Chapter 11 : Rabbit Moon Assault...

389 67 4
                                    

Sudut pandang Heejin.

Teng!

Hadong menahan tebasan Vivi dengan tangannya yang dipenuhi oleh bulu burung itu. Suara pedang yang beradu dengan bulu putih itu terdengar seperti suara dua besi yang saling beradu. Aku mulai berpikir, apakah bulu itu terbuat dari besi? Namun yang pasti bulu itu bisa menahan vivid.

Melihat ada sebuah kesempatan, Haseul unnie mulai menarik ketapelnya untuk melempar pelurunya. Namun belum sempat dia melakukan itu, Vivi sudah terlebih dahulu menendang tubuh Hadong membuat Hadong dan Haseul unnie terlempar. Mengetahui kalau Haseul unnie akan terluka, Hadong langsung berputar membuatnya berada dibelakang Haseul.

Dum!

Mereka pada akhirnya menabrak tembok dengan suara yang keras.

Setelah melakukan itu pada Haseul unni, Vivi mulai berbalik kearah Hyunjin. Dia melompat dengan jangkauan yang sangat jauh dan hampir mendekati Hyunjin. Melihat itu Hyunjin-pun langsung menyerangnya dengan cakar api-nya, tapi Vivi berhasil menghindarinya dengan melompat kesamping.

Setelah itu, Vivi langsung kembali mendekati Hyunjin. Setelah cukup dekat, Vivi mencekik Hyunjin dengan tangan kirinya yang tidak memegang apapun. Hyunjin tidak bisa menghindar dan hanya bisa membiarkan lehernya dicekik oleh tangan mungil Vivi.

"UGKH!!"

Dengan sedikit dorongan, Vivi berhasil menjatuhkan Hyunjin yang tubuhnya lebih besar darinya. Sekarang Hyunjin terlentang di tanah dengan Vivi yang menindihnya diatas tubuhnya. Hyunjin seakan tak bisa berbuat apapun, yang hanya bisa dia lakukan hanyalah meronta-ronta agar bisa terbebas dari cekikan Vivi.

Vivi saat ini mulai mempersiapkan vivid ditangannya. Sepertinya dia akan mencoba untuk melukai Hyunjin dengan vivid. Apa ini akhirnya? Aku benar-benar merasa buruk. Aku tidak bisa melakukan apapun dan hanya melihat temanku mati dihadapanku. Haseul unnie dan Hadong juga sepertinya masih belum sadarkan diri.

Aku benar-benar menyedihkan...

Tanpa Vivid, aku hanyalah tubuh tidak berguna. Tanganku tak habisnya terus bergetar, bahkan getarannya kini menyebar sampai keseluruh tubuhku. Rasanya sebentar lagi aku akan terjatuh dan kalau aku terjatuh semuanya sirna.

Teman yang sudah lama aku inginkan, Hyunjin, sebentar lagi akan direnggut. Aku tidak tahu lagi harus bagaimana. Sejak awal mungkin aku memang tidak dilahirkan untuk mendapatkan teman ataupun hidup yang layak. Begitulah aku memandang diriku yang tidak berguna ini.

Apa ini akhirnya?

[Bukan!]

Terdengar suara lain dari dalam hatiku. Suara itu seakan menggelegar menyadarkanku dari delusi yang kuciptakan sendiri.

[Tadir memang sesuatu yang dituliskan sejak kamu dilahirkan, tapi tidak menutup kemungkinan kamu bisa menulisnya kembali sesuai keinginanmu.]

Aku tahu suara ini! Perasaan ini!

Ini perasaan yang sama saat aku melihat Vivid. Apa pedang itu sedang berusaha mengmanggilku kembali? Saat kulihat pedang itu, pedang itu seakan kehilangan kehilangan cahaya tidak seperti saat aku menggunakannya.

Cih... Sepertinya suara itu benar!

Kalau takdir itu benar-benar ada, bukankah seharusnya manusia itu sendiri yang harus menulisnya? Aku tidak boleh kalah oleh oleh takdir itu, aku harus bisa melampauinya apapun yang terjadi. Karena dengan begitu, aku bisa tersenyum bangga karena aku telah melakukan apapun yang ku inginkan.

Tanpa sadar, aku mulai berjalan perlahan mendekat kearah Hyunjin dan Vivi. Langkahku menjadi semakin cepat dan ringan dari pada sebelumnya. Rasanya mungkin bisa terbang.

THE SAGA OF LOONAVERSE || LOONA OT 12Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang