7. Kotak,Foto, dan Raquella

55 6 0
                                    

Plakk..

"Jaga ucapan kamu!" ucap Andreas terlihat geram

"Papa yang harusnya jaga ucapan papa! Papa itu udah di butakan sama yang namanya cinta!" teriak sang anak perempuan memengangi pipinya yang terasa panas

"Dasar anak kurang ajar! Berani kamu berteriak pada saya?!" bentak  Andreas

"Untuk apa aku takut pah?! Memang kenyataannya seperti itu" ucap anak perempuan itu bangkit dari jatuhnya

"Saya tidak pernah mengajarkan kamu bersikap tidak sopan seperti ini Ela!" ujar Andreas

"Memangnya kapan papa pernah ngajarin aku? Apa pernah papa perhatiin aku?" tanya anak perempuan yang di panggil Ela

Andreas terdiam di tempatnya berdiri. Dia sendiri baru menyadari bahwa dia memang tidak pernah memerhatikan hal hal yang terjadi pada puterinya

"Kenapa papa diam? Kalah bicara dengan anaknya yang tidak pernah kamu ajarkan?" tanya Ela seolah menyindir

"Memangnya hidup saya hanya untuk memerhatikan kamu saja?! Hidup saya tidak melulu tentang kamu! Pekerjaan lebih penting!" elak Andreas

"Kerja, kerja, kerja. Uang , uang, uang. Ela gak butuh semua itu pah! Ela cuma butuh papah!" ucap Ela jengah

"Sudahlah! Perbaiki saja sana nilai sekolah mu dan sikap sikapmu itu! Memalukan sekali. Tidak seper-"

"Seperti siapa?! FELA?! Fela lagi kan? Sudah biasa" potong Ela

"Karena adikmu itu lebih baik dari kamu!" ucap Andreas enteng

"Emangnya kapan sih Ela bisa menang lawan Fela? Gak pernah pah! Dia kan anak emas papah" cibir Ela

"Seharusnya kamu itu sadar! Contoh dia! Baik hati, rajin belajar, pintar, tidak seperti kamu yang gak bermoral" ucap Andreas membandingkan

Gadis bernama panggilan Ela pun diam, merasa kalah untuk kesekian kalinya dengan adiknya yang bernama Felaras. Felaras Zifanka Ayu.
Adik tirinya yang hanya berbeda usia satu tahun dengannya itu selalu di bandingkan dengannya. Bahkan oleh papanya sendiri. Miris.

"Dia sopan santun! Ramah! Penurut! Dia tidak mempermalukan saya" ucap Andreas sembari menunjuk Felaras yang baru saja keluar dari kamarnya

"Sekarang saya tahu, yang salah itu bukan kamu. Tapi ibu kandung kamu!" sambung Andreas

Ela mengegakkan wajahnya yang semula tertunduk. Gadis itu memandang tak suka kepada Andreas yang masih meneliti foto pernikahannya dengan ibu kandung Ela sendiri.

"Coba lihat Felaras! Dia hanya di didik ibunya saja sejak kecil! Tapi moral dan sikapnya baik. Karena apa? Karena ibunya juga wanita baik baik. Tidak seperti ibu kamu" ujar Andreas

"Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya" sambung Andreas

"Jangan ucapkan apapun lagi tentang ibu saya, bajingan!" teriak Ela

"Apa kamu bilang tadi?!" tanya Andreas memastikan

"Bajingan. Saya bilang BAJINGAN!" teriak Ela memperjelas

Plak..

Satu tamparan keras mengenai tepat pada pipi mulus Ela, tamparan kedua di malam hari ini.

"Siapa yang kamu bilang Bajingan hah?!" tanya Andreas

"Anda! Anda adalah bajingan paling kejam yang pernah saya temui di dunia" jawab Ela berteriak

Plak..

Tamparan ketiga di pipi Ela sukses membuat kedua pipi Ela menjadi merah dan cukup perih. Tidak papa, ini masih belum ada apa apanya di bandingkan hari hari yang lalu

RAQUELLASKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang