One-Two

1.4K 337 49
                                    











hari sudah berganti, namun mentari memang belum waktunya keluar. fajar yang dingin, bisikan angin sedikit mengganggu. sepersekian detik dari itu, livia membuka mata.

samar, telinganya bisa mendengar suara denting jam dinding. matanya belum bisa melihat dengan jelas, ia mengerjap beberapa kali. setelah sadar sepenuhnya, yang ia lihat pertama kali adalah kang yeosang yang terduduk di samping ranjangnya dengan mata terpejam.

yang ada di pikiran gadis itu hanya satu nama; choi san.

itu yang membuatnya memaksakan diri untuk bangun, yeosang pun kembali terjaga karena mendengar gerakannya.

lelaki itu dengan sigap membantu livia meski sebelumnya sempat melarang agar tidak bergerak dulu.

"kamu butuh sesuatu?" tanyanya, jika saja livia masih merasa sakit dan butuh dokter untuk memeriksanya.

"choi san." namun, jawabannya membuat yeosang merotasi sang dwi netra.

sang adam menghela napas pendek lalu bersuara, "nanti lagi bisa gak sih bucinnya? kamu baru sadar setelah 5 hari kritis!"

oh! benar'kah? selama itu?

livia kembali mengingat, rasa sakitnya bahkan masih terasa ketika mobil itu menghantamnya kuat, membuatnya terpental beberapa langkah.

waktu itu rasanya seperti livia sudah di ambang kematian, jadi jika dia hanya terbaring 5 hari di sini rasanya sungguh ajaib. dia pikir akan mati saat itu juga.

"di mana san?" tak mengindahkan ucapan yeosang, gadis itu masih menanyakan san.

yeosang kembali menghela napas jenuh. "di lab, rusak."

mendengar kata itu, livia sontak terkejut. yeosang sudah menduganya.

"jangan bercanda!" pekiknya pada si lelaki yang tampak tak peduli, "te-terus, gimana? dia masih bisa hidup 'kan?" gadis itu meremas mantel yeosang sembari menunggu kepastian.

yeosang lama-lama muak juga melihat betapa cintanya livia dengan san, sampai melupakan fakta kalau san lah yang membuatnya hampir meregang nyawa.

dengan kasar, yeosang melepas paksa genggaman livia dari mantelnya. merasa menyesal sudah peduli sementara yang dipedulikan malah memikirkan yang lain.

"dia cuma butuh waktu buat repairing, saya sudah benerin, tinggal nunggu sistem androidnya benerin dirinya sendiri."

penuturan yeosang sedikit membuatnya lega, namun livia tidak lupa akan satu hal.

"bukannya san rusak gara-gara kamu?" mendengar namanya disebut sebagai tertuduh, yeosang tak menanggapi lebih melainkan memindahkan fokus matanya menuju livia.

", sistem yang kamu buat itu yang udah bikin dia hilang kendali dan rusak 'kan?"

"kalau iya, kamu mau apa?"

"mau bunuh kamu kalau aku bisa. kamu tau 'kan gara-gara sistem itu masuk ke tubuhnya, dia hampir bunuh orang! dia hampir buat kekacauan dan itu bisa bikin dia dicurigai!"

"sudah dicurigai. videonya berkelahi sama orang itu sudah kesebar di internet, tinggal tunggu aja orang negara nyari dia buat diteliti."

livia meremas selimut yang membalutnya, dia menatap yeosang dengan geram, "kang yeosang!" kemudian membentaknya.

sungguh, dia sangat geram karena yeosang terlihat tak peduli sama sekali dengan san.

atau memang begitu?

dia bangun dari kursi dan tampak ingin pergi, tidak berniat melanjutkan debat itu.

"kamu baru siuman, saya gak mau bikin kamu sakit hati, jadi diam."

"kamu pikir aku bisa diam? tolong pikirin lagi apa yang udah kamu lakuin, kamu yang buat kekacauan ini, kamu gak bertanggung jawab sama benda ciptaanmu!"

yeosang sudah ada di depan pintu, namun tak membukanya karena perkataan livia agaknya perlu dia balas.

lelaki itu berbalik lalu mendekati livia, "dengar livia," ujarnya sebagai permulaan, "saya gak bisa membuat sebuah cyborg seperti san tanpa memakai sistem itu. saya sudah bilang kalau sistem itu dipakai untuk melindungi siapa? kamu. tolong pikirkan, siapa yang salah di sini. saya, yang masih mengawasi san kapan pun atau kamu, yang dengan percaya dirinya bawa dia bersentuhan langsung sama lingkungan seramai itu."

yeosang tidak memberinya celah untuk membalas, sampai akhirnya kalimat terakhir itu terucap-- dan livia kehilangan rangkaian kata yang semula akan dipakainya untuk membalas.

menang, kang yeosang memutuskan untuk pergi. namun dia sempat berhenti, guna memberi gadis itu sedikit tambahan, "lagi..., saya memang salah. saya memang gak bertanggung jawab karena menyerahkan san sama kamu."

gadis itu terperangah, ucapan yeosang benar-benar berlaku seperti ultimatum baginya.

livia tau maksud kalimat itu. yeosang yang membuat san, dia hanya punya dua pihak yang dia percaya bisa mengurus ciptaannya; livia, atau ilmuwan pemerintah.

livia tidak bisa biarkan hal itu terjadi.

"yeosang!" dia memanggil, namun yeosang sudah meninggalkan kamarnya. livia memaksakan diri lagi, melepas selang infus tanpa peduli darah segar mengalir darinya.

dia memang berniat mengejar yeosang, namun jung wooyoung masuk dan menahannya.

"livia! jangan!" meski melarang, infus itu sudah terlanjur dicabut paksa.

dalam dekapannya, gadis itu terus meronta. memaksa untuk pergi mengejar lelaki tadi.

"wooyoung, yeosang bakal misahin aku sama san! dia mau ngasih san ke ilmuwan lain!" jujur saja wooyoung terkejut mendengarnya, namun yang terpenting sekarang hanya bagaimana livia tidak memaksakan diri dan melukai dirinya lagi. itu bisa memperburuk keadaannya.

"gak akan...," jadi yang bisa wooyoung lakukan hanya memberinya sedikit penenang, meski dia juga tak tau apa yang gadis itu katakan tentang yeosang benar atau tidak.

"tapi, wooyoung~ aku harus bawa san pulang sekarang! nanti yeosang bakal ngasih dia ke orang lain!"

wooyoung tidak punya cara lain untuk memaksa gadis itu tetap disini, jadi ia memeluknya erat sembari menenangkannya, "itu gak mungkin livia, aku bakal bicara sama yeosang. aku gak akan biarin siapa pun ngambil san dari kamu."


"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku ini tim mana sih

LiviaSan, LiviaYoung apa LiviaSang?
🙃🙃🙃🙃🙃

By the way, THANK YOU FOR 3K+ READERS AND 900+ VOTES😍

DON'T KNOW WHAT TO DO : Choi San ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang