Dua buah tiket kereta api ditodongkan didepan wajahku, dengan pelakunya tak lain tak bukan adalah Jeffryan Adibarta, tingkah menyebalkannya masih tetap bertahan rupanya.
Hari ini kami berdua akan berangkat berlibur, dan kami baru sampai di stasiun yang jaraknya lumayan jauh dari apartement kami, Jeffryan memutuskan untuk naik kereta saja, karena ia berdalih kalau tak mau kelelahan karena mengendarai mobil sampai ke sana, aku sih ikut saja apa kata calon imam, hehe."Langsung kasih juga bisa kali Jeff, ngapain coba pake disodorin depan muka" Gerutuku kepadanya, yang membuat Jeffryan terkekeh.
Aku pun mencoba untuk meraih tiket tersebut tetapi ia malah menghindar, membuatku tak bisa meraih tiket yang dipegangnya"Aku gak minta kamu bawa tiketnya ya, kamu kan teledor, bisa hilang nanti, aku cuma ngasih tau kalo tiketnya udah dapet, hehe" Jelasnya yang membuatku kesal, tapi tak lama karena ia langsung merangkul pinggangku dengan satu tangan, menjadikan jarak diantara kami terkikis, bahkan aku sudah menempel ke badannya saat ini
"Modus kamu Jeff, ibu bilang gak boleh berduaan terus, bakal marah dia nanti, apalagi ini mepet mepetan gini, dijewer ibu tau rasa" Ucapku yang membuatnya langsung melepaskan rangkulannya, dia itu sangat takut dengan ibuku, karena dulu waktu awal awal berpacaran, ia minta izin untuk menggenggam tanganku, dan aku izinkan saja, toh hanya menggenggam, tak lebih, namun ternyata ibu melihat perbuatannya, ya jelas ibu langsung mengomel dan menjewer telinganya sampai memerah, bahkan ia sampai hampir menangis saat itu, oleh sebab itu ia sangat menghindari amukan ibu, dan karena itu pula aku sering menggunakan ibu sebagai alasan untuk menjahilinya, hehe.
"Jangan bilangin ibu dong Sie, nanti dijewer, sakit tau" Eluhnya sambil mengerucutkan bibirnya, dan menggenggam erat tanganku dengan matanya yang melihat kearahku, sirat ketakutan tergambar jelas dibola matanya, aku ingin tertawa tapi kasihan, jadi aku menahan tawaku.
"Ya makanya, gausah modus modus" Peringatku yang dibalas anggukan lucu olehnya, percayalah bahwa saat ini Jeffryan terlihat sangat menggemaskan!
"Ih gemesin banget sihhh, pacar siapa hm?" Tanyaku sembari mencubit pipinya
"Pacar Siera lah" Jawabnya dan mengusakkan hidungnya dipipiku, membuatku geli karena usakannya
Tapi tak ayal juga bila pipiku memanas saat ini, hanya kata kata ringan seperti itu saja aku sudah memanas, ishh dasar aku.-----
Saat ini aku sudah duduk disebelah Jeffryan dengan bibir yang mencebik, ya bagaimana tidak? Baru masuk kereta dan mengetahui letak kursi saja, kami berdua sudah merusuh, hanya karena berebut posisi disamping jendela, Jangan kalian pikir Jeffryan itu seperti lelaki kebanyakan yang akan merelakan kursi samping jendela untuk perempuannya ya, dia berbeda, bahkan dia tak keberatan jika harus berdebat denganku hanya untuk posisi duduk ternyaman itu, karena kata Jeffryan, diposisi itu kita bisa nyender dikanan maupun kiri, jadi enak, begitu katanya.
Dan akhirnya disinilah aku, duduk dikursi samping jalan dan Jeffryan mendapatkan kursi yag ia incar--kursi disamping jendela, dan lihatlah wajahnya saat ini, sangat berseri seri, seperti seseorang yang menang lotre, membuatku mendengus, sifat menyebalkannya masih bertahan ternyata."Sini tidur, ngantuk kan?" Ucapnya, kemudian menyenderkan kepalaku kepundaknya, ingin berontak tapi aku memang mengantuk, tapi aku juga masih kesal padanya, jadi bagaimana?
"Udah gak usah sok gak mau, sini tidur, udah ngantuk gitu kamunya, gak bakalan jatuh ke jalan kok, aku jagain" Lanjutnya, aku sedikit kaget karena dia seolah seperti mengerti isi kepalaku, wah punya bakat cenayang dari mana dia?
"Aku gak ngerti isi pikiran kamu, tapi kamu kalo ngambek bawaannya pengen jauhin aku, udah hafal sama kebiasaan kamu yang satu itu" Lanjutnya lagi, memang ya Jeffryan itu tipe lelaki yang perhatiannya tak main main, hal kecil saja diperhatikan apalagi hal yang serius.
Akhirnya aku pun memilih tidur dipundaknya, dengan tanganku yang merangkul lengan kanannya, menjadikan lengannya guling.
Dengan pengertiannya, Jeffryan mengelus pelan rambutku, membuat nafsu tidurku meningkat, dan mataku menjadi teramat berat, sampai akhirnya aku terlelep dengan Jeffryan yang masih setia mengelus rambutku"Sie"
"Sie"
"Hey mbil bangun, udah mau nyampe"
Tepukan pelan yang terasa dipundakku membuat tidurku menjadi terusik, dibarengi suara Jeffryan yang berusaha membangunkanku, membuatku mau tak mau harus mengumpulkan nyawa, karena mataku yang masih terasa berat, enggan terbuka.
"Bangun mbil, mau nyampe"
Akhirnya dengan berat, aku membuka mataku, objek pertama yang kulihat adalah netra hitam milik Jeffryan yang kini tengah menatapku, elusannya dikepalaku masih terasa rupanya, entah ia tak melepaskan elusannya, atau memang sengaja ia membangunkanku dengan elusan itu, aku tak tahu, tapi yang terpenting elusan itu mampu membuat mataku kembali berat saat ini.
"Heh malah merem lagi" Tegur Jeffryan.
"Abis kamu elus elus gitu, kan ngantuk jadinya" Gumamku dengan mata yang kembali tertutup, dan menyamankan posisiku, tak ada niat untuk bangun barang sebentar, masih terlalu mengantuk
"Hey bangun Sie, nanti kalo sampe rumah Uti, bobo lagi aja gapapa" Sarannya sembari menepuk pelan pundakku, berusaha membuatku terbangun dari rasa kantuk.
Akupun memaksakan mataku terbuka, dan menarik diri dari dekapan Jeffryan, kemudian melakukan peregangan kecil karena merasa tubuhku sedikit sakit, mungkin karena posisi tidur yang tidak nyaman
"Liat barang barangnya, jangan sampe ada yang ketinggalan" Peringatnya yang langsung kuturuti, benar benar seperti ibu yang selalu mengingatkan barang ini atau itu, agar tak ada yang tertinggal.
Setelah dirasa semua barang sudah tertata rapi dan tidak ada yang tertinggal, aku memilih menyenderkan kepalaku ke pundak Jeffryan, masih sedikit mengantuk sebenarnya, namun Jeffryan tidak membiarkanku untuk tertidur, ia selalu menepuk pundakku saat dirasa mataku mulai menutup, katanya sih perjalanan hanya kurang 10 menit lagi, jadi kuputuskan untuk menahan kantuk ini sampai nanti tiba.
Benar saja, 10 menit kemudian kereta sudah berhenti di stasiun, kamipun mengambil barang bawaan kami yang kemudian kembali duduk ditempat semula, Jeffryan bilang untuk keluar akhir saja, karena ia tak suka bila berdesak desakan, apalagi dia membawaku, takutnya ada tindak pelecehan yang terjadi, yaa siapa yang tau kan? dan tentu Jeffryan tidak akan mau hal itu terjadi padaku, ughh manis sekali pacarku ini.
Setelah dirasa gerombolan orang tak lagi sepadat tadi, Jeffryan menarikku berdiri dan mengajak keluar, dengan aku yang didepan dan dia dibelakangku, mengantisipasi adanya orang jahat, sampai saat ini keluar dari kereta, ia dengan sigap mengambil posisi disampingku, dan mengamit jari jariku untuk digenggamnya, aku tak mau berbohong bila saat ini, karena perhatian kecil Jeffryan ini, mampu membuatku berdebar.
-B O Y F I E-
Jadi lanjutin aja kali ya, ini nemu idenya dari pas didesa, sayang kalo dibuang euy :v
3/1/20
KAMU SEDANG MEMBACA
Boyfie
FanfictionJeffryan Adibarta. Sweet boy dengan segala keunikan yang dibangun buat gadisnya, Sierra Sabira -Jeffryan×OC-