Cinta Sejati (Masing-Masing)

20 1 34
                                    

LYQAENSIFU

Sampai disini, rasanya sudah banyak yang diceritakan. Sakitnya, sehatnya, susahnya, senangnya, sedihnya, bahagianya. Semuanya. Semoga kesetiaan yang ada dicerita ini benar-benar tumbuh pada hati dan diri kalian masing-masing. Dan semoga apapun kesedihan yang terdapat dalam kisah ini jadi pembelajaran, bahwa ketika nanti kalian mengalaminya kalian harus lakukan apa. Kalian bisa menilai, mana baik dan buruk. Segala perbuatan pasti ada timbal baliknya. Semoga semuanya berjalan baik-baik saja.

***

Perumahan Tentara Detasemen Perhubungan Kostrad, Bogor

   Waktu terasa berputar begitu cepat. Seminggu berlalu sejak kepergian Noraidah, bu Lulu mulai kelihatan bangkit dari kesedihannya. Ia kembali menempati rumah dinasnya yang semula kosong selama sebulanan sebab ia tinggal di rumah pribadinya. Ia telah tiga hari menempati rumah itu bersama suaminya, Letkol Fedi Rian Triadi, atau yang dikenal Danden (Komandan Detasemen) Fedi. Waktu berduanya itu ia habiskan untuk bersenda gurau dan memanjakan sang suami. Bu Lulu mengakui, kesedihannya akan kehilangan sosok Noraidah masih begitu membekas, tapi seskoad suaminya tinggal hitungan hari. Ia tidak bisa membiarkan suaminya pergi pendidikan dengan berat hati karena melihat dirinya bersedih.

   Membantu suaminya menyirami taman bunga di depan rumahnya, bu Lulu disapa oleh beberapa istri tentara yang merupakan bawahan suaminya. "Bu Fedi, apa kabar? Lama nggak lihat ibu." Ujar bu Dendi. "Bener, bu. Terakhir ketemu ibu waktu pertemuan persit tanggal 6 bulan lalu. Itu pun nggak lama, ibu langsung diantar pulang sama om Dito." Ujar bu Viktor, memaksudkan waktu itu bu Lulu langsung diantar pulang oleh ajudan suaminya.

   Bu Lulu tersenyum. Berniat menjawab, tapi ia malah keduluan suaminya. "Iya, ibu-ibu. Bundanya anak-anak saya bawa pulang ke rumah dulu, soalnya anak-anak kumpul disana. Yang dari Malaysia waktu itu kan baru pulang juga, tapi nggak mau diajak ke sini." Pak Fedi menjawab semua pertanyaan ibu-ibu yang penasaran itu sampai akhirnya mereka pamit pergi.

   Sejurus kemudian pak Fedi meletakkan selang air dan menutup krannya. Ia menghampiri istrinya sambil tersenyum. Tak sungkan ia kecup kening istrinya itu. Kemudian diajaknya sang istri masuk ke rumah, membasuh tangan, dan menyuruhnya mandi. Sebagai suami, ia termasuk suami yang memperhatikan segala kebutuhan istrinya. Ia dukung apapun kegiatan istrinya yang memang bertujuan untuk kemajuan agama dan bangsa. Ia terima segala kekurangan dan kelebihan wanita itu, sebab ia tahu kekurangannya jauh lebih banyak.

   "Saya nggak akan bisa jauh dari kamu, dek. Jangan lupa telepon sama video call saya kalau nanti saya sudah berangkat sesko ke Bandung. Kalau bisa sih maunya ditemani sampai disana, tidur disana." Ujarnya sambil duduk di meja makan, memotong buah.

Bu Lulu menghampirinya. Mengalungkan lengan pada leher suaminya itu untuk kemudian mencium pipinya. "Kalau saya bisa lakukan itu, sudah saya lakukan. Abang tau, kan, saya juga nggak bisa lama-lama jauh dari abang. Semalam tidur nggak ada abang disamping saja aja rasanya gelisah, apalagi harus bermalam-malam tidur sendiri." Bu Lulu menempelkan wajahnya yang dingin karena baru selesai mandi pada wajah suaminya. "Kalau dapat IB harus pulang, ya. Saya masakan makanan kesukaan abang. Saya buatkan kue-kue kering. Semuanya yang abang suka. Ya, janji, ya."

"Janji!" Timpal pak Fedi.

Lelaki itu kemudian mencium bibir istrinya. "Sebentar ya, abang mandi dulu. Nanti habis ini kita sama-sama sholat berjamaah." Pak Fedi bangkit dari kursinya.

The Family Of LYQAENSIFU Part IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang