lagi-lagi aku ditinggal.
sudah kucoba berlari sekuat tenaga,
dengan kaki kananku yang sudah terkilir,
dan kaki kiriku yang menyengat sedari tadi.memar yang menghiasi tubuhku,
luka yang mengiris jemariku,
tidak ku acuhkan peluh yang begitu banyak menetes di muka.aku tidak bisa.
aku tidak bisa menyusulnya.
ia sudah lari begitu jauh dariku,
setelah merobek dan menyiksa diriku.ia begitu egois.
ia tidak peduli dengan semua kesakitan yang ia timbulkan,
semua luka yang belum sembuh,
semua perih yang berujung tangis.
mengapa ia tidak menoleh ke belakang?
mengapa ia tidak berhenti?tidakkah ia peduli?
aku tidak bisa berlari menyusulnya.
ia telah pergi jauh dariku.
merenggut segala hal yang kusayangi.
ia tidak adil.—
lagi-lagi aku bermimpi.
tentang memori lama yang seharusnya kulupakan,
seperti katamu.maaf sayang, aku gagal.
aku gagal untuk menjadi baik yang benar-benar baik.aku selalu mengatakan bahwa aku baik-baik saja,
padahal hingga kini aku belum bisa untuk benar-benar bahagia.aku mengatakan bahwa aku bisa bangkit sendiri,
nyatanya setiap hari aku habiskan banyak waktu untuk menyakiti diri sendiri.aku mengatakan bahwa besok aku akan kembali ceria,
tapi aku masih memeluk luka dengan setia.
menerjemahkan rasa sakit sebagai sebuah euforia.ah, sepertinya hidupku memang dipenuhi rasa duka.
bukankah begitu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Unsent Feelings
Poetrysegala perasaan yang tak bisa kukatakan, jadi kutulis saja karena lebih mudah. untuk memulainya, kamu akan menjadi ungkapan yang pertama. begini, aku menyukaimu. dan kamu akan mendominasi segala tulisanku. semua bercerita tentangmu, ialah dirimu yan...