Chapter 3

9 0 0
                                    

*11 tahun yang lalu

"Seneng banget deh. Baru setahun kuliah tapi udah bisa ngerasain lustrum SMA. Berasa keren karena masih banyak adek kelas yang kenal kita," ujar Iwa, sahabat, sepupu, dan teman berantemku.

"Jadi, kamu cuma mau ngecengin adek kelas, nih, ceritanya," ledek Kak Yosi kepada Iwa.

"Biarin aja sih, Mas. Sekalian tebar pesona, siapa tau ada ade kelas yang tahun depan mau daftar di kampus kita," ujar Iwa sambil mencebikkan bibirnya.

"Udah, udah jangan berantem. Kalian lanjutin aja tuh ngedekor stand sama ngerekap dagangan yang mau kita pajang di acara lustrum," ujar Kak Arya menengahi.

"Ga usah dilerai, Kak. Lumayan! Hiburan di kala capek," bisikku kepada Kak Arya.

"Sebenarnya aku juga cuma pura-pura nengahin, biar ga rame. Ntar 5 menit juga berantem lagi mereka," Kak Arya ikut-ikutan berbisik sambil merangkul pundakku.

"Heh! Itu bisik-bisik ngapain! Ngomongin kita, ya!" seru Iwa.

"Tuh, Kak! Liatin deh Kak Arya sama Raya. Mereka lagi ngomongin kita, tuh," adu Iwa kepada Kak Yosi.

Dasar mereka berdua. Sebentar berantem, sebentar udah baikan, sebentar berantem lagi. Gitu aja terus sampe pusing aku liatnya.

"Lagian kalian kan emang objek omongan yang seru. Udah! Diterima aja kenyataannya," timpal Kak Gita yang ternyata mengikuti pembicaraan kami.

"Tuh, kan! Gita aja setuju sama aku," tukas Kak Arya sambil mengajakku sedikit menjauh dari kericuhan yang dibuat Iwa dan Kak Yosi.

"Besok kamu jaga stand, nggak?" tanya Kak Arya kepadaku, tangannya bergerak merapikan anak-anak rambutku yang sedikit berantakan karena seharian menata dekor.

"Iya, Kak. Aku ga mau ketinggalan upacara pembukaannya, pasti seru, kan!" sahutku sambil ikut merapikan anak-anak rambutku.

"Sampe malem?" tanya Kak Arya lagi.

"He'eh sampe malem. Tapi, pulang dulu sorenya sama Awan. Mandi sama dandan dulu biar wangi, hahahaha," candaku.

"Kenapa emangnya?" tanyaku.

"Ntar malem ada Danan. Aku janjian sama dia di sini. Tau kan kalo nanti malem ada gelaran pentas seni," ujar Kak Arya, dia tersenyum penuh arti kepadaku.

"Jadi, nanti malem dandan yang cantik, ya. Aku bakal bawa dia ke arah kamu. Mudah-mudahan kalian berdua bisa ngobrol bareng," tambah Kak Arya.

Seketika kepalaku kosong. Aku akan bertemu dengan Kak Danan. Sudah lebih dari setahun aku tidak melihatnya. Sesekali kami berdua berkirim pesan, tapi tidak pernah membicarakan hal-hal yang mendalam. Kami hanya saling bertanya kabar dan kegiatan selama kuliah. Aku beruntung bisa mendapatkan nomornya melalui Ami. Tapi, aku belum pernah ngobrol berdua secara langsung dengannya.

Dua tahun kami belajar di sekolah yang sama. Beberapa kali dia dekat dan pacaran dengan gadis lain. Sekali bahkan aku dengar dia dekat dengan Rifa, sahabatku sendiri. Tapi, aku tetap berharap kepadanya. Aku masih memandangnya dengan tatapan memuja, begitu kata Ami dan Iwa setiap kali kami membicarakan topik mengenai laki-laki.

Bukannya aku tidakpernah dekat dengan laki-laki lain dan hanya memuja Kak Danan. Aku juga duakali dekat dengan temanku dan pernah sekali pacaran dengan Ardi. Tetapi, tetapsaja aku tidak bisa melupakan Kak Danan. Dia seperti sebuah harapan yang akutidak tahu apakah akan kesampaian.

Rayanya Hati DananWhere stories live. Discover now