Aku memutuskan untuk memakai celana jeans dan baju putih untuk hang out dengan Arum dan Jessica. Karena acara hangout ini adalah acara jalan-jalan dadakan yang ada di luar rencana, jadinya aku benar-benar memakai oufit seadanya. Sepertinya kami bertiga memang mendapat ‘kutukan wacana’ karena acara jalan-jalan yang sudah direncanakan malah kebanyakan gagal entah karena salah satu dari kami tiba-tiba punya kerjaan tambahan, atau tipes karena terlalu banyak bekerja. Tetapi anehnya, kalau acara yang kami adakan dadakan pasti auto jadi. Seperti hari ini.
Tiba-tiba, dua jam lalu aku mendapat ajakan nonton bareng dari Arum—untuk mengganti acara nonton kami yang kemarin gagal—dan saat ini aku sudah siap meninggalkan rumah untuk menuju bioskop di mall terdekat. Dan akhirnya kami bisa pergi formasi lengkap, karena kebetulan hari ini Jessica juga sedang free karena Jason sedang rapat dengan klien yang akan menyewa kedai bakminya untuk reunian dan Jun sedang diculik oleh kakek-neneknya untuk diajak jalan-jalan ke Puncak.
“Jiah, akhirnya ada hari di mana kita berhenti jadi budak kesibukan. Kayaknya kita perlu rayain, nih? seember ayam KFC?” tanyaku seraya duduk di kursi belakang karena Jessica sudah duduk di samping Arum di depan.
“Nah, gue lagi mager makan ayam karena tiap hari makan ayam sisa bakmi yang nggak abis. Takut berubah jadi siluman ayam kalo hari ini juga makan ayam lagi. Kita ke candyland yang ada di Maestro aja.”
“Dih, kayak anak-anak aja lo, padahal diri sendiri udah jago bikin anak! Ngapain sih minta reward-nya permen? Kenyang kagak, sakit gigi iya. Ingat usia, Buk! Nanti diabetes lagi!” protesku karena sungguh tidak mengerti pikiran dari Ibu satu anak ini. Ya buset ... candyland banget! Emangnya kita bocah TK!
“Gue mau ke candyland sekalian mau beliin si Jun cotton candy bentuk Minions. Udah ngerengek itu bocil dari kemarin. Maaf girls, anak nomor satu, Kyuh-Yun alias Jason Wu nomor dua, dan lo sama Arum di posisi keseratus sebelas setelah popok dan kredit bulanan.”
“Iye, iye, nggak papa. Gue emang nggak pernah jadi prioritas siapa pun, kok! I am fine!”
“Hadeh ... makanya cari cowok cuy! Abis itu nikah, deh. Biar kalo malam ada yang kelonin dan tentunya selalu ada yang prioritasin.”
Mendengar ucapan Jessica sontak membuat aku dan Arum tertawa ngakak bersama. Na-ah, aku yakin sahabatku satu itu pasti tengah memikirkan hal yang sama denganku.
“Thi, lo inget nggak, sih? Si player cap kucing garong ini dulu bilang nggak mau nikah seumur hidup dan bakal jadi single kaya raya yang tiap bulan keliling Eropa sama kucing kesayangannya. Tapi malah dia yang nikah duluan, nggak jadi piara kucing karena Jason Wu alias Kyuh-Yun KW 1000 alergi kucing dan sekarang dia yang paling banter mengkampanyekan dunia pernikahan. Boom! Dunia ini memang penuh kejutan,” ledek Arum yang membuat tawaku semakin keras dan Jessica cemberut karena kesal.
“Tapi seenggaknya gue sama lo berubah, Rum. Gue berhenti jadi player dan akhirnya memilih mengabdikan diri menjadi ibu rumah tangga yang bersahaja—“
“Pretlah!”
“Dari Hong Kong cuy!”
“Heh gue belum beres!” protes Jessica. Lalu gadis itu melanjutkan ucapannya, “Walau kadang menyesal karena nggak jadi piara kucing apalagi keliling Eropa, tapi gue beneran bahagia. Dan Arum akhirnya berhenti jadi maniak yang suka pacaran sama buku dan sebentar lagi nikah sama Rafael. Sedangkan Kanthi ... ck, ck, bahkan dia lupa rules pertama dalam menghadapi cowok, Rum.”
“Na-ah, no chasing, no begging; replace him. Lha, dia malah gagal move on, Je!”
“Heh! Dua nenek sihir jahat! Gue nggak gagal move on! Cuma—“
“Lo tidur berdua sama Satya di penthouse-nya tanpa ngapa-ngapain emangnya gue percaya? Yaelah, mana nginepnya dua kali lagi!”
“Sama Alea juga woy!” protesku lagi.
“Tapi yang pertama kan nggak. Hayolo lo ngapain, Thi? Main gundu?”
Dan lagi-lagi skakmat. Aku memang tidak pernah menang kalau berdebat dengan kedua sahabatku ini. Aku pasti selalu saja yang kalah dan rasanya itu benar-benar menyebalkan. Kadang aku juga heran sendiri bagaimana bisa aku berteman begitu lama dengan dua nenek sihir ini.
Awas saja! Nanti aku balas!
“Tapi, Thi ... apa pun yang lo pilih nanti. Gue pasti selalu dukung lo oke, baby? Gue tahu sepuluh tahun memang bukan waktu yang sebentar, tapi setiap luka memang punya waktunya sendiri-sendiri buat sembuh. So, just enjoy the moment ... ya apa pun itu. Apa pun yang lo mau lakuin sama Satya, karena—“
“Je,”potong Arum yang sontak membuat Jessica menutup mulutnya. Dan tentu saja itu membuat aku penasaran. Apa Jessica dan Arum tahu sesuatu yang aku tidak tahu?
Apa sebenarnya yang terjadi selama sepuluh tahun terakhir? Puzzle apa yang hilang dari hidupku?
“Karena ya ... mending lo akhirnya galau karena merasakan putus sama cowok lagi, daripada jadi si menyedihkan yang ... lo udah pernah ciuman belum sih, Thi?”
Pertanyaan random Jessica sontak membuat kepalaku nge-blank dan pipiku di kuasai rasa panas yang menjalar sampai telinga.
“Heh, emang sopan ya nanya begitu?” tanyaku sambil melotot.
“Oke, berarti udah.”
Dan asumsi Jessica benar-benar membuat tubuhku rasanya seperti terbakar karena mengingat salah satu kenangan itu.
“Je, please, nggak semua orang kayak lo yang nggak masalah bagiin sex life-nya. Jadi, please deh berhenti bahas ini!” protes Arum dengan nada tak nyaman.
“Emang why, sih? Yang bikin relationship great kan emang great sex, bo! Review bintang lima, pendapat kredibel karena gue udah ngalamin sendiri.”
“Serah lo, Je!”
“Bahas itu lagi, gue beneran turunin lo di jalan!” teriak Arum yang hanya direspons Jessica dengan cengengesan khas gadis keturunan Tionghoa itu.
“By the way, kali ini gue juga mau bahas s-bintang-x, noh udah gue sensor, Rum! Tapi dalam konteks berbeda. Cigarettes After Sex mau konser di Jakarta kan Sabtu ini lo jadi nonton?”
Aku pun langsung cemberut saat mendengar perkataan Jessica barusan, karena sejak minggu lalu aku memang tengah galau sebab kehabisan tiket CAS. Padahal aku sudah menunggu konser mereka sejak tahun lalu. Ini semua gara-gara aku terlalu sibuk sehingga lupa memasang alarm, sehingga malah ingat di hari terakhir. Jadinya, aku pun gagal menonton konser besok karena kehabisan tiket, mungkin aku akan menonton konser CAS tiga bulan lagi di Singapura.
“Yaudah plan b ke Singapura, kan? Sekalian liburanlah. Ngapain jadi babu mulu.”
“Iya, emang niatnya gitu cuy!”
Lalu aku pun mengecek ponselku yang dari tadi bergetar, karena sepertinya ada pesan masuk yang beruntun. Dan aku pun langsung melotot begitu membaca pesan yang baru saja masuk.
“Girls....” ujarku seraya menunjukkan layar ponselku kepada Arum dan Jessica, kebetulan saat ini sedang lampu merah.
“What the—dia serius?” heboh Jessica seraya main mata dengan Arum, yang tentu saja itu membuat keningku berkerut dalam, karena belum mampu menyatukan potongan puzzle yang ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance (Completed)
RomanceHidup seorang Kanthi Tjandra yang tenang berubah seratus delapan puluh derajat gara-gara reuni sialan yang sebenarnya sejak awal tidak ingin ia datangi. Kanthi benar-benar tak menyangka jika ia akan bertemu kembali dengan murid kelas sebelah yang pe...