Bab 4. Tuan Muda Reza

52.3K 2K 12
                                    

Setelah menarik selimut untuk Rio, Dilla hendak ingin keluar dari kamar anak majikannya tersebut, tetapi saat dia ingin keluar ada seseorang yang memperhatikan dan mempelototi Dilla dengan tajam.

Di depan pintu kamar ada Reza Suherman cucu pertama dari Aditya Suherman dan Rita Suherman. Usia Reza sudah 6,5 tahun dan sudah masuk ke Tk.

Dengan pakaian seragam Tk yang masih melekat di tubuh Reza, Reza ingin melihat adik Rio terlebih dahulu sebelum ganti baju, adik yang sangat ia sayangi.

Setelah berapa saat melihat Dilla dengan lekat, Reza menghampiri adiknya. Dilla segera menggeserkan badannya dari kasur yang di tempati Rio di gantikan sama Reza.

"Baru pulang tuan muda" tanya Dilla dengan tersenyum ramah.

Reza yang telah duduk di pinggir kasur adiknya melihat ke arah Dilla lagi.

"Hem" guman Reza setelah itu Reza melihat Rio lagi, serta memegang tangan adiknya yang tidur terlelap.

'Sabar sabar, ingat ini cucu majikannya' batin Dilla sambil elus dadanya.

Reza emang anak yang pendiam dia memang jarang bicara, hanya dengan keluarga dan orang yang di kenal aja baru manja. Semua itu dulu sebelum meninggalnya sang ibu. Setelah sang ibu meninggal Reza makin pendiam orangnya dan cuek dengan keadaan sekitar.

Ibu Reza dan Rio bernama Riana, Riana sudah meninggal. Pada suatu malam setelah menghadiri sebuah pesta, Riana yang sedang hamil 8 bulan beserta suami nya pulang di malam yang badai, saat itu Reza tidak ikut karena sedang bersama nenek Rita, cuaca tidak mendukung membuat jarak pandang mengemudi tidak bagus, angin beserta petir begitu kencang dan menggelenggar.

Hingga pada sebuah tikungan mobil yang di kendarai Riana beserta suami hilang kendali dan mengalami kecelakaan, untung pada saat itu ada pengemudi lain yang lewat, mereka langsung di larikan ke rumah sakit.

Beberapa perawat dan dokter membawa mereka ke ruang UGD, namun sayang Riana meninggal setelah melahirkan Rio karena pendarahan yang hebat, sedangkan suaminya Alhamdulillah bisa selamat.

Sejak kejadian itu semula rumah yang hangat mulai terasa mendingin setelah hilang sang mentari. Reza yang suka bicara pun menjadi pendiam sampai saat ini.

"Kalau begitu saya pamit dulu ya tuan muda, saya permisi dulu" walaupun masih muda, Dilla harus menghormati Reza karena Reza merupakan tuan dari rumah ini sehingga otomatis dia harus menghormati nya.

"Hem" sahut Reza yang masih memengang tangan adik Rio tanpa menoleh sedikit pun ke arah Dilla.

Setelah mendapatkan sahutan dari tuan mudanya, Dilla segera keluar dari ruangan tersebut dan tidak lupa menutup pintunya.

Di depan pintu kamar Rio, Dilla berpapasan dengan Rita yang mau ke kamar Rio.

"Nyonya" sapa Dilla.

"Kamu habis dari kamar Rio" tanya Rita basa basi, karena tadi Rita melihat Dilla yang keluar dari kamar Rio.

"Iya nyonya"

"Bagaimana dengan Rio"

"Dia sedang tertidur lelap nyonya"

"Kenapa kamu yang mengantar Rio, kenapa bukan Sinta"

"Kebetulan tadi Rio tidur dalam dekapan Dilla nyonya, jadi Dilla aja yang mengantarkan Rio, takutnya nanti Rio terganggu dan bangun karena pindah tangan" jelas Dilla.

"Sekarang Sinta di mana"

"Tadi dia bilang mau ke kamar nyonya"

"Panggi dia kemari, dia saya bayar buat jagain cucu saya, bukan mendekam di kamar saja"

"Baik nyonya, nanti Dilla sampaikan"

Setelahnya Rita masuk ke kamar cucunya.

"Reza kenapa nggak ganti baju dulu sayang"

"Reza kangen adik Rio Nek" Rita hanya bisa tersenyum perih melihat kondisi cucunya.

"Kan setelah mandi dan ganti baju bisa lihat adiknya"

Reza hanya diam aja mendengar omongan nenek nya. Rita merasa sedih melihat cucunya begini.

'Coba nak kamu masih hidup, semua ngak akan sedih seperti ini' tak terasa ada setitik air mata yang keluar dari mata Rita. Rita segera menghapus air mata supaya tidak di lihat oleh Reza.

"Sekarang Reza mandi dulu ya, setelah itu ganti baju, terus makan, nanti baru main sama adiknya ya" kata Rita dengan halus dan lembut dan tak lupa sebuah senyuman yang bertengger di bibirnya.

Reza yang mendengar nenek nya berkata demikian langsung mengangguk anggukkan kepalanya, Reza sebelum pergi mencium dulu kening adiknya, baru setelah itu Reza keluar dari kamar adiknya menuju ke kamar sendiri.

Setelah Reza keluar Rita membenarkan kembali selimut yang di kenakan oleh Rio. Rita mengelus elus kepala Rio dengan lembut, agar Rio tidak terasa terganggu dan membangunkan tidurnya.

Setelah rasanya cukup untuk melihat cucunya yang tidur dengan damai, Rita segera keluar kamar sang cucu dan tak lupa menutup pintunya dengan pelan.

***
Dilla segera menuju ke kamar Santi.

"Permisi mbak Santi" Dilla mengetok pintu kamar santi.

Santi bangun dan membuka pintu kamarnya.

"Ia, ada apa"

"Itu mbak Santi, mbak di suruh nyonya untuk menemani Rio, Dilla hanya ingin menyampaikan itu saja, Dilla pamit ya"

Dilla buru buru pergi dari sana, karena dari wajah Sinta, dia merasa sangat terganggu.

***
Rita langsung menuju ke ruang makan.

"Bi apa semua makanannya sudah siap" tanya Rita.

"Sudah nyonya, semua sudah bi Imah siapkan" sahut bi Imah.

"Kalau begitu tolong panggilkan Reza ya bi"

"Iya nyonya, siap laksanakan"

Rita hanya tersenyum dengan tingkah bi Imah, Rita tau bi Imah melakukan itu agar suasana di rumah ini tidak terlalu dingin lagi.

Baru beberapa langkah bi Imah jalan sudah nampak Reza yang turun dari tangga.

"Tuan muda sudah di sini ternyata, baru aja bi Imah mau nyusul tuan muda ke atas, ayo tuan muda silahkan duduk" kata bi Imah sambil menarik kursi untuk tuan mudanya.

"Kalau gitu saya ke belakang dulu ya nyonya"

"Iya bi, jangan lupa yang lain juga di ajak makan siang nya"

"Iya nyonya beres, kalau ada bi Imah semua pasti beres"

Bi Imah setelah berkata demikian langsung ke dapur dan mengajak yang lain untuk makan siang. Rumah ini ngak ada peraturan kalu siap makan majikan baru makan para pelayan. Pelayan bisa langsung makan setelah meja majikan tersaji dengan makanan.

Rita menuangkan nasi ke atas piring Reza.

"Reza mau lauk apa sayang"

"Reza mau ayam"

"Ini nenek ambilkan, ini juga nenek kasih sayur ya biar badan kita sehat dan kuat" Rita selalu memperhatikan gizi untuk cucunya. Reza membalasnya dengan menganggukkan kepala.

"Sudah siap nenek tarok lauk pauknya, sekarang Reza bisa mulai makannya"

Saat sedang lagi menikmati makan siang Rita dan Reza mendengar suara tangis Rio yang kencang dari lantai dua.

"Uwahhhhhh.... Uwahhhhh...... Uwahhhhh......"

Tangisan rio ini lebih kencang dari tadi siang, bahkan tangisan dari lantai dua bisa terdengar ke lantai satu.

Mereka langsung meletakkan perlengkapan makan nya yang baru di santap setengah, langsung saja Rita dan Reza menuju ke kamar Rio yang berada diatas.


BA
Jumat, 20 Desember 2019
23.40

Tbc

Nanny Dan Duda (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang