"Nanti malem kakak kenalin kamu sama dia. Oke?"
'Kenapa rasanya aneh ya mau dikenalin sama itu orang, kayak males berangkat, kayak ngerasa udah kenal, kayak . . . buat apa gitu? dikenal-kenalin, kayak ta'aruf aja' batin Hanna mengomel tidak jelas, namun mau tak mau ia harus mengikuti apa kata kakaknya.
***
Malam pun tiba. Setelah makan malam dan berbincang-bincang, tepat pukul 20.00 Hanna dan Kak Iya pergi ke rumah teman kak Iya yang biasa kak Iya panggil tante Dara.
Sampainya di rumah tante Dara, Kak Iya mengetuk pintu dan mengucapkan salam, tapi tak ada satu pun orang yang menjawab.
Setelah lama menunggu Kak Iya berfikiran untuk pulang dan kembali lagi esok. Hanna hanya menuruti apa yang dikatakan oleh Kak Iya.
Hanna pulang dengan rasa lega, namun Hanna kembali merasa kesal dan malas. Karena dia mengingat hukuman yang diberikan kakak tingkat nya itu untuk Hanna.
'Gara-gara kakak itu gue harus bangun lebih pagi besok biar nggak telat. Dan yang pasti biar bisa bawain dia bekal. Hm, nyebelin' batin Hanna kesal dengan kakak tingkatnya itu.
***
Paginya Hanna bangun lebih awal sebelum shubuh untuk memasak di dapur, memenuhi hukuman kakak tingkatnya. Setelah bekalnya siap, Hanna mengambil wudhu, lalu sholat. Setelah sholat ingin sekali rasanya Hanna tidur kembali karena Hanna sangat mengantuk.
Tapi akhirnya Hanna menuju kamar mandi, bersiap-siap untuk berangkat ospek Hari keduanya. Tak lupa membawa bekal hasil masakannya sendiri. Hanna berangkat ke kampus lebih pagi yakni jam 05.30.
Hanna berjalan keluar perumahan untuk mencari angkot, selama ospek ini dia belum berani membawa kendaraan sendiri, juga belum hafal jalannya.
Lumayan lama Hanna menunggu, akhirnya Hanna memutuskan untuk berjalan lagi menuju jalan raya, supaya lebih mudah mencari angkot, meskipun untuk itu, Hanna harus berjalan cukup jauh.
Cukup lama pula Hanna di sana namun tetap belum ada angkot yang lewat. Padahal Hanna sudah buru-buru takut terlambat lagi seperti kemarin.
Tiba-tiba seseorang dari arah kanan Hanna yang menaiki motor ninja merah menghampiri Hanna dan berhenti di depan Hanna. Dibukanya helm pengguna motor tersebut.
"Ngapain lo masih disini, mau telat lagi? Mau dihukum lagi?" Kakak tingkat yang paling rese menurut Hanna menegur Hanna yang masih bengong tak percaya kakak tingkatnya itu ada disini.
"Eh enggak kak ini lagi nunggu angkot belum ada yang lewat. Kakak kok bisa ada disini? Rumah kakak daerah sini?"
"Kepo banget sih lo. Sejak kapan lo peduli dimana rumah gue. Sekarang mumpung gue baik. Lo mau nebeng nggak?"
"Nggak deh kak. Nanti ngerepotin, kakak duluan aja gapapa."
"Yakin lo gak mau nebeng? Keburu gue berubah pikiran nih, nanti lo telat lagi. Tapi tenang aja sih, gue gak bakal bosen ngehukum lo, yang lebih berat lagi." Kating Hanna kembali tersenyum mengejek.
"Gimana kak ya. Tapi nanti aku hutang budi sama kakak, terus kakak nagih sesuatu lagi, kan nanti malah aku repot sendiri."
"Eh. Lo tu ya. Dibaikin, malah nuduh. Tinggal lo mau atau nggak, gue sih b aja, kalo lo dihukum gue juga gak rugi. Jangan lupa, lo masih utang hukuman sama gue."
"Eh iya jadi inget. Ini kak bekalnya buat hari ini, masakanku sendiri, jadi tinggal 2 hari ya hukumannya."
"Oke gue terima, tapi tergantung kalo nggak enak berarti nggak ke itung hari ini. Sekarang lo jadi nebeng atau nggak?" Kating Hanna melihat jam ditangannya, "Kalo perkiraan gue sih. Mungkin angkot datang 10 menit lagi. Dan bakalan sampai di kampus setengah jam lagi. Sedangkan ospek masuk 15 menit lagi," jelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kating Rese' [END]
Teen FictionCerita ini sebenernya udah lama selesai, tapi banyak banget yang aku rubah, mulai dari Tokoh, sampai alur ceritanya. Jadi yang udah baca, boleh banget nih baca ulang biar nggak penasaran😁 *** "Hanna. Hanna tungguuuuuu. Berhentii!" teriak Devan samb...