Danan POV
*11 tahun yang lalu
Sebuah sms masuk di ponselku.
"Jadi ketemuan kan, Nan? Nanti malem aja gimana? Sekalian nonton acara pentas seni di lustrum sekolah. Jangan telat! Aku udah suruh Raya buat dandan cantik. Awas saja kalau kamu sampe ga datang."
Aku tersenyum membaca sms dari Arya. Kubuka halaman Facebook Raya. Dia baru saja mengunggah foto bersama teman-temannya. Sepertinya mereka sedang menyiapkan sebuah stand. Raya mengikuti acara lustrum di SMA kami, satu tim dengan Arya. Ahhh aku jadi berharap dapat segera bertemu dengannya malam ini.
Malam seperti tidak ingin cepat tiba. Aku berdebar-debar membayangkan pertemuanku dengan Raya. Ini akan menjadi kali pertama kami berbicara secara langsung, tanpa melalui perantara tulisan-tulisan dalam sms.
Kuparkirkan sepeda motorku di tempat parkir yang penuh sesak itu. Sepertinya banyak alumni SMA kami yang datang ke perayaan lustrum kali ini. Kulalui lorong kelas yang masih terasa familiar. Dari kejauhan, kulihat Arya tengah bercanda dengan Raya. Beberapa kali bahkan kulihat Arya mengacak rambut Raya yang dibalas dengan pukulan kecil oleh Raya. Cemburu menyelinap dalam hatiku. Meskipun aku tahu bahwa Arya menyukai Gita, tetap saja aku iri melihat kedekatan mereka. Aku berharap bahwa akulah yang melakukan hal itu.
"Hai, Nan! Baru dateng?" sapa Arya saat melihatku mendekat.
Aku hanya tersenyum sambil melambaikan tanganku. Kulihat Raya memalingkan wajahnya ke arahku. Raya mengulas seutas senyuman kepadaku. Senyuman yang sudah sangat lama tak kudapatkan.
"Kalian udah lama?" sapaku sambil merangkul Arya.
Kuulurkan tanganku kepada Raya, mengajaknya berjabat tangan. Raya membalas jabat tanganku singkat. Tangannya mungil dan terasa hangat.
"Kita baru aja mau pindah ke lapangan, nih. Mau nonton pentas tari sama gelaran wayang. Kamu mau ikut?" tanya Arya.
"Oke! Ayo kita cari kursi," sahutku.
Sebenarnya, aku tengah gugup berada sedekat ini dengan Raya. Apalagi Arya dari tadi memberikan tatapan jahilnya kepadaku.
Kami bertiga mendapat tempat yang agak jauh di belakang karena memang sudah sejak tadi penonton memadati lapangan. Raya duduk di antara aku dan Arya.
Sesekali aku mengajak Raya mengobrol. Aku menanyakan kabarnya, kuliahnya, dan kegiatannya akhir-akhir ini. Begitu pun dengan Raya. Karena suasana di sekitar sangat ramai, aku dan Raya harus saling mengucapkan perkataan kami langsung di telinga lawan bicara agar terdengar. Sebuah momen yang tidak terlupa hingga sekarang.
Aku dapat mencium aroma dari tubuh Raya. Tubuh Raya menguarkan aroma bunga yang lembut. Kadang Raya menanggapi obrolan kami dengan tertawa kecil. Kadang dia hanya mengangguk sambil menatap ke arahku.
Waktu adalah suatu hal yang relatif. Kadang waktu terasa sangat lama berlalu, kadang sebaliknya. Tak terasa gelaran wayang yang ditampilkan sudah usai. Raya harus segera pulang dengan diantar oleh temannya.
Sebelum pulang, Raya menjabat tanganku sambil tersenyum. Aku balas menjabat tangannya dengan erat dan sedikit lebih lama dari seharusnya. Kusampaikan bahwa kami harus tetap bertukar kabar. Raya hanya tersenyum sambil mengangguk.
YOU ARE READING
Rayanya Hati Danan
Short StoryTentang cinta pada pandangan pertama Tentang cinta yang belasan tahun tak bertaut Tentang perasaan yang tak memudar oleh waktu Tentang Raya dan Danan yang akhirnya menemukan hati satu sama lain setelah melewati hati yang salah dan patah