Aku masih mematung di hadapan san, sementara dia belum menurunkan sendok itu-- yang mengarah ke mulutku.
"dulu san sering nyuapin kamu 'kan?" tanyanya.
aku meneguk ludah, antara lega dan belum lancar mencerna yang terjadi.
anggukan kuberi padanya dan aku melahap makanan yang ia sodorkan.
sudah lama rasanya sejak terakhir kali aku ingin dimanja dengan minta disuapi oleh san.
sayangnya, kali ini aku mengulangnya setelah san tiada.
setelah sendok itu tandas isinya, san meletakannya. masih menatapku dengan wajah dinginnya.
"livia, aku mau tanya."
"kalau kamu tanya kapan kamu bisa keluar dengan bebas, aku gak akan jawab."
"kenapa aku dihidupkan lagi?" tanganku berhenti, aku hanya diam tanpa mampu menjawab.
kalau ditanya alasannya, hatiku akan sakit. mengingat betapa tak berdayanya aku tanpa san, mengingat aku tak bisa hidup tanpanya.
"ah, soal itu... kenapa kamu tanya soal itu?"
"kamu tau? aku gak nyaman."
sebentar, apa maksudnya mengatakan itu? apa menghidupkanmu kembali membuatmu tak nyaman, san? kau tidak suka?
"san...,"
"apa yang kamu lihat selama ini? selama aku dihidupkan kembali. aku berubah banyak 'kan? aku gak seperti san yang dulu kamu kenal, apa kamu terluka karena itu?"
iya, aku banyak terluka.
tapi hidup tanpamu jauh lebih menyiksa. sedikit saja, aku harap otak androidmu dapat memahaminya.
"aku gak se-romantis dulu, aku gak bisa lakuin hal indah yang ada di ingatanmu dan ingatanku. apa itu buat aku nyaman? enggak."
"san, aku lagi gak mau berdebat."
"aku gak ngajak kamu debat, tapi maumu aku bersikap sewajarnya manusia-- curhat bukan hal aneh 'kan bagi manusia?"
aku melanjutkan makanku, berusaha tak memedulikan ucapan san yang menyakitkan. mulutku terus bergerak mengunyah.
"livia, aku hidup dengan ingatan san yang gak sesuai dengan diriku yang sekarang, aku ngerasa terbebani."
kali ini aku akan benar-benar berhenti. ucapan san perlu kutanggapi serius.
"san, aku gak hidupin kamu tanpa alasan. aku butuh kamu, aku gak bisa hidup tanpa kamu!"
"dan bukannya itu egois?" keningku berkerut mendengarnya, semua yang san ucap tiba-tiba menjadi kebingungan terbesarku.
", livia, ada kalanya kematian jadi jalan terbaik dalam hidup seseorang. lagipula kematian adalah hal mutlak bagi semua orang, aku dan kamu gak ada bedanya, kita bakal mati suatu saat nanti. bedanya, aku lebih dulu mati, dan kamu tinggal nunggu waktu giliran."
"san..."
"livia, gimana rasanya kalau kamu hidup tapi yang kamu rasa kamu itu bukan dirimu?"
aku berbalik seketika, tak ingin memperlihatkan air mata di depan san.
lagipula aku percaya jika menangis di hadapannya juga tak akan berpengaruh apa-apa, dia pasti hanya akan melihatku dengan wajah dinginnya.
dari sekian banyaknya perubahan yang san alami, yang paling kusesali adalah bagian ini; dia yang tak menggunakan perasaannya ketika bicara, dan berakhir menyakiti hati gadisnya.
bagaimana bisa dia gunakan perasaannya? punya saja tidak.
harusnya aku sadar sejak awal kalau hati buatan itu memang tak sesempurna milik tuhan, sehingga aku tidak akan merasa sesakit ini karena sudah menggantungkan harapan yang tinggi.
aku putuskan untuk sudahi menangis, tapi saat aku berbalik untuk mengambil piringku-- kudapati san membaringkan kepalanya di atas meja dengan kedua tangan yang terlipat mengukungnya.
aku mendekat, san tengah tidur dengan caranya. saat seperti ini, dia tidak akan merespons aktivitas di luar tubuhnya, sebesar apapun itu.
maka boleh'kah aku menangis lagi?
wajah terlelapnya begitu menyayat hati.
kini, aku benci melihat san menutup matanya.
tapi aku juga tak pungkiri aku banyak terluka ketika ia bangun dan berinteraksi denganku sesukanya.
san berubah banyak, dapat kukatakan jauh dari sifatnya dulu.
tapi gadis bodoh ini belum ingin mengakhiri kisah cinta tragisnya. selama napas masih mengudara, tidak akan ada kata akhir untuk kisah mereka-- suka atau duka didalamnya, itu bukan masalah besar.
selama ia bersama san, terluka bukan hal yang perlu ia takuti.
karena ketakutan terbesarnya itu berasal dari san sendiri. ia takut sekali jika san-nya pergi, lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T KNOW WHAT TO DO : Choi San ✔
Short Story𝐜𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐭𝐞𝐝 ❝pikirkan sekali saja, aku bisa apa kalau kamu tiada?❞ ft. choi san 23112019