Takdir

25 4 1
                                    

Pernikahan Nurhassanah dan Shah di gelar cukup meriah di kediaman orang tua mempelai wanita. Rekan-rekan kerja ayahnya, ibunya, dan juga relasi mempelai pria datang memberikan doa restu. Tak terkecuali generasi-generasi penerus bangsa yang kisah percintaannya tak pernah jelas bagaimana alurnya, anak-anak dari para ibu LYQAENSIFU.

Ali dan Ruqaiya menyambut mereka dengan sangat baik, seperti biasa. Zaa dan Zee langsung menghambur bergantian menggendong Hulya yang semakin cabi pipinya. Sementara keduanya asik bercanda dengan princess kecilnya bang Ali, Rafa memperkenalkan Vanesa pada keluarga bu Lulu. Ia minta maaf tidak bisa mengundang mereka dalam acara pernikahannya yang berlangsung amat sederhana tersebut. Yang terpenting baginya saat ini adalah, ia dan Vanesa sudah sah menikah.

"Kak, Hulya kok lucu banget sih? Jadi gemes..." kata Zee pada Ruqaiya.

"Pengen gigit gitu.." tambah Zaa.

Ruqaiya tergelak mendengar keduanya. "Namanya juga bayi. Kalau nggak lucu, ya nggak ada geregetnya." Ujarnya sambil tertawa pelan.

"Mau dong, kak, resep dan tipsnya supaya dapet anak selucu ini." Ujar Zaa sambil bercanda.

"Nanti, ya, setelah kalian nikah. Kalau sekarang nggak boleh ngasih tau dulu."

"Curang nih.." serobot Zee sambil menciumi Hulya yang menggeliat dalam gendongannya, tapi tidak menangis. "Anaknya pinter ih, nggak nangis di gendong orang. Padahal nggak kenal." Tambahnya.

"Alhamdulillah. Hulya emang nggak pernah nangis di gendong orang. Yang sering gendong ya kalau bukan ayahnya, udah pasti kakek sama neneknya. Cucu pertama, maunya dibawa kemana-mana. Orang tuaku juga seminggu sekali datang ke rumah, jengukin Hulya. Kalau nggak ya aku yang minta izin ke suami supaya boleh pulang nengokin mereka." Tutur Ruqaiya.

Zaa dan Zee mengangguk-angguk. Keduanya terfokus pada bayi lucu yang sedang bergantian mereka gendong. Duh, menyenangkan rasanya diusia mereka menggendong bayi. Apakah ini tandanya mereka ingin menikah? Atau ini akan jadi bumerang bagi Rafa? Sebab adik-adiknya pasti akan memaksanya segera memberi mereka keponakan selucu Hulya.

Puas bercengkrama dengan keluarga bu Lulu, rombongan tersebut menuju ke arah pelaminan untuk bersalaman dengan pengantin. Kebaya modern putih dan stelan jas putih kelihatannya cocok untuk Shah dan Sanah. Keduanya tampak serasi sekali.

***

Undangan resepsi pernikahan ternyata digunakan Rendi untuk ajang bertemu dengan Sani yang juga diundang ke acara tersebut. Ia sengaja mengikuti kemana pun mamanya pergi, berharap mamanya akan bertemu orang tua Sani, kemudian ia dan Sani pun ikut bertemu.

Pucuk di cinta, ulam pun tiba.

Sani bersama mamanya sedang makan. Rendi pun memaksa mamanya untuk menghampiri anak dan ibu yang tengah santai menyantap hidangan resepsi tersebut.

"Darimana aja lu? Gua nungguin di sini." Mama Naomi melirik mama Vivi.

"Biasa, baru selesai nyuci. Jemuran di rumah belom gua lipetin. Males ah, tar aja nunggu si Rendi." Mama Vivi duduk berhadapan dengan mama Naomi, Rendi ikut duduk.

"Ini katanya pengantin cowoknya orang Malaysia, ya? Lu udah liat belum?" Tanya mama Naomi.

"Udah, barusan salaman sama si Lulu juga. Emang bener sih, orang Malaysia, soalnya dia nggak ngerti gua ngomong apa waktu gua bilang ke anaknya si Lulu, selamat menempuh hidup baru." Tutur mama Vivi.

"Ah, lagian nyari mantu jauh-jauh amat sih. Kek gua dong. Nyari mantu depan mata. Iya nggak, Ren?" Mama Naomi menggoda Rendi.

The Family Of LYQAENSIFU Part IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang