016

1.3K 189 16
                                    

Disana, di sudut ruangan tanpa cahaya— seseorang tengah bersandar pada dinding yang dingin. Tidak ada kehangatan sedikitpun. Semuanya terasa dingin meski jaket tebal membalut tubuh yang kian mengurus itu.

Wajah nya penuh lebam dengan noda darah di baju dan tangannya. Nafasnya ikut memburu tapi yang pasti, tidak ada air mata yang membasahi.

Hebat bukan?

Tidak.

Buka karena hebat atau semacamnya. Tapi air matanya telah habis dan tak ingin keluar lagi. Maka kini pikirannya pergi kemana-mana. Memikirkan bagaimana, kemana, dan apa yang akan ia lakukan sekarang.

Ia menatap sebentar ke arah sosok yang kini terbaring dengan bersimpah darah. Kemudian beralih pada sosok gadis yang juga tengah terbaring di lantai.

"Aku tidak tahan lagi... " Lirihannya melayang di terbangkan angin.

"Aku ingin bersama mu bu.. "

"Jemput aku bu... "

"Biarkan aku disisimu... "

Lalu ia membawa kakinya untuk beranjak, berjalan keluar dari rumahnya yang gelap. Seakan cahaya tak pernah ingin menyaksikan semua yg telah terjadi padanya.

Kekerasan, penyiksaan, dan semuanya.

===

Jungkook tersadar saat layar TV menghitam. Mencoba kembali menghidupkan TV nya namun tak bisa.

"Ada apa ini?" Jungkook bertanya-tanya.

"Apa—apa mungkin seseorang diluar sana telah mematikan listriknya?" Gumam Jungkook.

Lalu dengan cepat ia segera pergi kearah saklar lampu. Benar, listriknya padam.

"Apa... Apa yang harus ku lakukan?"

"Tenang Jungkook jangan panik.. " Jungkook bergumam kembali, mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Kemudian dengan langkah lebar Jungkook pergi kearah balkon. Baru saja ia akan mulai turun namun ponselnya telah lebih dulu berbunyi.

"Ha-halo?"

"Jungkook?"

Jungkook mengalihkan sebentar untuk sekedar melihat layar ponselnya.

Seokjin.

"Hyung..! Hyung, tolong!" Dengan panik Jungkook berujar.

"Ya... Tenanglah aku akan menolongmu." Seokjin menjawab dengan tenang.

"Hyung cepat aku takut...!! Kumohon.. "

"Tenanglah.. Sekarang ikuti kata-kata ku. Pergilah ke pantai sekarang. Pantai di dekat rumah."

"Tapi—

" Cepat Jungkook."

"Hyung aku—

Tut!

Jungkook terdiam. Bimbang, ya Jungkook bimbang. Diluar ada seseorang yang Jungkook tidak tau siapa. Atau mungkin juga tidak ada siapapun diluar.

Ah! Jungkook teringat dengan jalan yang ia buat. Dengan cepat Jungkook turun kebawah dengan gorden-gorden yang telah ia ikat.

"Akh!" Rintih Jungkook saat kaki nya terkilir karena lompatan yang kurang tepat.

Jungkook segera pergi, sedikit susah karena kakinya yang terasa sangat sakit.

Saat tiba di pantai Jungkook hanya berdiri diam. Disana Jungkook melihat sepasang sepatu putih. Iya, sepatu yang sama saat ia bertemu Jimin saat itu.

Lalu ponselnya kembali berdering, kini Jimin lah yang menelponnya.

"Hyung?"

"Jungkook.. "

"Kook, apa kau melihatnya?"

"Melihat apa hyung?" Tanya nya. Matanya mengedar ke sekeliling pantai.

"Sebuah lambang yang belum dibuat."

"Lambang?" Jungkook mengernyit bingung, kemudian berjalan ke sekitar pantai untuk mencari lambang yang mungkin ada.

"Hyung aku tak melihat lambang apapun kecuali tanda di lautan dalam."

"Kau melihatnya kook. Sesuatu yang mengalihkan perhatian mu saat pertama kali datang. Itulah maksudku."

Jungkook berpikir sejenak. Sesuatu yang menarik perhatian nya saat datang? Tunggu.. Apa sepatu putih itu?

Jungkook kemudian berlari, mengambil sepatu yang kini tergeletak di bawah pohon. Ponselnya ia letakkan sejenak di pasir. Kini tangannya beralih untuk memegang sepasang sepatu putih tersebut.

"Jika ini yang kulihat maka ini bukan lambang. Ini sepatu. Tapi kenapa Jimin hyung bilang ini lambang?" Jungkook bergumam. Lalu saat sebuah jawaban klise melintas di otaknya maka Jungkook menganggap itulah maksudnya.

Lambang kebahagiaan.

Karena Jungkook pikir Jimin pasti sangat menyukai sepatu ini. Karena itu Jungkook menyimpulkan kalau benda itu adalah 'lambang kebahagiaan Jimin'.

"Tapi jika Jimin hyung sangat menyukai sepatu ini lalu kenapa ia meninggalkannya di bawah pohon begini?" Jungkook kembali bertanya-tanya. Lalu saat ia ingat panggilan telepon nya tadi tidak ia matikan, kemungkinan besar masih tersambung pada Jimin disana—Karena Jungkook ingin menanyakannya.

"Jimin hyung!"

Tidak ada jawaban. Lalu Jungkook melihat layar ponselnya. Ah—sudah dimatikan. Dan bodohnya tak terpikirkan untuk menelpon Jimin kembali.

"Lalu apa yang harus kulakukan dengan sepatu Jimin hyung ini?"

Lalu dengan iseng, Jungkook menggantungkan kedua sepatu itu lalu pergi. Karena kemungkinan Jimin akan melihatnya. Dan tanpa sadar kebalikan dari lambang yang Jungkook pikirkan telah dibuat.

TBCKalian pasti paham😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


TBC
Kalian pasti paham😘

Magic Shop [BTS story]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang