Kencan

593 55 5
                                    

"Andai saja kamu mencintaiku, Ra. Sudah ku halalkan kamu untuk jadi makmumku"

--Nusa--

Hari Minggu yang panas di Kota Surabaya, seperti hari-hari sebelumnya, hujan masih belum juga menampakkan tanda-tanda kehadirannya. Mira hanya mondar-mandir di dalam toko, berkali-kali memeriksa pendingin ruangan kalau-kalau tidak bekerja. Mungkin panas kota Surabaya sebenarnya hal yang lumrah, hanya saja hatinya sedang gelisah karena dari kemarin Ryan tidak menghubunginya, membuat rasa panas itu bertambah.

Vina yang sedang sibuk di belakang meja kasir hanya menoleh sekilas ke sahabatnya itu, mendengus kesal, dan kembali fokus dengan antrian pembeli yang hendak membayar. Begitu antrian pembeli habis, dia celingukan mencari Mira. Setelah memastikan Mira tidak berada di dalam dapur maupun di dalam toko, Vina beranjak ke kamarnya di lantai 2. Dan benar saja, Mira sedang duduk di meja kerja sambil memangku tangan, ponselnya tergeletak di hadapannya.

"Ra," panggil Vina.

Yang dipanggil masih terdiam. Vina berjalan mendekati Mira, memajukan wajahnya mendekat ke telinga Mira.

"Mira!!" panggil Vina setengah berteriak.

"Aduh!! Lu kenapa sih, Vin?" tanya Mira sebal.

"Lu itu yang kenapa, Ra?? Dipanggil dari tadi juga, bengong kan lu," omel Vina.

Mira berdecak sebal, mengambil ponsel dan mengeceknya lagi, kemudian kembali menaruhnya di meja. Dia menangkupkan kedua tangan ke wajahnya, mengusap dan menepuk-nepuk pipinya. Dia berdiri, mensejajarkan posisinya dengan Vina. Sejurus kemudian Mira memeluk Vina dengan erat.

"Maaf, Vin. Gue lagi galau," kata Mira.

"Kenapa? Mas Ryan lagi?" tanya Vina, mencoba untuk simpati. Persoalan Mira yang gundah galau merana akibat Ryan selama 4 tahun ini sudah menjadi hal lumrah untuknya.

"Iya, dari Sabtu gak bisa dihubungi. Dia juga gak telepon," jawab Mira.

Vina melepas pelukannya, menatap Mira lekat-lekat.

"Ra, bukannya sudah biasa ya Mas Ryan susah dihubungi? Mira, sudah berkali-kali lu kayak gini. Kalau lu memang cinta sama dia, lu harus tahan, nerima dia apapun keadaannya, termasuk hubungan jarak jauh seperti ini," kata Vina menasehati.

Mira beranjak ke gantungan baju, merogoh saku celana dan mengeluarkan sapu tangan peach yang ditemukannya kemarin. Memberikan sapu tangan itu ke Vina, yang dibalas dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Hari Jum'at kemarin Mas Ryan kesini, pergi karena dapat telepon dari bosnya dan sapu tangan itu ketinggalan," jelas Mira.

Vina memeriksa sapu tangan itu dan menemukan huruf "V" yang dibordir, sama seperti Mira.

"V? Apa itu V?" tanya Vina tidak mengerti.

"Itu lah yang buat gue cemas, Vin. Sapu tangan itu peach, bertuliskan inisial V, dan yang paling aneh, ada bau parfum rose. Mas Ryan selalu memakai parfum musk, dan setahu gue dia tidak pernah ganti parfum sejak 5 tahun yang lalu," kata Mira menjelaskan.

Kening Vina berkerut, kebiasaannya jika sedang berpikir.

"Oke, Ra. Lupakan semua tentang sapu tangan ini. Kita memang belum tahu apa-apa soal hal ini, jadi kalau nanti lu udah ketemu Mas Ryan, tanya dia baik-baik. Tapi untuk sekarang, please lu harus fokus sama hidup lu," kata Vina menasehati.

Mira mengangguk, namun perasaannya masih diliputi kecemasan. Janji Ryan untuk pergi ke bioskop hari ini pun, entah akan terlaksana atau tidak. Beberapa saat kemudian, ponselnya berdering. Dia buru-buru menyambar gawainya, berharap Ryan yang menghubunginya. Namun nama Nusa terpampang jelas di layar LCD, bukan nama Ryan. Perasaan kecewa muncul, membuatnya enggan menjawab panggilan itu.

PAINFUL LOVE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang