"Aduh mampus gue," ucapnya menunduk pelan.
Kakak itu terus berjalan di depan Hanna tanpa menoleh kebelakang. Dan berhentilah kakak itu di suatu lorong dekat dengan ruang ospek.
Hanna yang sedari tadi mengikuti kakak itu sambil berjalan menunduk, tidak tau, jika orang yang berjalan di depannya tengah berhenti, sehingga Hanna pun menabraknya.
Sadar akan dirinya ditabrak dari belakang, kakak itu berbalik dan menatap tajam Hanna.
"Eh eh maaf kak, gak tau kalo udah berhenti." Entah Hanna gugup atau memang sendirinya polos.
"Hari ini apa aja kesalahan yang udah lo lakuin? Sebutin sekarang!"
"Iya kak. Pertama aku telat tapi mau nyelonong masuk, jawabin kata-kata kakak, waktu panitia jelasin rame sendiri, gak merhatiin kakak panitia jelasin didepan," sebut Hanna satu persatu.
"Ada satu lagi yang kurang!"
"Apa emangnya kak?"
"Elo ngobrol sendiri bahas gue, ngejelek-jelekin gue, ngehina gue di depan temen lo, biar apa?" ucapnya.
"Kan kakak emang jelek, aku salah ya?" Dengan refleks dan polos Hana menjawab seperti itu.
"Lo bilang apa barusan? Lo itu nyebelin banget ya. Adek tingkat paling nyebelin yang pernah gue temuin."
"Ya salah kakak, kenapa kakak nemuin aku. Kalo gak ketemu kan nggak gini jadinya."
"Astagfirullah, eh, bilang apa barusan? Kok lo nya jadi ngelawan sama gue?"
"Eh iya kak maaf, aku kelepasan, abis kakak nyebelin, rese!"
"Kok diulang lagi sih! Lo ngatain gue lagi? Mau ditambah hukumannya? Yang tadi belum loh."
"Eh iya kak, maaf yaa, aku bener-bener kelepasan gak sengaja, maaf ya kak, jangan hukum aku berat-berat."
Dengan wajah memelas dan tangan yang disatukan berarti minta maaf, Hanna sedikit menunduk, menghormati kakak tingkatnya itu.
Sedangkan kakak itu menahan tawa melihat apa yang dilakukan Hanna kepadanya hanya untuk memohon agar tidak dihukum.
"Oke oke, gue bakal maafin lo, dan nggak ngeberatin hukuman lo."
"Alhamdulillah. Makasih ya kak, kakak baik deh, meskipun agak rese, tapi aku gak jadi dihukum, sekali lagi makasih ya kak."
Hanna tertawa riang sambil meninggalkan kakak itu tanpa pamit dan yang pasti tanpa seizin kakak itu.
"Eh eh eh lo mau kemana? Berhenti! Siapa yang bilang lo nggak dihukum? Gue cuman bilang nggak akan beratin hukuman lo. Sampai sini paham?"
Seketika Hana berbalik badan. "Yah kak... nanggung, gak usah dihukum aja ya?" kata Hanna, memasang wajah sok imut untuk merayu kakak tingkatnya itu.
"Ehmm disini siapa ya kakak tingkatnya? Siapa yang salah sih? Tolong... sadar diri doong."
"Hehe, iya kak iya, gak usah segitunya. Jadi apa hukuman buat aku?" masih dengan wajah sok imutnya Hanna menyerah tak ingin debatnya berlanjut lebih panjang.
"Hukuman lo. . . . . Bikinin gue bekal 3 hari! Gampang kan?" kata kakak itu sambil bersandar di salah satu tembok lorong, melipat kedua tangannya di depan dada, dan tersenyum mengejek.
"Apaan kak? Itu mah bukan hukuman. Masak hukuman kayak gitu? Itu mah enak di kakak gak enak di aku!" omel Hanna karena tidak terima dengan hukuman yang diberikan katingnya itu.
"Mau nerima itu, atau . . . mau gue tambahin lagi? Mau berapa hari? Empat hari? Lima hari? Enam hari? Atau . . . tujuh hari? Ohh jangan-jangan mau sepuluh hari?" Kakak itu kembali tertawa mengejek Hanna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kating Rese' [END]
Teen FictionCerita ini sebenernya udah lama selesai, tapi banyak banget yang aku rubah, mulai dari Tokoh, sampai alur ceritanya. Jadi yang udah baca, boleh banget nih baca ulang biar nggak penasaran😁 *** "Hanna. Hanna tungguuuuuu. Berhentii!" teriak Devan samb...