Bab 9. Makan Bersama

47K 2.1K 23
                                    

Keeesokan pagi Dilla mulai sibuk didapur untuk membuat bekal Reza, bi Imah yang melihat hanya diam saja. Dilla mengambil beberapa bahan makanan yang ia butuhkan, Dilla rencananya mau membuat nasi goreng dengan toping sosis dan telur mata sapi dan di hias dengan brokoli dan wortel.

Dilla mulai menggoreng mata sapi dan sosis sesudahnya baru membuat nasi goreng dengan resep yang biasa dia pakai untuk membuat nasi goreng bagi adik adiknya. Adik adik Dilla sangat suka nasi goreng buatan Dilla. Dilla juga sering buat bekal untuk adik adiknya biar bisa menghemat uang, karena mereka kesekolah jarang di kasih uang jajan.

Sesudah menata bekal di wadah yang imut, Dilla menuju ke lantai dua ke kamar Reza dulu. Dengan rumah yang sangat besar ini, Reza dan Rio memiliki kamar masing masing. Di lantai dua kamar Rio dan Reza berada di sisi kiri tangga, di sisi kanan tangga ada kamar ayah mereka, Ryan. Sedangkan kamar Rita, kamar tamu dan pembantu ada di lantai satu. Bedanya kamar pembantu letaknya di belakang.


***
Dilla membuka pintu kamar Reza tanpa mengetuk terlebih dahulu karena Dilla tau Reza belum bangun jam segini. Dilla membuka selimut yang di pakaikan Reza.

"Tuan muda Reza ayo bangun" panggil Dilla dengan menggoyangkan tubuh Reza.

"Tuan muda Reza bangun, nanti terlambat ke sekolah" pada panggilan ke dua nampak Reza yang mulai mengucekkan mata.

Reza orangnya memang mudah terbangun jika ada gangguan. Reza dalam keadaan mengantuk segera bangun dari atas tempat tidurnya, tanpa berkata apapun dia berjalan dan mengambil handuk yang ada di gantungan handuk dekat pintu kamar mandi.

"Tuan muda Reza mbak Dilla permisi ke kamar Tuan muda Rio dulu ya, tuan muda kalau sudah siap mandi ke bawah terus, mbak Dilla sudah siapkan makan pagi sama bekal untuk tuan muda Reza bawa ke sekolah" ujar Dilla.

Reza tadi masih berjalan tapi mendengar perkataan Dilla, Reza otomatis berhenti berjalan. Reza berdiri di depan pintu kamar mandi sambil melihat Dilla yang keluar dari kamarnya sampai tidak terlihat lagi tubuh Dilla. Reza melihat kearah pintu dengan mimik mata yang sulit diartikan.

***
Dilla telah tiba di ruang makan, disana sudah ada tante Rita dan Reza yang juga baru sampai. Rita yang baru duduk di kursi makan melihat Rio yang manja di gendongan Dilla.

"Rio cucu nya nenek sudah wangi dan tampan" Rita mengecup sekilas Rio yang ada di gendongan Dilla. Rio hanya diam aja, dia lebih merasa nyaman di pelukan Dilla.

"Mari Dilla, silakan duduk" ajak Rita dengan menarik tangan Dilla dan menduduki Dilla di kursi di samping Reza.

"Tapi tante nggak usah, Dilla makan di belakang saja sama yang lainnya, Dilla merasa nggak enak jika Dilla makan di sini"

"Kenapa nggak enak, apa masakan ini nggak sesuai dengan kamu, biar tante suruh bi Imah masak yang lain"

"Bukan begitu tante, Dilla kan bukan siapa siapa di sini, dilla hanya babysitter, nggak sepantasnya Dilla makan di sini, Dilla makannya di belakang aja, sama bi Imah dan lainnya nanti" tolak Dilla secara halus.

"Siap bilang kamu bukan siapa siapa di sini, kamu adalah babysitter cucunya saya dan saya pun nggak keberatan kamu makan di sini, saya nggak menerima penolakan, silahkan ambil makanan yang kamu suka" ucap Rita tegas.

Dilla jadi tidak enak jika menolak lagi, akhirnya Dilla makan di situ seadanya nanti dia akan makan lagi di belakang untuk menghormati tuan rumah.

"Rio sini makan sama nenek ya, mbak Dilla mau makan dulu" Rita hendak mengambil Rio tapi Rio memegang terlalu erat di leher Dilla, Rio nggak mau dipisahkan dari Dilla.

"Biar saya yang suapin saja tante" usul Dilla.

"Iya, kayaknya Rio nggak mau lepas dari kamu" Dilla hanya tersenyum mendengar ucapan majikannya.

Rita sudah memulai makannya, Dilla juga ikut makan walaupun masih canggung, sesekali ia menyuapi makan Rio, Rio makan dengan begitu lahap. Dilla heran melihat Reza yang dari tadi tidak bergerak dan piringnya masih kosong, belum di isi sama makanan apapun.

"Tuan muda Reza kenapa nggak makan, mau mbak Dilla ambilkan" cemas Dilla, takut takut tuan mudanya sakit.

Reza mengangguk angguk kepala mendengar ucapan Dilla. Dilla segera mengambil nasi serta lauk pauk dengan porsi sesuai untuk anak umur 6 tahun. Rita yang melihat nya benar benar merasa senang, cucunya mulai sedikit berubah untuk mencari perhatian.

Selesai makan Rita naik ke lantai atas dengan membawa nampan berisi makanan untuk Ryan. Sedangkan Dilla, Rio dan Reza menuju ke luar rumah.

"Tuan muda ini bekal makan siang nya jangan lupa di bawa" Dilla memberikan kotak makan siang kepada Reza.

Reza menerima dengan mata yang berkaca kaca, ada sedikit senyuman bertengger di bibir nya jika ada yang perhatian, tapi sayang tidak ada yang melihatnya karena senyuman itu hanya bertahan beberapa detik.

"Nanti disekolah jangan nakal ya, turuti apa yang ibu guru bilang, jangan mau main sama kawan kawan yang nakal, itu tidak baik" Dilla menasehati Reza seperti saat adiknya pergi ke sekolah juga.

Reza senang mendapat perlakuan seperti ini. Neneknya juga nggak pernah menyemangati dia saat pergi ke sekolah.

Reza mengambil bekal makan siangnya dengan suka rela dan menyimpannya di dalam tas dengan baik.

"Ayo tuan muda Reza cepat naik mobilnya, nanti telat ke sekolah" seru Dilla.

Reza segera memasuki mobil, sopir telah membukakan pintu dari tadi.

"Ayo tuan muda Rio da dah sama tuan muda Reza biar tuan muda Reza tambah semangat sekolahnya" Dilla mengangkat tangan Rio dan mengerak gerakkan ke kiri dan ke kanan untuk melambai tangan.

Reza lalu berangkat kesekolah di antar supir pribadi Rita. Dilla dan Rio segera masuk kembali ke dalam setelah mobil yang d tumpangi Reza menghilang.


***
"Nah sekarang kita mau main apa hem" Dilla mencium pipi gembel Rio beberapa kali, rio hanya terkekeh geli.

"Bagaimana kita mewarnai gambar saja" usul dilla.

Dilla pernah melihat alat mewarnai Rio dan Reza yang sangat lengkap. Anak anak akan bagus jika kemampuan otaknya segera di asah sejak dini.

"Tuan muda Rio duduk di sebentar ya, mbak Dilla mau ambil alat bergambarnya dulu, kalau tuan muda Rio ikut nanti mbak Dilla kesusahan bawa barangnya"

Dila menurunkan Rio di karpet, Rio duduk anteng di sana. Setelah mengambil peralatan di kamar khusus untuk meletakkan semua mainan Rio dan Reza, Dilla segera ke tempat Rio tadi.

"Gimana mbak Dilla ngak lama kan, ayo sekarang kita mulai menggambar"

Dilla terus menemani Rio bermain seharian, beda saat bersama dengan Santi, Santi akan sibuk dengan diri nya sendiri tanpa mengurus Rio.


BA
Minggu, 23 Desember 2019
10.26

Nanny Dan Duda (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang