aku merindukan kamu yang entah bagaimana kabarnya saat ini.
karena pada malam perpisahan itu pun, tangan panjangmu ternyata masih lincah soal bermanuver di atas kemudi.
menyisir gemerlap malam kota yang menurutku tidak banyak berubah meski sudah 12 tahun aku tinggal.tidak ada yang lebih istimewa dari dirimu dan Jakarta malam hari saat itu.
aku ingat,
masih dengan tempat yang sama,
masih dengan sarat penerangan minim yang sama,
masih dengan brandy snifter yang sama terisi dengan rasa yang sama pula,
dan masih dengan diammu yang tidak kumengerti,
pemandangan itu tidak ada ubahnya meski sudah dua setengah jam berlalu.kini,
ada ratusan pertanyaan yang hinggap tentang dirimu,
ada juga harapan akan kita yang aku ingin suatu saat bertemu sekali lagi,
mungkin kita bisa melakukan hal yang dulu pernah terlewati.pun di antara semua itu,
ada perasaan bernama rindu yang sering bertandang bersama bayangmu.satu perasaan yang mendominasi tanpa peduli apa kabar jadwalku kala itu.
perasaan yang bisa saja membuatku geming tak mampu bekerja dengan baik.
rindu akan dirimu-yang mungkin tidak akan lenyap.iya, sekarang aku sedang merindukanmu.
tapi jujur,
aku tidak ingin merindukan kamu lagi.
jadi, kembalilah ke sini, ke sisiku.
beritahu aku ceritamu, pemikiranmu, mimpimu.
biarkan aku kembali bertemu senyummu, pelukmu, pun perhatianmu.kemarilah,
temani aku,
agar aku tidak perlu merindukanmu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unsent Feelings
Poetrysegala perasaan yang tak bisa kukatakan, jadi kutulis saja karena lebih mudah. untuk memulainya, kamu akan menjadi ungkapan yang pertama. begini, aku menyukaimu. dan kamu akan mendominasi segala tulisanku. semua bercerita tentangmu, ialah dirimu yan...