Mommys Goes To Bali

50 3 24
                                    

Maira baru saja sampai di rumah saat bundanya memamerkan tiket untuk ke Bali. Tapi ia sedikit terkejut ketika ternyata bundanya pergi seorang diri---tanpa ayahnya---hanya bersama teman-teman LYQAENSIFU nya, itu pun tidak lengkap. Mama Asadina tidak bisa ikut karena sudah ada janji di tanggal yang sama dengan grup arisannya di SAVIKHANA. Ibu Bunga tidak bisa meninggalkan kedua putrinya, terlebih ia takut merepotkan teman-temannya jika nanti ia sakit selama di Bali. Sambil menyenderkan punggungnya yang lelah ke sandaran sofa, Maira menghela napas panjang. Ia memejamkan mata, menyelipkan kedua telapak tangannya ke dalam saku gamis hitamnya.

"Bunda mau pergi sama temen-temen bunda? Trus ayah nggak diajak?" Tanya Maira. Ia merasakan tubuhnya butuh istirahat, tapi perlu bicara dulu dengan bundanya sebelum masuk ke kamar.

"Sebenernya kasian juga sih ayah kalau ditinggal disini sama kamu, sama kakak-kakak kamu. Tapi mau gimana? Temen-temen bunda nggak ada yang bawa suami. Bisa aja sih bunda ajak ayah, cuma nanti jadi nggak enak kalau bunda mau kemana-mana." Tutur bunda.

"Emang bunda mau kemana aja?" Tanya Maira terdengar penasaran.

"Bunda mau jadi gadis di Bali hahaha."

"Kalo gitu nggak usah kemana-mana." Sahut ayah yang tiba-tiba muncul dari tangga. Ia menghampiri istrinya untuk kemudian duduk dengan wajah tidak suka. "Kirain ke Bali mau liburan. Eh, ternyata mau jadi gadis lagi disana. Apa? Mau cari suami baru?"

"Uuuuu sayang..." bunda menyentuh pipi ayah.

"Dah ah, Maira mau istirahat. Oh iya, bunda tadi ditanyain sama Fandi. Katanya kalau sempat, lusa dia mau kesini; ketemu bunda sama ayah." Kata Maira. Bundanya mengangguk-angguk. "Ajak ke rumah, tapi berlainan mobil. Kalau satu mobil, ayah nggak kasih izin dia injak rumah." Ujar ayahnya, mengingatkan. "Saya mengerti." Timpal Maira dalam bahasa Arab. Kemudian beranjak ke kamarnya untuk segera beristirahat.

Sementara itu bu Lulu dan suaminya masih berada di ruang depan. Saling berpandangan. Nampak sekali mata lelaki yang sudah bertahun-tahun menemaninya itu berkaca-kaca---sepertinya sedih---akan ditinggal meski hanya sebentar.
"Kamu kenapa?" Tanya bu Lulu sambil menyentuh pipi suaminya.
"Sebelumnya aku pernah izinkan kamu pergi dan aku kehilangan kamu. Gimana kalau nanti hal itu terulang lagi? Aku tau kali ini bukan Kalimantan tujuan kamu, tapi rasa takut yang sama tetap ada." Timpal suaminya.

Bu Lulu tersenyum. "Sebelum berpikir kesitu, kamu harus berpikir, apa yang sudah kita punya dari pernikahan kita? Dulu, aku meninggalkan kamu bukan karena berkhianat, kan? Tapi karena aku berusaha setia cuma ke satu hati, kan? Lalu salahnya dimana? Kalau kamu ingat, posisi kamu dulu hanya satu diantara dua. Begitu juga, kan, posisiku dalam pandangan kamu? Rasa takut kamu itu wajar. Tapi untuk saat ini jadi nggak wajar. Sebab aku dan kamu ini sudah sama-sama tua, apalagi yang mau dicemburui?"

Telapak tangan lelaki itu menimpa telapak tangan bu Lulu yang ada pada pipinya. Disentuhnya kemudian digenggamnya. Ia tersenyum sambil mengecup punggung tangan wanita yang sudah menemaninya sejak ia masih terbilang remaja dulu.
"Jangan lama-lama di Bali, ya. Jangan hilang kontak. Kalau kamu hilang, aku pasti sedih dan nggak tau harus nyari kamu kemana. Bali itu luas. Jaga diri selama disana."

"Kalau rasa takut kamu sebesar itu, silakan ikut ke Bali. Teman-temanku nggak akan mempermasalahkan adanya kamu. Aku juga akan dengan senang hati kesana sama kamu."
.
"Kamu tau, kan, Sayang. Sejak memutuskan melepas semua yang menyakiti dan menunggu kembalinya kita, bersama kamu adalah perjalanan paling indah dalam sejarah percintaanku. Orang lain yang berharap kamu jadi ayah dari anak-anaknya, bisa bangun dan tertidur disampingnya. Tapi Allah memberikan kamu untuk aku. Aku senang. Karena datangnya kamu ke aku setelah agamamu jauh lebih baik. Kamu meminta aku dengan gagah berani, bahkan sampai mencari ke Kalimantan." Tutur bu Lulu.

The Family Of LYQAENSIFU Part IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang