"Gimana hari pertama sekolah?" tanyaku pada Alea yang baru saja pulang dengan raut wajah lelah.
Alea membuka kaos kakinya dan segera memasukannya ke dalam sepatu. "Lebih capek dan nggak bisa nyantai. Tapi gue seneng karena akhirnya punya banyak teman. Walau ada satu cowok super nyebelin yang bilang warna kutek gue norak gara-gara gue warnain pelangi. Ya, walaupun ibu guru bilang gue emang harus hapus kutek karena di sekolah nggak boleh pake kutek kuku. Tapi tetep aja! Itu cowok nggak tahu fashion, ya? Nyebelin banget!"
"Kan, kemarin gue udah bilang kalo lo nggak boleh pake kutek kuku di sekolah, Le. Ngeyel sih lo!" seruku seraya terbahak-membuat bibir Alea semakin mengerucut ke depan.
Namun, aku bisa paham kenapa Alea begitu kagok saat masuk sekolah umum. Sejak SD Alea selalu home schooling karena jadwal syutingnya yang padat. Gadis itu juga lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah acting hingga tidak bisa mengikuti jadwal sekolah umum seperti anak yang lainnya. Hingga saat gadis itu masuk SMA, barulah ia bisa mencoba mencicipi masuk sekolah biasa. Punya jadwal tetap dari Senin sampai Jumat. Dan banyak peraturan yang mengikat.
"Niatnya mau gue hapus pas malemnya, Mbak. Tapi kemarin gue promo film sampai jam satu pagi, jadinya lupa. Begitu sampai rumah gue langsung tepar ketiduran."
Aku menaruh sepatu bayi asuhanku itu ke rak. "Yaudah, nanti gue bantu bersihin kutek kuku lo sebelum pulang. Inget, sekolah umum punya peraturannya sendiri, mulai sekarang nggak usah pakai yang aneh-aneh."
"Oke, siap! Yaudah gue mandi dulu, ya! Badan gue lengket semua."
"Iya, sana gih mandi. Gue siapin makan siang lo dulu."
Setelah mengatakan itu Alea segera menuju lantai dua dan masuk ke kamar. Sedangkan aku segera ke dapur untuk menyiapkan makan siang untuk Alea. Hari ini aku akan membuat ramen untuk gadis itu, karena ia sudah merengek minta dibuatkan mie Jepang itu sejak dua hari lalu.
Menjadi asisten seorang artis sebenarnya tidak pernah masuk dalam rencanaku. Setelah resign jadi budak korporat di sebuah bank swasta yang sudah menjadi tempat kerjaku selama dua tahun, sebenarnya keinginanku sederhana. Aku akan masuk kelas baking selama setahun, lalu membuka toko kue kecil-kecilan di depan rumah.
Usaha ini cukup menjanjikan karena hanya tinggal meneruskan usaha Mama. Mama juga sudah punya banyak pelanggan tetap dari dalam ataupun luar kota. Aku hanya perlu meningkatkan marketing dan mungkin bakal membuka online shop khusus untuk usaha kueku nanti. Namun ternyata takdir berkata lain, tiga tahun ini aku malah bekerja sebagai asisten seorang Alea Kirana-seorang artis muda berbakat yang sudah melakoni acting sejak umur dua tahun. Sejak debut di iklan susu anak sejak umur satu tahun hingga sekarang, ia sudah punya banyak penghargaan. Apalagi Alea Kirana juga merupakan artis yang multi talent, hingga masa depannya digadang-gadang sangatlah cerah.
Sebenarnya aku masuk ke dunia ini dengan tidak sengaja. Awalnya aku hanya menggantikan Rosi yang terpaksa resign sebagai asisten Alea karena melahirkan, tadinya kontrakku hanya dua bulan. Tetapi ternyata dunia ini menawarkan banyak kejutan, tidak seperti dunia perkantoran yang super monoton, dunia hiburan benar-benar mulur kanan-kiri-atas-bawah seperti karet gelang. Walau aku tidak terlibat langsung di dalamnya, sebagai penonton dari belakang panggung juga sudah membuatku terhibur, sehingga aku memutuskan untuk merombak ulang semua rencana yang sudah aku buat.
Aku tetap ikut baking class dan membuka toko kue online, tapi urusan membuat cake dan tetek bengeknya masih tetap di-handle Mama dengan tambahan beberapa karyawan.
Setelah selesai membuat ramen dan menatanya di meja makan aku segera mengetuk kamar Alea. Sudah hampir satu jam gadis itu tidak turun kamar, aku takut ia ketiduran sebelum makan. Gerd-nya bisa berulah, padahal nanti malam ia ada pemotretan sebagai model brand parfum lokal.
"Le, kalo mau tidur jangan lupa makan dulu!"
"Gue nggak mau tidur, dan belum nafsu makan. Gue mau workout dulu tiga puluh menit. Sumpah Jagad Dipta Avisena ngeselin banget!" seru Alea seraya naik ke lantai tiga dengan tergesa. Membuat aku hanya melongo di depan pintu kamar gadis itu karena belum tahu apa yang membuat Alea marah. Dan siapa pula Jagad Dipta Avisena?
Lalu aku pun kembali ke lantai satu untuk membawa ramen ke lantai tiga. Gadis itu harus makan sebelum gerd-nya berulah dan membuat jadwalnya berantakan. Aku membuka pintun gym ala-ala yang ada di sisi kanan, dan langsung terlihat Alea yang tengah melakukan jumping jacks sehingga keringat mulai mengalir di keningnya yang berponi.
"Le, abis workout jangan lupa makan!"
"Sip!" ujarnya seraya melompat tinggi-tinggi.
Oke, siapa pun si Jagad Dipta Avisena ini-cowok itu benar-benar membuat Alea marah, tapi nanti saja aku tanyakan setelah gadis itu selesai olahraga.
Seraya menunggu Alea olahraga aku pun memutuskan menyambar ponselku yang sejak tadi aku charge di pojok ruang. Aku membuka pesan Arum yang ada di kolom paling atas dan mataku langsung terbelalak begitu membaca isi pesan yang dikirim sahabatku itu. Holyshit! Gimana bisa gue terdaftar sebagai peserta reuni!
Aku men-scroll layar ke atas dan sekarang aku tahu siapa biang keroknya. "Heh, bocil! Ngapain lo bilang ke Arum kalo gue setuju dateng ke reuni?" tanyaku berapi-api.
Bayi besarku itu cekikikan. "C'mon, Mbak, kenapa harus semarah itu, sih? Gue ngasih jalan buat lo seneng-seneng, lho. Haha-hihi sama temen-temen lama, nostalgia jaman baheula, biar lo nggak nongkrong di kamar mulu. Gue tahu karena acaranya malam Minggu lo pasti nolak dateng, karena mau lanjut nonton Bones season 6. Menyedihkan banget tahu nggak!"
Masalahnya teman lama gue jelmaan iblis semua, Le.
"Ck, awas ya lo, Le!" seruku seraya menelepon Arum, sedangkan Alea hanya merespons ucapan dengan memeletkan lidahnya.
"Rum, pokoknya gue nggak mau datang ke reuni!" seruku begitu Arum mengangkat teleponku.
"Apaan sih, Kanthi! Kok, lo nggak konsisten gini?" semprot gadis itu di ujung sana.
"Yang bales pesan lo si Alea. Emang kampret itu bocah satu! Pokoknya gue nggak bakal dateng!"
"Nggak, nggak bisa dibatalin! Lo mau gue digorok Gibran? Tahu sendiri bikin acara di Berlian susahnya minta ampun! Masih dapat meja aja syukur! Udah ya gue mau rapat, bye!"
"Rum! Arum!" Tut ... tut....
Sial, teleponnya dimatikan! Akhirnya aku hanya bisa menjerit frustrasi. Lalu aku membuka kaos yang aku pakai dan membiarkan tubuhku hanya dibalut sport bra. Lalu akhirnya aku bergabung untuk melakukan jumping jacks bersama Alea.
Awalnya aku tahu metode ini dari Alea, ternyata melakukan workout saat marah benar-benar bisa membuat perasaan negatif yang menguasai tubuh juga ikut hilang.
"Masih marah sama gue, Mbak?" tanya Alea seraya melakukan burpees.
"Nggak usah ajak ngomong gue!" sebalku.
"Believe me datang ke reuni pasti seru banget!"
"Believe you your head, Le! Lo aja nggak pernah dateng ke reuni gimana bisa bilang dateng ke reuni itu seru banget!"
"Makanya lo dateng ke reuni terus ngasih gue review. Please ... Ya? Ya?" pintanya dengan mata berbinar. Oh, sial, gimana gue bisa marah sama anak kucing satu ini?
Aku menghela napas panjang seraya melakukan russian twist. "Oke!" Dan aku hanya bisa tersenyum kecil saat Alea berteriak girang seraya ikut melakukan russian twist bersamaku.
Keringat mulai membanjiri tubuh kami berdua, dan jujur saja saat ini perutku sudah mulai kaku. Hingga akhirnya aku terlentang di lantai dengan napas ngos-ngosan-Alea juga melakukan hal yang sama.
Akhirnya kami berdua tiduran di lantai tiga seraya menunggu keringat yang membasahi tubuh kami kering. See? Amarah kami langsung reda, workout saat sedang emosi benar-benar pilihan yang tepat!
Setelah meminum air mineral yang tersedia, aku segera membuka email yang masuk dan menulis note penting yang baru saja dikirimkan Denada-manager Alea.
Note :
Tanggal 15, 16.00 WIB"Bintang tamu masak-Chef Suta."
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance (Completed)
RomansHidup seorang Kanthi Tjandra yang tenang berubah seratus delapan puluh derajat gara-gara reuni sialan yang sebenarnya sejak awal tidak ingin ia datangi. Kanthi benar-benar tak menyangka jika ia akan bertemu kembali dengan murid kelas sebelah yang pe...