Bab 6. Bertemu Majikan

50.2K 2K 7
                                    

Dilla membawa Rio dan Reza ke ruang tamu, ia ingin segera menemui majikannya. Rio berada dalam gendongan Dilla sedangkan Reza mengikutinya dari belakang.

"Tuan muda Reza di sini dulu ya, jagain adek Rio nya, mbak Dilla mau menjumpai nenek kalian dulu, tadi nenek kalian bilang bahwa mbak dilla harus ke ruang kerjanya"

"Hem"

Dilla menduduki Rio di atas karpet yang tersedia di depan TV. Reza tanpa di suruh langsung duduk di samping adiknya.

Ya iyalah dia yang punya rumah terserah mau duduk dimana.

"Tuan muda Rio di sini dulu ya, main sama abang Reza, mbak Dilla mau bertemu nenek Rita sebentar" pamit Dilla.

Rio yang melihat gerakan Dilla yang ingin meninggalkannya  langsung mengeleng-gelengkan kepala dan menarik lengan baju yang di gunakan Dilla, agar Dilla tidak pergi jauh dari Rio.

"Sebentar aja kok mbak Dilla nya pergi, tuh di ruang sana" tunjuk Dilla ke arah yang hendak di tuju, dengan tangan yang tidak di pegang Rio.

"Tuan muda Rio main aja dulu di sini dengan abang Reza ya" ucap Dilla sambil mengusap usap kepala Rio.

Merasa Dilla nggak akan pergi jauh, Rio melepaskan tarikannya pada lengan baju Dilla.

Setelahnya Rio bermain dengan Reza, mainan telah Dilla siap kan dari tadi agar Rio dan Reza betah  main di sana. Melihat Rio dan Reza yang mulai sibuk bermain Dilla segera ke dapur terlebih dulu buat nitipin anak majikan kepada bi Imah.

"Bi Imah, Dilla nitip tuan muda dulu ya, Dilla di panggil nyonya Rita ke ruang kerjanya, tuan muda keduannya ada di ruang tamu" beritahu Dilla.

"Iya Dilla, kamu lebih baik sekarang jumpa sama nyonya Rita aja dulu, biar tuan muda bibi yang jaga, lagian bibi nggak ada kerjaan sekarang"

"Kira kira apa ya yang ingin nyonya bicara kan sama Dilla, Dilla jadi agak takut"

"Emang kamu ada berbuat salah?" tanya bi Imah.

Dilla menggelengkan kepalanya petanda tidak melakukan kesalahan

"Ada melanggar peraturan yang ada disini?" tanya bi Imah lagi dengan tangan yang dilipat di depan perut, karena nggak mungkin letak d depan dada, secara bi imah orang nya gendut dan buncit, maklum anak sudah tiga.

"Dilla ngak merasa ada berbuat salah kok, sueer deh bii...." kata Dilla yakin dengan menggangkat tangan dan memperlihatkan telunjuk dan jari tengahnya sedangkan jari yang lain di lipat.

"Kalau yakin ngak ada salah sana segera jumpai nyonya, pasti nyonya ngak akan mecat kamu kek Sinta, kalau sinta mah wajar di pecat, lah anaknya kurang ajar begitu, masak tuan muda Rio main di cubit aja, emang tuan muda Rio itu kue cubit apa, nenek nya aja ngak pernah nyakitin dia, siapa dia yang orang luar berani cubit tuan muda Rio" sewot bi Imah.

"Iya bi Imah, makasih ya bi Imah"

"Iya sama sama, sana pergi kasian nyonya lama menunggu kamu dari tadi, bibi dah siapin teh dari tadi untuk nyonya"

Saat Dilla mau ke ruangan Rita, sintavlewat dengan koper dan barang barang bawaan lainnya.

"Ngapain kamu masih di sini, sana pergi, kamu sudah tidak di butuhkan lagi di sini. Kamu memang orang yang tidak berperasaan, anak kecil yang tidak bersalah aja kamu cubit sampai memerah, jika saja bi Imah ada di posisi nyonya Rita maka bi Imah akan jambak rambut kamu sampai botak tau nggak" bi Imah mengeluarkan unek unek nya.

"Kenapa situ yang sewot" balas Sinta.

"Kamu ini ya, ngak tau terima kasih sedikit pun"

"Ngapain aku harus berterima kasih sama nenek peot kek kamu, ngak ada untungnya juga tau" balas Sinta dengan mulut pedas nya.

"Kamu itu..." bi Imah masih ingin melabrak sinta tapi di hentikan sama Dilla.

"Bi udah, nggak baik berdebat begitu" Dilla menengahi mereka berdua.

"Tapi Dilla bi imah masih kesel"

"Tahan bi"

"Kamu jangan sok suci deh, gadis kampungan kayak kamu bisa apa" ujar sinta meremehkan.

"Kamu jangan semakin kurang ajar ya, sana kamu pergi cepat"

"Tanpa kalian suruh pun aku juga mau pergi, ngapain lama lama aku di sini, cuma buang buang waktu tau ngak"

Setelah berkata begitu Sinta langsung pergi dari sana.

"Baru kali ini bi Imah lihat orang paling nyolot kek gitu, udah salah ngak mau ngaku, habis tu pura pura nggak berbuat salah" bi Imah masih kesel.

"Sabar bi, bi imah jangan ikut emosi juga, nanti bi Imah bisa jatuh sakit"

"Iya Dilla, terima kasih ya sudah mengingatkan bibi, kalau ngak, mungkin bibi sudah memukul semua pakai wajan penggorengan"

"Iya sama sama bi, dilla sekarang pamit ke ruangan nyonya dulu ya, sudah dari tadi di tungguin"

"Iya Dilla, ini teh nya jangan lupa di bawa"

"Baik bi"

Dilla menenangkan hatinya dulu sebelum menemui nyonya Rita. Dilla yang merasa hatinya mulai tenang segera ke ruangan kerja Rita. Dilla yang berada di depan ruang kerja Rita mengetukkan pintu.

"Permisi nyonya, ini saya Dilla"

"Iya masuk aja Dilla"

Dilla masuk keruangan itu dan tak lupa menutup pintunya. Dilla menghampiri bu Rita yang ada di sofa yang ada di sudut ruangan.

"Silahkan duduk Dilla"

"Terima kasih nyonya" walaupun agak canggung Dilla segera duduk di atas sofa.

Dilla dapat melihat dari raut wajah majikan nya yang menyimpan banyak beban.

"Dilla kamu sudah tau kan, saya tadi telah memecat babysitter Reza dan Rio"

"Iya nyonya" jawab Dilla seadanya.

"Menurut mu bagaimana tentang cucu saya, Rio dan Reza" tanya Rita basa basi.

"Mereka anak anak yang lucu nyonya"

"Dilla saya ingin kamu berkata jujur tentang mereka berdua"tanya Rita sekali lagi.

"Maaf nyonya, maksud nyonya bagaimana ya?" tanya Dilla tidak mengerti dengan pertanyaan Rita.

"Maksud saya, saya ingin kamu membandingkan mereka dengan anak seusianya"

"Maaf nyonya, bukan kah tidak baik jika kita membanding bandingkan mereka, setiap anak pasti memiliki sifat yang berbeda beda"

"Iya saya tau, saya hanya ingin mendengar pendapat kamu saja dengan jujur" Dilla dapat melihat raut wajah putus asa pada wajah Rita.

"Maaf nyonya, menurut saya mereka terlalu cepat dewasa di usianya, seharusnya tuan muda Reza masih suka bermanja manja bukan bersikap dewasa seperti sekarang, untuk tuan muda Rio juga, seharusnya tuan muda Rio sudah mulai bisa berbicara di umurnya yang sekarang, maaf nyonya jika saya lancang"

"Iya tidak apa apa, jadi menurut mu mereka begitu"

"Iya nyonya" jawab Dilla tidak enak.

BA
Sabtu, 21 Desember 2019
18.20

Nanny Dan Duda (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang