Besties

569 65 2
                                    

"Sahabat, tempat kita bercerita tanpa berpura-pura tegar,"

--Yuna--

"Apa??? Abang Nusa nembak lu??" tanya Vina, Yuna, dan Faya serempak.

"Sssttttt!!" hardik Mira sambil menahan telunjuknya di bibir.

Beberapa pengunjung mall menoleh ke arah mereka, kemudian kembali sibuk dengan kegiatan mereka yang berkumpul di area food court. Bahkan Alya yang sedari tadi sibuk dengan mainannya di atas stroller, ikut kaget mendengar teriakan tiga orang wanita itu sembari memperhatikan mimik wajah ibunya.

"Mam mam mam," celoteh Alya sembari tangannya menggapai-gapai, ingin digendong.

"Kapan dia nembak lu?" tanya Faya yang menyambut tangan Alya, menggendongnya.

"Kemarin, waktu ulang tahunnya Sheyla," jawab Faya memainkan cup yang isinya sudah berkurang separuh.

"Terus jawaban lu apa?" tanya Yuna.

"Ya jelas ditolak lah, Na. Kan Mira masih pacarnya Mas Ryan," kata Vina menjawab. "Eh, bener lu tolak kan, Ra?" tanya Vina ikut memastikan.

Mira mengangguk. Dia kembali menceritakan detail kejadian kemarin. Bagaiman Nusa mengungkapkan perasaannya pada Mira, dan kenyataan bahwa mereka hampir berciuman. Ketiga sahabatnya memdengarkan dengan penuh perhatian. Hari Jum'at sore, keempat sahabat ini sedang berkumpul di salah satu mall di Surabaya. Sudah menjadi agenda rutin mereka untuk berkumpul setiap sebulan sekali, rehat sejenak dari kesibukan mereka setiap hari.

"Terus sekarang perasaan lu gimana, Ra?" tanya Vina.

"Gue bingung," jawab Mira.

"Loh, kok bingung?"

Mira terdiam, memainkan ujung jemarinya. Ketiga kawannya saling bertatapan. Lama Mira tak berkata apa pun, membuat ketiga kawannya cemas. Yuna mengelus lembut punggung tangan Mira.

"Ra, ini kita, sahabat lu. Lu cerita aja, jangan dipendam. Lu gak perlu menyembunyikan apa pun, bahkan lu gak perlu pura-pura tegar di depan kita. Kalau lu mau nangis, lu nangis aja, gak perlu ditahan," kata Yuna lembut

Vina yang duduk di sebelah Mira juga ikut mengelus punggungnya. Buliran air mulai menetes membasahi pipi Mira. Vina mengambil tisu dan menyeka air mata sahabatnya itu.

"Gue sayang banget sama Mas Ryan, tapi gue juga gak bisa nutupin kalau sudah setahun ini hubungan kita gak sehat. Mas Ryan jadi jarang hubungi gue. Kadang gue merasa dia seperti orang asing. Tapi saat dia balik, peluk gue, cium gue, gue kembali luluh karena dia kasih cinta yang tumpah ruah buat gue. Seolah hubungan kami gak ada masalah apa-apa," kata Mira masih menangis.

"Lu gak coba bicara sama Mas Ryan?" tanya Vina

Mira menggeleng, "Mas Ryan saja susah dihubungi, ketemu pun jarang. Kalaupun ketemu, rasanya kata-kata gue gak bisa keluar,"

"Lalu Bang Nusa?" tanya Yuna.

Mira menatap Yuna, menarik nafas dalam.

"Gue nyaman sama dia. Dia ada saat kapanpun gue butuh dia. Dia benar-benar memperlakukan gue dengan baik, gue yakin rasa cintanya juga tulus buat gue. Tapi gue gak tahu gimana perasaan gue ke Bang Nusa, rasa sayang ataukah cuma pelarian gue atas sikap Mas Ryan. Bang Nusa orang yang baik, amat sangat, dan gue berharap dia dapat cewek yang jauh lebih baik," jawab Mira.

PAINFUL LOVE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang