ch 2

4.9K 701 54
                                    

Brakk

Taeyong tersentak saat pintu toilet sekolah terbuka dengan kasar. Ia yang sedang menahan laju darah dari hidung nya dengan tissue pun seketika menegang saat melihat orang orang yang muncul di belakang nya. Jam pelajaran telah usai dan hampir tidak ada siapapun di sekolahnya.

"Hidung si pelacur berdarah lagi. " ejek seorang pria mungil di hadapan nya yang langsung disambut tawa oleh teman nya.

"Apa yang kau mau Ten? " tanya Taeyong to the point.

"Heuh? Kau memanggil nama ku? Kau berani mengajak ku bicara? " kata Ten dengan marah.

Taeyong bergetar. Tubuhnya seakan tremor mendengar suara mengancam Ten. Ia lantas melangkah mundur hingga mentok di wastafel.

"Kau adalah pengecut. Kau tahu itu. Kau terlahir sebagai pengecut. Dan kau akan tetap menjadi pengecut. Kau kira aku membenci mu hanya karena kau merebut Johnny? Tidak! Aku memang membenci mu! Aku membenci dirimu walau hanya karena terlahir ke bumi. " kata Ten sambil menunjuk nunjuk Taeyong dengan jari telunjuk nya.

Byuuuurrr

Taeyong terkesiap saat Winwin, teman Ten, mengguyur nya dengan air dari gayung yang dipegang nya.

"Oopss. " cicit Winwin yang dihadiahi kekehan sinis dari Ten.

"Cabut win!" kata Ten sambil menatap Taeyong dengan ekspresi meremehkan.

Taeyong menatap kepergian mereka dengan nanar. Entah apa masalah Ten dan Winwin, tapi itu semua berawal dari Johnny, alumni mereka yang menyatakan cinta pada Taeyong dua tahun yang lalu.

Ten dan Winwin mungkin memiliki perasaan dengan Johnny sehingga mereka melakukan apapun untuk menjatuhkan Taeyong.

Awalnya mereka bertiga adalah teman. Namun status itu berubah saat hal tak diinginkan terjadi. Taeyong berulang kali berusaha memperbaiki hubungan mereka namun tak ada celah untuk berbaikan.

.


Jaehyun mengendarai mobil mewah nya keluar dari sekolah menuju ke rumah nya. Namun matanya menatap seseorang yang meringkuk di halte bis tak jauh dari sekolah nya.

Itu Taeyong.

Sedang berdiri sambil memeluk tubuhnya sendiri. Seragam sekolah nya basah. Ia memelankan laju mobil nya dan memperhatikan bagaimana Taeyong yang sekarang sedang memberhentikan bus kota dan menaiki nya.

"Kenapa baju nya bisa basah kuyup begitu? " gumam Jaehyun

Hei tunggu~~

Bus yang dinaiki Taeyong bukanlah trayek yang menuju kerumah nya. Lantas kemana Taeyong pergi? 

Merasa tak dapat menahan keingin tahuan nya, Jaehyun lantas mengikuti jalur bus tersebut hingga Taeyong berhenti di sebuah jalanan padat penduduk.

"Apa yang dilakukan anak itu di tempat seperti ini? " gumam Jaehyun lagi.

Ia lantas turun dari mobil nya dan berjalan pelan mengikuti Taeyong hingga ia melihat bagaimana pria mungil itu masuk kedalam sebuah gedung kecil di ujung jalanan padat itu.

Le Auvo Bar

Itulah tulisan yang terpampang di atas pamflet di gedung tersebut.

Jaehyun lantas mendengus kasar.

"Benar. Jadi semua itu memang benar. " katanya dengan ekspresi setajam mungkin.

Ia lantas berbalik pergi dan menuju ke mobil nya. Harusnya semua sudah bisa diduga nya. Foto yang dikirim seseorang dua tahun yang lalu saat ia masih di Amerika itu memang benar.

Ia masih ingat jelas bagaimana detail foto tersebut. Seorang pria yang sangat dikenal nya, Lee Taeyong sedang berdiri di dalam diskotik dengan lengan pria melingkar di pinggang nya. Tak hanya satu pria, ada empat pria yang mengelilingi nya.

"Dia benar benar pelacur. " gumam Jaehyun penuh kekecewaan. Kemarahan melingkupi hatinya. Ia memukul stir di hadapan nya dengan kesal.

.

"Selamat sore, Tuan Ahn. " sapa Taeyong dengan ceria.

"Aigoo Taeyong-ah. Tepat waktu sekali. " kata Tuan Ahn sambil memberikan tumpukan kotak pizza kepada Taeyong.

"Baiklah aku akan mengantar ini semua. " kata Taeyong lalu membawa kunci sepeda motor yang diberikan tuan Ahn.

"Hati hati. "

Taeyong mengantar pizza pizza itu ke alamat yang sudah di berikan oleh tuan Ahn. Sudah lima bulan ia bekerja sebagai pengantar pizza di restoran junkfood tuan Ahn. Ia memerlukan banyak uang tambahan belakangan ini.

Restoran tuan Ahn sangat lah ramai. Namun delivery juga tak kalah ramai. Ia bahkan bisa mengelilingi kota hanya untuk mengantar pizza pizza itu.

Gedung restoran tuan Ahn adalah gedung yang di sewa oleh tuan Ahn sejak empat tahun lalu. Terdiri dari lima lantai, Restoran Tuan Ahn berada di lantai satu dan dua. Sementara sebuah kantor penerbitan berada di lantai tiga dan empat. Dan dilantai atas merupakan sebuah Bar dewasa bernama Le Auvo.

Shift kerja Taeyong tidak lah lama. Disamping karena ia masih belum memiliki sim, ia juga merupakan seorang pelajar. Bulak balik keliling kota dan kembali ke restoran tuan Ahn saat malam tiba. Taeyong mengembalikan kunci motor kepada tuan Ahn dan berpamit pergi.

Pukul delapan malam, ia tak lantas pulang ke rumah. Ia mengambil bus kota menuju sebuah klinik psikiater di sudut kota Seoul.

"Selamat malam Dokter. " sapa Taeyong sambil mengambil kursi didepan dokter Bae Joohyun.

"Apa hari mu baik? " tanya Dokter yang biasa dipanggil Irene itu.

"Yaaa. Biasa saja. " kata nya.

Dokter Irene mengangguk maklum. Ia lantas memulai sesi terapi bersama Taeyong.

Sudah enam bulan ia menjalani terapi bersama Dokter Irene. Semenjak Ten dan Winwin membully nya tanpa spasi, ia menjadi tertekan hingga depresi. Fikiran untuk mengunjungi psikiater sudah lama ia khayal kan. Hingga akhirnya bisa terealisiasi enam bulan yang lalu.

Sesi terapi berjalan mulus, Dokter Irene paham betul dengan kondisi para pasien nya. Ia lantas meresepkan Taeyong beberapa pil penenang.

"Apa kau masih mimisan? " tanya Dokter Irene.

Taeyong mengangguk kecil, "Setiap kali aku berfikir terlalu keras, aku akan mimisan. "

Huffttt.

Dokter Irene menghela nafas nya.

"Semua nya akan baik baik saja Taeyong. Kau pasti bisa melewati semua ini dengan tenang. Ingat, selalu bersikap tenang. Jangan overthinking. " nasihat dokter Irene.

Taeyong bergegas menuju apotek dan menebus resep pil penenang yang di berikan dokter Irene.

"enam ratus ribu. " ucap sang apoteker.

Taeyong memeriksa dompet nya, dan mendapati uang senilai tiga ratus ribu yang ia ambil dari kaleng dibawah kasur ibu nya dengan alasan membeli buku.

"Hnnmm. Apakah bisa setengah botol dulu mbak? " tanya nya.

"Bisa saja. Tapi setengah botol hanya berisi 10 pil saja. Menurut resep kau membutuhkan lebih. " usul sang apoteker.

"Aku akan kembali lagi besok. Berikan aku 10 pil saja. " kata Taeyong.


.


"Apa kau selalu pulang selarut ini? "

Taeyong membalikkan tubuhnya dan mendapati Jaehyun bersandar pada meja makan dengan tangan yang bersedekap di dada.

"Ah.. Anu.. Maaf tuan muda. Saya ada keperluan. " cicit nya sambil menunduk.

Jaehyun berjalan mendekat ke arah Taeyong dan menatapnya menilai dari atas ke bawah. Di cengkram nya rahang mungil Taeyong hingga kepala kecil itu menatap nya.

Nafas Taeyong memburu. Posisi mereka sangat dekat. Tatapan mata Jaehyun seolah bisa merobek kornea matanya saking tajam nya.

"Berapa tarifmu? " kata Jaehyun sambil menyeringai.


To Be Continued.

changes (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang