ch 14

4.4K 593 54
                                    










"Maafkan aku, Taeyong. Aku adalah suami yang payah."

Taeyong berhenti dari kegiatan nya dan menatap Mingyu dengan ekspresi serius, ia tidak suka kalimat yang baru di lontarkan pria didepan nya ini. "Ya, kau memang payah. Sekarang pergi keluar dan carilah pekerjaan!" Kata Taeyong ketus.

Mingyu menatap pria didepan nya sambil tertawa kecil. Dilihatnya tangan mungil itu kembali melanjutkan kegiatan nya sedari tadi, merendam baju baju kedalam cairan detergen. Lalu ekspresi nya kembali berubah menjadi nanar. "Aku akan pergi sekarang." Kata Mingyu.

Taeyong mendongak, melihat Mingyu yang sudah berdiri dan beranjak pergi dari ruang cuci di rumah mereka.

"Mingyu!"

Mingyu berbalik menghadap Taeyong yang juga sedang menatap nya.

"Semangat!"

Mingyu terkekeh pelan saat melihat Taeyong meneriakkan semangat padanya. Tak lupa tangan kurus itu di tinju nya ke langit, seakan mentransfer kekuatan untuk Mingyu.

Mingyu pun mengangguk kecil sambil sesekali masih terkekeh. Melihat ekspresi Mingyu yang menertawai nya, Taeyong pun mencebik kesal. Ia malu sudah berlaku cringe seperti tadi.

Sudah tujuh tahun Taeyong hidup di perantauan, kehidupan di Ansan bahkan lebih pelik daripada Seoul. Mingyu tak kunjung memiliki pekerjaan tetap dan menghasilkan, dan Taeyong sialnya Pizza Ahn tidak ada di Ansan sehingga Taeyong tak bisa bekerja semudah saat ia bekerja di Restoran Tuan Ahn.

Taeyong mulai memasukkan tumpukan baju itu kedalam mesin cuci dan menyalakan pengaturan manual nya. Ia pun bergegas keluar dari ruang cuci dan menuju ke ruang tamu. Satu hal yang membaik di kehidupan mereka adalah, rumah Mingyu di Ansan ternyata cukup nyaman dan layak untuk di tinggali. Rumah itu merupakan rumah beton berwarna gelap dengan desain eropa kuno. Taeyong masih tak mengerti kenapa Mingyu pindah ke Seoul dan memilih tinggal di gubuk tua miliknya.

Taeyong menghela nafas nya sebentar saat melihat tumpukan baju yang sudah di setrika. Ia mulai memasukkan tumpukan baju itu kedalam kantong plastik transparan. Sudah hampir setahun ini ia membuka jasa cuci kering laundry. Hampir semua tetangga nya memakai jasa nya ini. Usaha ini memerlukan tenaga yang besar, namun Taeyong sangat tegar dan realistis dalam menghadapi hidupnya sehingga ia tak pernah mengeluh sedikit pun.

Ting tong

Taeyong memberhentikan kegiatan nya dan berjalan pelan ke arah pintu depan rumah saat mendengar suara bel berbunyi.

"Ahh.. Taeyong-ssi. Aku ingin mengambil laundry ku."

Oh, ternyata itu adalah Jeon Wonwoo. Tetangga nya yang tak pernah absen menitipkan pakaian kotor nya pada Taeyong untuk di cuci.

Taeyong tersenyum pelan, ia lantas mengangguk pada Wonwoo. "Tunggu sebentar ya." Katanya.

Wonwoo menunggu di depan pintu rumah itu, sementara tak lama kemudian, Taeyong kembali dengan satu plastik besar pakaian Wonwoo yang sudah dikemas dalam laundry bag.

"Ini Wonwoo-ssi."

Wonwoo tersenyum lebar dan mengambil kantung plastik itu. "Terima kasih Taeyong-ssi."

"Iya sama sama." Jawab Taeyong.

"Mau berkunjung?" Tanya Taeyong pada Wonwoo, sebab setelah ia menerima ucapan terima kasih pria cantik di depan nya ini, pria ini tak kunjung pergi dari rumah nya.

"Eoh? Eumm?? Apa boleh?" Tanya Wonwoo pelan.

Taeyong tersenyum tulus lalu berkata " Ya, tentu saja. Sedang tidak ada orang di rumah. Aku punya beberapa cemilan jika kau ingin."

changes (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang