One-Zero

1.4K 364 39
                                    












Aku akan membuat hari yang berbeda dengan san.

iya, hari ini kami akan keluar. jalan-jalan berdua.

kebetulan yeosang memberiku izin untuk absen kerja meski dia sempat menakutiku dengan kemungkinan buruk yang terjadi jika aku membawa san keluar kandang.

aku tidak peduli dengan yeosang, aku hanya peduli dengan san dan menginginkan dia nyaman di kehidupan kedua-nya.

"siap?"

"iya." san membalas singkat dengan ekspresi yang tak pernah berubah, aku hanya tersenyum lalu menggandengnya pergi.

tapi aku berhenti tiba-tiba dan dia mengikutinya.

"kamu belum pakai parfum? ayo pakai dulu sana!" aku menyuruh san kembali ke kamarnya, di sana sudah aku siapkan parfum kesukaannya.

tapi san tak bergerak sama sekali, "kenapa diem aja?"

"apa aku perlu pakai parfum? dalam ingatan san, kamu gak suka san terlalu wangi waktu keluar sama kamu."

aku berbalik lesu menghadap san, menangkup wajahnya dengan kedua tanganku, "san, berhenti bilang 'dalam ingatan san', 'seingat san' seakan kamu bukan san. kamu san!"

"aku cuma robot ciptaan yeosang, yang dibuat mirip sama san dan punya ingatan san dalam rekaman memori yang kalian masukan. aku benar?"

oh, jangan lagi. ini hari yang baik, langit sedang cerah dan perasaanku sudah suram saja.

aku tidak menyalahkan san, yang dia katakan benar. tapi, rupanya aku belum terbiasa dengan perubahan san.

san akhirnya pergi, masuk ke kamarnya dan melaksanakan apa yang aku bilang. setelah ia keluar, aku menyambutnya dengan senyum yang sama. aku tidak akan menangis hari ini.

















selain jalan-jalan, aku juga berencana untuk belanja. kami mampir ke supermarket untuk membeli keperluan dapur dan lain-lain.

"san! inget ini?!" aku menghentikan langkah, mengambil satu boneka yang terlihat familiar dengan milik san yang bernama shiber itu.

"shiber?" aku senang san mengingatnya dengan baik.

"lucu banget ya? apa aku perlu beli juga buat nemenin shiber?"

"kamu bukan anak kecil, livia. beli yang kamu perlu." san mendorong troli melewatiku, dia belanja beberapa barang yang diingatnya.

tunggu, aku tau ini konsekuensi. tapi makin lama rasanya tidak betah juga.

san berubah 180 derajat dari dirinya yang dulu. aku mencintai orang yang sama namun rasanya asing.

aku dekat dengan orang yang jauh, aku jauh dengan orang yang amat kukenal.

ya, aku memilih bersabar lagi. aku mengembalikan boneka itu dan menyusul san di depan sana.

sebelum ini, aku sudah mengatakan apa saja yang ingin kubeli. san sudah mencatatnya tanpa perlu kertas dan pena. otak androidnya memang akurat dalam mengingat, tidak ada yang lupa atau salah.

jadinya, aku membiarkannya belanja, memilih apa yang dia ingat.

aku tinggal membayar saja di kasir.

"apa kalian sepasang kekasih?" kasir yang berjaga sendirian bertanya pada kami.

aku menganggukinya dengan senyum merekah, bangga mengakui san sebagai kekasih. dulu aku tak pernah melakukannya, "iya! calon suami juga."

terdengar gila kan jika aku mau menikahi sebuah android? tapi untuk cinta tidak ada yang mustahil.

"wah..., kalian keliatan cocok. apalagi mas-nya ganteng banget." aku tersenyum mendengarnya. ini pertama kali ada orang yang memuji san di depan mataku, kalau dulu tidak akan ada karena aku akan langsung memelototinya.

aku melirik san, disaat dua wanita ini tertawa sambil memujinya-- dia hanya diam saja tak berekspresi apa-apa. benar-benar robot yang kaku.

aku menyenggol lengannya, "bilang 'makasih'" tukasku, dia seperti baru saja mendapat sinyal.

"terima kasih."

astaga, dingin sekali.

belanjaan selesai di hitung, aku mengeluarkan selembaran uang untuk membayar.

"loh, yang bayar kok cewenya?"

"iya?"

"belanja sama cowonya, kok yang bayar cewenya?" aku diam, sedikit kebingungan dan tidak tau harus membalas apa.

"ah..., em-"

"memang kenapa?" aku tersentak, san mengatakannya secara tiba-tiba.

"iya?"

"memang gak boleh kalau yang bayar perempuan? dia punya uang, dia mampu bayar. kenapa anda banyak tanya? tugas anda cuma ngasih tau kami total harganya saja 'kan?"

aku dan penjaga kasir diam dan melongo, ucapan san begitu dingin dan sarkas sampai aku kehilangan kata-kata.

terlebih saat ia melenggang pergi tanpa sepatah kata.

"maaf soal tadi," aku segera memberinya uang pas dan menyusul san dengan membawa banyak belanjaan.

"san! san!! san, tung-!" aku terjatuh karena tersandung. belanjaanku berhamburan di pinggiran jalan, dan di saat itu pun-- san tidak berbalik.

sakit sekali, aku sudah bilang tidak akan menangis. tapi ini terlalu sakit.

dimana choi san yang selalu mengulurkan tangannya saat aku jatuh?

dimana choi san yang selalu membantuku berdiri lagi?

dimana choi san yang rela menjadi tempatku terjatuh?

dimana choi san yang rela menjadi tempatku terjatuh?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


:)))))




Btw thank you for 2k+ readers dan 500+ votes!!!😍😍😍😍

DON'T KNOW WHAT TO DO : Choi San ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang