenangan atau pelajaran.

terima kasih, karena berkatmu aku bisa hidup dengan bahagia, sekali pun bukan kau pendampingnya.

aku mencintaimu, dan akan terus seperti itu.











Don't Know What To Do is officially end
23.November.19 - 18.March.2O










Rate this

Antara 10-100 persen, berapa persen kepuasan kamu sama keseluruhan cerita ini?

DON'T KNOW WHAT TO DO : Choi San ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang