Bun, hidup berjalan seperti bajingan....
Aku menyalakan lagu Bertaut yang dipopulerkan oleh Nadin Amizah, lalu membuka channel Emi Wong di Youtube untuk melihat video workout yang baru saja di-upload fitness youtuber asal Hong Kong itu beberapa minggu lalu.
Lalu aku menggelar matras di tengah ruang gym Satya yang lumayan luas dan pemanasan sebentar sebelum melakukan workout pagi ini. Pemanasan begitu sering diabaikan, padahal ini adalah tahapan yang penting, karena pemanasan bisa mencegah cedera. Jadi, kalau kamu mau olahraga apa pun, jangan lupa melakukan pemanasan walau hanya lima menit, karena pemanasan sebelum olahraga memang sepenting itu.
Setelah melakukan pemanasan aku membuka tirai yang menutupi dinding kaca gym dan pemandangan bulan yang dikelilingi bintang langsung tampak dari dalam sini. Sekarang memang masih pukul empat pagi, jadi wajar saja kalau matahari belum menampakkan dirinya sama sekali.
Tadi malam aku tidur sekitar pukul dua pagi karena begadang dengan yang lainnya, ya aku memang baru tidur selama dua jam, tapi aku benar-benar tidak bisa memejamkan mata lagi saat tadi tiba-tiba terbangun karena mimpi buruk. Kejadian yang aku tahu bukan hanya mimpi, karena aku benar-benar mengalami itu semua. Ayah membenciku, aku membuat Mama meninggal, fakta menyakitkan itu tidak bisa aku hindari tak peduli betapa nyamannya pelukan Satya dan nyamannya ranjang pria itu.
Rasa sakit tidak pernah bohong, rasa sakit tidak pernah bisa dibohongi, tak peduli seberapa kamu pandai pura-pura baik-baik saja untuk menipu orang lain dan diri sendiri.
Rasa sakit begitu nyata, rasa sakit tidak pernah bisa berbohong atau dibohongi, perasaan itu akan terus ada di hatimu. Menyiksamu dengan kejam tak peduli bangun atau tertidur. Perlahan-lahan ia akan menggerogoti jiwa dan ragamu, hingga akhirnya kamu berhenti denial dan mengakui kalau kamu tidak pernah baik-baik saja.
Waktu bisa menyembuhkan luka itu omong kosong. Luka ini tidak akan pernah sembuh, luka ini justru semakin membusuk dan bernanah. Dan luka ini akhirnya menjerit, ia berteriak menuntut keadilan. Dasar Kanthi manusia munafik, kamu harus berhenti sekarang sebelum terlena pada permainanmu sendiri semakin dalam.
Cuma orang tolol yang melakukan kesalahan yang sama dua kali. Satya adalah kesalahan, tak peduli pelukan pria itu begitu hangat, dan cintanya sangat luar biasa. Ingat, Kanthi ... apa alasanmu ada di sini.
Tentu, bukan untuk jatuh ke lubang yang sama dua kali atau jatuh cinta sekali lagi.
Cuma orang tolol yang melakukan kesalahan yang sama dua kali....
“Remember, guys! No pain, no gain! We dont stop until the timer stop, 10 second!”
Suara Emi Wong bersahutan dengan suara Madison Beer yang menyanyikan lagu Reckless. Sepuluh detik yang menandakan berakhirnya sesi workout-ku sudah selesai, tapi aku belum mau berhenti. Hingga akhirnya aku terus melakukan hip dip, tak peduli perutku sudah terasa sakit dan kaku, serta lenganku yang sudah gemetaran. Percayalah, rasa sakit ini tak ada apa-apanya dibandingkan rasa sakit yang ada di hatiku.
“Hai, baby kamu bangun cepat pagi ini,” ujar Satya seraya memasuki ruang gym ala-ala ini yang sontak membuatku berhenti workout—menyiksa diri—lalu, aku pun tiduran di atas matrass dengan napas yang terengah.
“Hai, morning babe! Yups, aku nggak bisa tidur lagi tadi, jadi aku mutusin olahraga. Sekarang masih jam 5, kamu juga bangun cepat pagi ini,” ujarku seraya menjulurkan kedua tangan—bermaksud meminta bantuan Satya untuk bangun.
Satya mendekat ke arahku, meraih kedua tanganku, lalu menarikku bangun hingga aku jatuh ke pelukan pria itu. Aku memeluk pria itu erat, karena mungkin ini adalah terakhir kalinya aku bisa memeluk pria itu sehabis olahraga seperti ini.
Satya membalas pelukanku sama eratnya, tak peduli kalau saat ini tubuhku penuh keringat dan lengket. Aku yakin rambutku juga berminyak, tapi pria itu tetap saja mengecupnya berkali-kali yang membuat aku begitu bahagia.
Andai aku boleh seperti ini selamanya, andai aku dan Satya boleh sekali lagi jadi kita....
“Aku mandi dulu, oke? Karena aku yakin banget sekarang aku bau asem.”
“Mau mandi bareng?” bisik pria itu di telingaku, yang sontak membuat seluruh tubuhku meremang.
“Rafael dan yang lain ada di bawah.”
“Mereka nggak bakal dengar.”
Lalu aku balas berbisik di telinga Satya dan itu sontak membuat pria itu memerah sampai telinga.
“Then, let’s do that, baby.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance (Completed)
RomanceHidup seorang Kanthi Tjandra yang tenang berubah seratus delapan puluh derajat gara-gara reuni sialan yang sebenarnya sejak awal tidak ingin ia datangi. Kanthi benar-benar tak menyangka jika ia akan bertemu kembali dengan murid kelas sebelah yang pe...