Siang ini aku menghabiskan waktuku dengan menonton film di ruang bersantai apartement.
Jadwal kuliah yang hanya satu dihari ini, membuatku pulang cepat, dan beruntung sekali tidak ada acara tambahan seperti kerja kelompok atau sebagainya, membuatku bebas sehari. Ya setidaknya sebelum tugas tugas membebani kembali, aku ingin membuat Me time untuk diriku.Jika bertanya kemana Jeffryan? Ia sudah beberapa hari ini sibuk, atau lebih tepatnya menyibukkan diri, entahlah aku tak tahu, semenjak malam itu, malam dimana ia mengutarakan kata rindu dan sayang, ia berlagak seolah seperti sedang menjauhiku, ntah apa alasannya.
Jika aku bertanyapun ia akan menghindar, tapi aku tak ambil pusing dengan hal itu, karena Jeffryan sendiri walau terlihat menjauhiku tetap perhatian kok, jadi aku tidak takut dan berfikiran yang aneh aneh tentangnya.Drrrtt..Drrtt..
Teja memulai panggilan suara📞
Angkat|Tolak
Aku mengernyitkan dahiku saat melihat notifikasi di layar ponselku, menunjukkan panggilan masuk dari Teja, salah satu sahabat karib Jeffryan
"Halo, kenapa Ja?" Tanyaku saat panggilan sudah tersambung.
"Halo Sie, aduh gimana ya ngomongnya?" Ucapnya di seberang yang membuatku penasaran
"Kenapa emang Ja?" Tanyaku padanya, karena jujur saat ini perasaan tidak enak mulai menyelimutiku
"Ada kelas gak lo Sie, hari ini?" Bukannya buru buru menjawab, ia malah menarik ulurnya dengan pertanyaan lain. Sebelas dua belas dengan Jeffryan.
"Ada tadi pagi, sekarang free, jadi ada apa Teja?" Gemasku ingin mendapat jawaban dari seruan panik Teja saat sambungan panggilan tersambung tadi.
"Itu Sie, Jepri sakit, udah gue anter ke apart, cuma ya gue gak bisa jaga soalnya ada kelas, yang lain juga pada kelas, jadi kayanya yang bisa jaga ya cuma lo sie"
Balasan dari Teja membuatku kalang kabut, panik dan khawatir menjadi satu, buru buru aku putuskan sambungan tersebut setelah sebelumnya mengucapkan kalimat bahwa aku akan datang ke apartemet Jeffryan dan ia bisa pergi kuliah, tak lupa berterima kasih juga karena sudah mau menjaga Jeffryan dan memberi tahuku.
Pikiranku berkecamuk, banyak pertanyaan yang ingin aku tanyakan pada Teja sebenarnya, namun aku sadar jika ia sedang tergesa menuju kampus, jadi aku urungkan semua pertanyaan itu, mencoba mengontrol diriku agar tenang.Merapikan diri agar terlihat lebih layak untuk bertamu di tempat orang, dan bergegas memesan taksi online.
Perjalanan ke apartement Jeffryan yang biasanya diiringi oleh senyumanku, sekarang menjadi diselimuti kepanikan.Ditengah perjalanan aku meminta supir taksi untuk mampir ke apotek, membelikan Jeffryan vitamin, karena kata Teja, Jeffryan terjangkit flu, namun aku hanya membelikannya vitamin karena tau jika Jeffryan menyimpan segala macam obat di kotak P3Knya, jadi tak perlu repot untuk membelikannya obat, ya seperti itulah calon dokter, selalu siap sedia apapun keadaannya, dan itu sangat membantu sekali disaat mendesak seperti ini.
-----
Aku memasuki apartement yang sepi itu dengan tergesa, menuju ke arah si pemilik apartement dengan perasaan khawatir, panik, dan tentunya sedih.
Jeffryan memang keras kepala, sudah berkali kali aku ingatkan untuk jangan memforsir dirinya bagai robot, namun ucapanku hanya dianggap angin lewat, jika sakit begini yang ujungnya khawatir dan sedih kan aku. Ingin marah tapi yang menjadi korban kemarahan sedang sakit, mendumel saja lah aku dalam hati.Membuka pintu kamar milik Jeffryan perlahan, takut membuat sang pemilik kamar terbangun, karena sepertinya ia sedang beristirahat karena tadi Teja berkata bahwa Jeffryan mengeluh pusing, dan sebagai satu satunya teman yang waras diantara teman teman yang lainnya, Teja menyuruh Jeffryan untuk tidur saja, selama ia menyuruhku datang kemari.
Dapat kulihat sang pemilik kamar terbaring lemas diatas ranjangnya, dengan selimut tebal yang menimpa tubuhnya, perlahan aku masuk, berusaha tak menimbulkan suara, karena Jeffryan adalah tipe orang yang sensitif terhadap suara.
Aku menyentuh keningnya yang terasa panas, sangat panas, berhasil membuatku terkejut, dan menatapnya sendu, jarang jarang Jeffryan sakit, dan jika ia sakit, yang lemas bukan hanya dia, aku juga ikut ikutan lemas melihatnya.
Jeffryan menggeliat tak nyaman diranjangnya, mungkin merasakan tanganku yang dingin di kulit panasnya, buru buru aku melepaskan tanganku dari dahinya dan beralih mengelus kepalanya, menenangkannya agar kembali tertidur, setidaknya aku ingin memberikan waktu untuknya beristirahat, dan aku akan membuatkannya makanan sebelum nanti memberinya obat.
-----
Bubur sudah berada diatas nampan, dengan obat dan air putih di sisinya, aku memasaknya dengan cukup singkat, agar Jeffryan juga dapat meminum obatnya dengan cepat dan kembali beristirahat nantinya.
Kembali ke kamar Jeffryan, dan melihat sosok Jeffryan dengan posisi sama seperti tadi.
Aku mendekatinya, menaruh nampan diatas nakasnya, dan mulai duduk ditepi ranjang, mencoba membangunkannya."Jeff, ayo bangun, makan dulu" ucapku dengan elusan lembut didahinya yang tadi sempat kuberi kompresan, agar panasnya turun. Ia mulai menggeliat tak nyaman, dan setelahnya membuka matanya yang sepertinya berat, mengerjap berkali kali, sampai akhirnya matanya membola saat mengetahui yang berada disisinya itu aku, Lucu sekali ekspresinya itu, sungguh.
"Loh, Sie? kok kamu bisa disini?" Tanyanya dengan mata yang masih mengerjap, dan berusaha untuk duduk, membuatku dengan sigap membantunya duduk dan bersandar pada kepala ranjang.
"Ditelfon sama Teja, panas banget loh kamu, makan dulu ya? Terus minum obat, nanti tidur lagi" Balasku dengan senyuman, membuatnya bergerak gelisah, seperti tak nyaman, membuatku mengernyit bingung saat memberikan mangkuk bubur kepadanya.
"Kamu kenapa sih? gak suka aku yang nemenin atau gimana?" Tanyaku yang membuat matanya membola, dan dengan cepat menggeleng pelan.
"Nggak, bukan gitu Sie" Ucapnya dengan menunduk, melihat ke arah mangkuk bubur yang saat ini berada dipangkuannya.
"Ya, terus kenapa Jeff?" Jelas sikap Jeffryan saat ini membuatku bingung, namun ia tetap mempertahankan diamnya
"Terus juga kenapa jadi kaya ngehindarin aku? Aku ada salah sama kamu Jeff?" Lanjutku lagi, dan kali ia membalas dengan gelengan, namun kepalanya tetap tertunduk.
Aku menghembuskan nafas lelah, entah kenapa sikapnya membuatku sedikit jengkel sekarang, meskipun ia sakit, dan rasa khawatir masih besar dalam diriku, tapi kalau Jeffryan seperti ini juga akan membuatku tak nyaman.
Setelah keaadaan hening yang cukup lama terjadi, akhirnya ia menghela nafas kasar, mendongakkan kepalanya, lalu menatapku, sebelum berkata"Aku tuh malu sama yang malem itu, yang aku bilang kangen sama sayang ke kamu, aku kalo lagi capek suka blak blakan tentang apa yang aku rasain, kamu tau itu, Karena setiap deket kamu aku keinget malem itu, bikin aku malu banget, makanya aku ngejauhin kamu, Sorry kalo bikin kamu mikir yang nggak nggak Sie, gak ada maksud begitu kok" Jelasnya dengan wajah memelasnya, dan dapat kulihat telinganya yang memerah, tanda jika ia sedang malu.
Oh jadi itu alasannya? Kenapa malah membuatnya menggemaskan dimataku? Aish Jeffryan!-B O Y F I E-
Kasian Jeffnya sakit :(18/12/19
KAMU SEDANG MEMBACA
Boyfie
FanfictionJeffryan Adibarta. Sweet boy dengan segala keunikan yang dibangun buat gadisnya, Sierra Sabira -Jeffryan×OC-