Sejak resmi menikahi Arika, Lana membawanya tinggal sendiri di sebuah kontrakan sederhana guna menghindari ikut campurnya pihak keluarga dalam urusan rumah tangganya. Sebenarnya bisa saja ia beli rumah di sebuah perumahan, tapi untuk awal-awal pernikahan Lana sama sekali tidak ingin membiasakan istrinya hidup dengan kemewahan. Lana mengontrak rumah di dekat kantor cabang barunya. Ia dipindah tugaskan atas usulan atasannya karena kinerjanya yang bagus dalam perusahaan. Meski tak jauh berbeda dengan pekerjaan lamanya, di kantor cabang yang baru Lana diminta melanjutkan pendidikan S1 nya agar bisa setara dengan karyawan lain. Itu juga jadi salah satu alasannya mengapa ia tak mau membeli rumah.
Setelah hampir sebulan menjadi istri Lana, Arika kelihatan piawai sekali memasak dan mengenyangkan perut suaminya. Setiap Lana pulang bekerja, makanan sudah tersedia dengan rapi di atas meja sederhana di dapur. Dengan penuh keikhlasan ia ambilkan makan untuk suaminya. Ia ikhlas tinggal bersama di rumah kontrakan tersebut, yang terpenting baginya adalah bisa terus bersama sang suami.
Hari ini ia tidak memasak, sedikit tidak enak badan. Semoga saja suaminya tidak marah dan kecewa melihat dapur kosong tanpa satu masakan pun. Beberapa menit kemudian Lana datang mengucapkan salam. Perlahan-lahan Arika bangun untuk membukakan pintu. Ia membiarkan suaminya menghambur ke dalam dengan wajah sedikit ditekuk karena lelah.
"Aku hari ini gak masak. Maaf, ya." Arika menunduk.
Lana terkejut. Bagaimana mungkin Arika tidak memasak? Ia sudah sangat lapar. Di luar panas, ia kira di rumah ia akan merasakan kesejukan tapi ternyata ia salah. Dengan berat hati Lana mengangguk. Ia tidak bertanya kenapa Arika tidak memasak. Ia pergi sendiri ke dapur untuk memasak mie instan. Biarlah, semoga laparnya hilang dengan masakan sederhana itu.
"Aku gak enak badan. Makanya gak masak." Arika berdiri di ambang lawang yang memisahkan ruang depan dan dapur.
Lana tak menjawab apa-apa. Ia hanya mengangguk. Sudah biasa bagi Arika diperlakukan seperti itu. Awalnya mungkin menyakitkan, tapi lama kelamaan ia mulai menyadari bahwa pernikahan mereka tak dilandasi rasa cinta, itu sebabnya Lana bersikap seperti itu padanya. Ia memutuskan untuk kembali berbaring di dalam kamar.
Lana melirik, memandang sedikit bagaimana istrinya itu berjalan lemah ke menuju kamar. Tak tega rasanya. Tapi ia enggan berinteraksi langsung dengan Arika sejak malam pertama mereka. Rasanya itu pun sudah cukup. Yang terpenting ia tidak mengabaikan nafkah lahir perempuan itu, ia bekerja untuk memenuhi tanggung jawabnya itu sebagai suami yang harus menafkahi istrinya. Dan ia akan berusaha melakukannya dengan baik sekuat semampunya.
"Kamu kenapa? Kalau gak enak badan, ayo, periksa ke dokter. Jangan di tahan-tahan." Lana tiba-tiba berdiri diambang pintu kamar.
"Pengennya di kerokin pake minyak angin sama uang logam."
Lana menghela napas. Ia kembali ke dapur untuk mematikan kompor, kemudian kembali ke kamar menolong istrinya. Perlahan wanita itu menanggalkan pakaiannya. Keadaan ini selalu membuat Lana sedih. Ia tak bisa menyentuh Arika seperti seharusnya. Menolong seperti ini saja ia masih terus beristighfar dalam hati, takut-takut kalau yang dilihatnya adalah sesuatu yang mendatangkan dosa.
"Pijet ini dulu." Arika mengarahkan telapak tangan Lana pada kedua pundaknya yang terasa nyeri. Sambil terus beristighfar, Lana berusaha membiasakan dirinya dengan sentuhan-sentuhan tersebut. Tak mungkin ia terus-menerus hidup seatap dengan Arika tanpa menyentuhnya.
Saat Arika sedang menikmati pijatan suaminya, dari luar rumah terdengar suara gaduh sepasang suami istri. Takut terjadi kekerasan fisik, Lana buru-buru keluar untuk melihat apa yang sedang terjadi. Tapi mereka kelihatan baik-baik saja. Hanya terlihat kesusahan membawa perabot rumah yang sepertinya baru di beli. Lana enggan membantu sebenarnya, ia berniat melanjutkan pijatannya pada sang istri sebelum seorang lelaki menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Family Of LYQAENSIFU Part II
Teen FictionKalau pernah baca TFO LYQAENSIFU part I pasti udah gak asing sama nama-nama tokoh di sini. Ini kelanjutan ceritanya :) Semoga di terima dengan baik. Salam baca untuk para pembaca, AKU CINTA KALIAN❤