Tidak terasa sekarang Dilla sudah bekerja selama sebulan lebih, dia pun telah mendapatkan gaji pertamanya. Gaji yang ia terima sangat besar menurutnya, ia pun tidak menyangka akan dapat gaji segitu. Sebagian dari gajinya dia kirim ke paman dan bibi yang ada di kampung, padahal sudah di ingatkan agar uang Dilla biar Dilla simpan aja oleh paman dan bibi. Tapi Dilla tetap kekeh kirim sebagian uangnya ke kampung. Dan sebagian uang lagi dia tabung sendiri dan untuk keperluan sehari hari.
Seperti hari biasa Dilla mulai membersikan ruangan, menyapu, mengelap dan mengepel. Bahkan jika pekerjaannya sudah selesai maka dengan suka rela Dilla membantu bi Imah di dapur dengan suka rela.
"Uwahhhh..... Uwahhhh..... Uwahhhh...."
Terdengar suara tangisan balita dari ruang sebelah. Suara tangisan tersebut sangat kencang. Dilla yang sedang mengepel merasa kasihan.
'Kasihan kali dek bayi nya, kencang sekali nangisnya' batin Dilla sambil menuju ke ruang tersebut setelah dia menyelesaikan pekerjaan nya.
Yang dilihat Dilla di sana adalah sang babysitter yang asik main HP sedangkan balita tersebut menangis di atas karpet dengan mainan yang berhamburan di sekitar balita itu.
"Uwahhhh..... Uwahhhh..... Uwahhhh...."
"Mbak Sinta itu tuan muda kenapa menangis"
"Tu anak emang cengeng, tiap hari nangis aja kerjaannya, capek aku diemin tapi nggak diam diam tu bocah"
"Kan kasihan kalau di biarin, nanti bisa sakit lho mbak" ujar Dilla kasihan.
"Kamu urus aja urusan kamu sendiri deh, ini urusan aku bukan urusan kamu, jangan sok ngatur kamu, kalau kamu mau kamu aja yang diemin, pusing kepala aku, aku lagi sibuk" kata Sinta yang masih main HP sambil sekali melirik ke arah Dilla dan Mario Suherman.
Mario Suherman adalah cucu kedua dari Rita, Mario atau yang akrab di panggil dengan sebutan Rio. Rio adalah balita yang berusia 2,5 Tahun. Rio sebenarnya bukan tipe anak yang cepat menangis.
'Kalau nggak mau urus ngapain juga jadi babysitter, sayang sekali tuan muda menangis dari tadi'
Dilla yang memang pada dasarnya suka sama anak kecil dan sering bermain dengan adiknya atau lebih tepatnya dengan anak paman dan bibinya langsung mengendong tuan muda tanpa canggung.
Kalau dikampung yang merawat Budi dan Yudi adalah Dilla, saat paman dan bibi nya pergi bekerja, Budi dan Yudi pun lebih lengket sama Dilla di banding sama orang tuanya. Saat Dilla pergi ke kota pun mereka menangis keras, padahal mereka sudah cukup besar.
"Uwahhhh..... Uwahhh..... Uwahhhh...." Rio masih menangis.
"Aduh tuan muda kenapa menangis emmm, anak laki laki nggak boleh nangis loh.... Nanti tampan nya bisa hilang dan tidak imut lagi" Dilla mencoba menghibur Rio, perlahan namun pasti suara tangisan Rio mulai mereda sedikit demi sedikit.
"Cup cup cup sayang sudah ya, jangan menangis lagi, masak anak genteng ini nangis, tu ingusnya sudah ke mana mana, jadi jelek kan" kata Dilla sambil mengambil tissue yang ada di atas meja.
Dilla tanpa jijik langsung mengelap ingus yang ada di hidung anak majikannya. Setelahnya tissue tersebut Dilla buang ke tong sampah yang ada di pojok ruangan.
Rio hanya memperhatikan orang yang mengendongnya dengan seksama.
"Anak pintar, anak pintar" Bangga Dilla sambil tersenyum lembut.
Rio yang merasa nyaman dalam gendongan pun memeluk leher Dilla, meletakkan kepalanya di bahu Dilla, tidak lupa kedua tangannya melingkari leher Dilla, tangisannya pun benar benar sudah berhenti. Rio bersikap manja.
Sinta yang melihat tuan muda sudah berhenti menangis melirik sejenak.
'Diam juga tu bocah'
Kemudian Sinta lanjut main HP sambil selojoran di sofa.
"Mbak Sinta ini tuan muda sudah makan siang apa belum" tanya Dilla.
"Tuh makanannya" jawab Sinta cuek dengan mengangkat dagu sebagai petunjuk.
Makanan Rio belum tersentuh sedikit pun, masih penuh di tempatnya.
'Lah ni anak orang nggak di kasih makan sampai jam segini, pantes menangis ni tuan muda, aku aja yang sudah gede juga lapar kalau nggak di kasih makan'
"Tuan muda makan dulu ya, kalau nggak nanti bisa sakit" kata Dilla dengan lembut, masih dengan mengendong Rio, sambil sekali kali mengayunkan badan ke kiri dan ke kanan.
Rio melihat sejenak kearah Dilla, kemudian dia mengangguk kepalanya petanda mau makan.
Dilla langsung mengambil jatah makan siang Rio dan mengajak dia duduk di karpet yang ada di depan TV. Rio masih betah di pangkuan Dilla.
"Ayo buka mulutnya sayang aaaaaaa......" kata Dilla dengan membuka mulut sendiri sebesar besarnya, berharap tuan mudanya membuka mulut.
Rio yang lihat pun ikut membuka mulut, seketika makanan langsung masuk kedalam mulut Rio.
"Hup.... gimana enak?" Dilla menunggu reaksi Rio.
Rio hanya mengangguk angguk kepala saja, dengan mata fokus pada wajah Dilla.
Dilla sudah tau walaupun Rio sudah berumur 2 tahun lebih dia masih belum bisa berbicara sampai sekarang, tetapi Rio bisa memahami apa yang orang lain ngomong, jadi Dilla maklumi aja, mungkin belumbsaatnya Rio mau bicara.
Rio walaupun masih kecil tapi sudah pandai, mengikuti gen keturunan.
"Anak pintar" kata Dilla sambil mengusap-usap kepala Rio.
Akhirnya makan siang Rio sudah habis. Mbak Sinta masih tenang dengan main HP tanpa peduli sedikit pun tentang makan siang Rio.
Setelah siap makan Dilla mengajak Rio main keluar sebentar karena nggak baik habis makan langsung tidur.
"Mbak Sinta, ini tuan muda sudah tidur" ujat Dilla.
"Sana bawa masuk aja ke kamarnya, saya mau ke kamar saya sendiri" tanpa menunggu respon Dilla sinta segera ke kamarnya.
"Iya mbak"
'Uhhh lucu sekali anak orang, coba anak sendiri pasti seneng bener deh punya anak yang ganteng, gemesin dan lucu gini uhhhh...' Dilla mengeleng-geleng kepala nya karena berharap yang bukan bukan, langkah Dilla tetap menuju ke kamar Rio yang ada di lantai dua.
Tanpa mereka sadari ada dua pasang mata yang dari tadi mengawasi mereka di balik pintu.
Kira kira siapa kah yang memperhatikan meraka?
Dilla dengan hati hati meletakkan Rio agar tidak terganggu sehingga terbangun.
"Tidur yang nyenyak ya sayang cup cup cup..." ucap Dilla sambil mengecup kepala Rio, hal itu sudah kebiasaan bagi Dilla lakukan kepada adik adik nya saat mengajak mereka tidur.
Dilla juga tidak lupa menarik selimut agar Rio tidak kedinginan.
Setelah menarik selimut untuk Rio, Dilla hendak ingin keluar dari kamar anak majikannya tersebut, tetapi saat dia ingin keluar ada seseorang yang memperhatikan dan mempelototi Dilla dengan tajam.
Siapa kah lagi yang mempelototi Dilla, apakah termasuk dengan orang yang tadi?
Nanti kan di bab selanjut nya
BA
Jumat, 20 Desember 2019
18.25
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanny Dan Duda (Tamat)
General FictionNovel ini sudah pindah ke aplikasi Noveltoon. Nadilla putri seorang gadis kampung yang mengadu nasib ke sebuah kota besar. Dilla mencoba melamar menjadi pembantu di sebuah keluarga kolongmerat, tapi semua tidak sesuai dengan rencananya, saat anak ma...