"bangun, susul dia."
aku terkejut, suara yeosang tiba-tiba menyapa. dia berjongkok dan memungut belanjaan-belanjaanku.
"kok kamu di sini?"
"saya ngawasin san. saya gak bisa kasih kepercayaan ke kamu."
"kenapa?" apa yang membuat yeosang tidak percaya padaku? apa aku mencurigakan bahkan untuk menjaga kekasihku sendiri?
"kamu tau dia robot, dia gak melakukan pengenalan dengan lingkungan sebelum dia keluar dari lab. saya cuma takut dia bereaksi di luar bayangan saya, bagaimana pun juga dia cuma bekerja pakai otaknya."
pantas saja tadi dia seperti tidak suka akan perlakuan penjaga kasir. tapi apa itu artinya san punya emosi?
daripada memikirkan itu, sepertinya aku hampir kehilangan jejak san. aku bangun dan menitipkan barang pada yeosang.
"bawain, ya? tolong."
"saya gak dateng buat jadi jongos kamu!"
"gak papa, sesekali. kapan lagi aku bikin sudah kang yeosang?" aku segera berlari tanpa menunggunya bereaksi.
pokoknya yang utama, kabur dulu.
aku dan san mampir ke sebuah kedai. dulu kami sering datang ke sini saat kencan. mengingatnya membuatku bahagia walau sekarang situasinya berbeda.
seperti biasa, aku makan dan san hanya melihat. pokoknya aku akan kencan dengan manis bersamanya.
"kamu mau makan itu semua?" tanya san padaku.
aku menatapnya, "iya dong." kemudian menunjuk makanan yang ada, "ini kesukaan kamu, minuman ini juga."
"iya. aku ingat. tapi harus kamu makan itu semua?"
"aku kencan sama kamu, jadi aku pesen makanan kesukaan kamu. tapi karena kamu gak makan, ya aku aja yang makan."
"kamu terlalu buang-buang waktu, tenaga dan uang." aku berhenti tersenyum, mataku mengarah padanya dan dia membalas serupa dengan wajah seperti biasa.
aku dibuat bingung selama beberapa bulan ini, banyak sekali kalimat realistis yang san ucapkan. itu menyakitiku, tapi aku selalu memakluminya dengan prinsip: san tidak bisa menggunakan perasaannya saat bicara.
tapi kadang, aku merasa seakan san mengatakan semuanya dengan rasa dan logika. seakan dia menganggap semua usahaku sia-sia.
seakan dia sudah merasa tak keberatan jika kami berpisah karena kematiannya.
yang mengajakku bicara ini R01 atau choi san?
"selamat makan!" susah sekali memang menghilangkan sakit hatinya, tapi kuusahakan untuk bersikap normal. setidaknya karena choi san.
"san ini enak banget! makanan kesukaanmu!" aku tersenyum sambil mengunyah makanan itu. ah, aku berbohong lagi pada perasaanku.
kencan macam apa ini? rasanya seperti aku kencan dengan diriku sendiri.
tapi situasi seperti ini membawaku hanyut dalam perasaan yang selama ini kurekam, aku tak sengaja menyodorkan sesendok makanan ke depan mulutnya-- membuat san hanya diam dan menatapku seakan berkata; oh, dia mulai lagi.
san bisa merasa jenuh rupanya.
aku tertawa hampa, lalu beralasan ingin ke kamar mandi-- aku berusaha menjauh dulu darinya. aku ingin menangis.
namun tangisku harus tertahan, saat aku beranjak untuk jalan-- tak sengaja menabrak seorang lelaki bertubuh besar. jangan lupa dengan makanan pesanannya yang tumpah sampai mengotori pakaiannya karena kelakuanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T KNOW WHAT TO DO : Choi San ✔
Short Story𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞𝐝 ❝pikirkan sekali saja, aku bisa apa kalau kamu tiada?❞ ft. choi san 23112019