10 things i hate about you

58.4K 4.9K 120
                                    

“Hai,” sapa Satya seraya tersenyum lembut. Namun, belum sempat aku menjawab sapaan Satya suara Sergio sudah mengintrupsi lebih dulu. 

“Oh, shit! Er, tolong bilangin si brengsek yang berdiri di samping lo kalo dia nggak di undang ke pesta gue malam ini.”

“Dan, Er, tolong bilangin ke makhluk baperan di depan lo kalo gue nggak perlu izin dia buat dateng ke sini.”

“Er, tolong bilangin si brengsek yang tadi baru aja ngomong—“

Rafael menerobos masuk dan lewat tengah di antara aku dan Sergio sehingga kami terpaksa bergeser ke samping. “Bacot lo berdua! Emangnya kuping kalian mendadak budek, sampai nggak denger omongan masing-masing padahal daritadi saling teriak? Dan, please, untuk hari kalian genjatan senjata, okay? Gue nggak mau rencana gue gagal. Kalo kejutan gue berhasil, nah baru deh terserah kalian mau saling bunuh juga. Atau mau gue siapin goloknya sekalian?”

Aku mengabaikan tiga cowok yang saat ini saling pelotot itu. Dan memutuskan untuk menghampiri Jessica dan Jason yang baru saja datang. “Hi,” sapaku seraya memelukku Jessica lalu memeluk Jason singkat. “Untung kalian berdua dateng. Muak gue dengerin drama murahan tiga cowok di sana. Lo tahu, drama pertemanan mereka lebih parah daripada dramanya keluarga Kardashian.”

“Drama apa? Cinta segitiga?”

“Yups, betul, Rafael Januardi jadi rebutan dua kakak-adik gila yang gue tebak bagi mereka perasaan orang lain hanyalah barang taruhan belaka.”

“Wohooo~ keras sindirannya, Sis! Tapi yang paling terkejut di sini adalah gue. What the hell, Er, sejak kapan kamu jadi homo?” tanya Arum dramatis padahal gadis itu baru saja sampai.

Rafael menghampiri pacarnya itu lalu melingkarkan lengannya ke pinggang ramping Arum. “Aku cuma bakal jadi homo kalo kamu dilahirkan jadi cowok, babe. I miss you,” ujar pria itu seraya mengecup pipi kiri Arum yang membuat gadis itu mesem-mesem dengan pipi memerah. 

“Cih.”

“Iyuh.”

Lalu kami semua meninggalkan dua lovebirds alay itu seraya memutar bola mata masing-masing. 

***

Setelah semua undangan pesta datang—yang membuat aku bertanya-tanya sebenarnya ini pesta Sergio atau Rafael, sih? Kenapa yang datang malah teman-teman Rafael semua?—akhirnya pesta pun dimulai. 

“Oke, ini gua yang kebanyakan mikir apa Rafael emang lagi nyabotase rumah barunya Sergi buat bikin pestanya sendiri, sih?” tanyaku serius. 

“Yups, he did. Memang Rafael dari dulu kan teman paling nggak tahu diri,” sahut Jessica. 

“Heh, si orang ketiga pertama dan orang ketiga kedua, jangan nuduh macem-macem dong! Ini harusnya Sergi yang terima kasih sama gue karena udah berhasil ngumpulin kalian semua di sini. Tahulah Sergi tolol kalo milih temen. Teman dia kan fake semua,” ledek Rafael sambil ngakak.

“Tahu sendiri kelakuan Sergi pas SMA, kan? Tonjokable,” ujar Satya datar.

“Daripada lo tonjokable sampai sekarang.”

“Sesama manusia bangsat nggak boleh saling menjatuhkan. Karena kalo ada yang pengin nonjok kalian berdua, sudah pasti Kanthi-lah orangnya.”

Second Chance (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang