*6 bulan yang lalu
Dunia itu tidak selebar daun kelor, Kisanak. Bahkan setelah Iwa dan Ami melahirkan anak laki-laki kedua mereka, aku belum pernah bertemu dengan Kak Danan yang kabarnya dipindahkan ke cabang di daerahku. Seingatku di kawasan perkantoran seberang juga ada bank M. Tapi, karena aku bukan nasabah mereka, aku tidak tahu apakah ada pergantian manager atau tidak.
"Selamat siang. Ada yang bisa kami bantu," ujarku saat mendengar bunyi lonceng, pertanda ada orang yang masuk ke tokoku.
Aku memang tidak mempekerjakan karyawan. Semua aku tangani sendiri. Aku ingin semua pelanggan merasa mereka istimewa karena langsung kulayani. Lagi pula, kurasa toko ini tidak terlalu besar. Aku hanya mempekerjakan karyawan paruh waktu menjelang hari-hari besar.
"Raya ...?" sapa lelaki di depanku ini agak ragu-ragu.
"Kak Danan ...?" kini aku yang merasa lidahku kelu.
"Hai, apa kabar? Ini toko kamu? Aku dengar dari karyawanku kalau di seberang ada toko pakaian yang barang-barangnya bagus dan unik. Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini," ujar Kak Danan sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya kepadaku.
Aku menjabat tangannya. Tangannya masih sama. Masih besar dan hangat seperti ingatanku dulu.
"Iya. Ini tokoku, Kak. Aku sudah hampir 6 tahun di sini, tapi aku belum pernah melihat Kak Danan di daerah ini," ujarku sambil tersenyum untuk menutupi kegugupanku.
Aku merasa kembali menjadi gadis 14 tahun yang terpana saat melihat dia memasuki gerbang sekolahku.
"Oh, itu. Aku baru jalan 2 bulan di sini. Biasa, ada rotasi," jelasnya.
"Kak Danan mau cari apa?" tanyaku.
Sudah jelas dia tidak ke sini untuk mencariku, keluhku dalam hati.
"Ah, iya! Scarf, aku perlu scarf. Pacarku 2 hari lagi berulang tahun. Aku belum mencari kado karena di kantor sedang banyak kerjaan. Beruntungnya ada karyawan yang menyarankan toko ini kepadaku. Kamu bisa membantu mencarikan kado untuk pacarku? Tidak harus scarf. Apa saja, yang penting dia tidak manyun di hari ulang tahunnya," jelasnya.
Aaah. Kado untuk pacar. Malangnya aku. Bertemu dengan gebetan selama hampir 16 tahun hanya untuk membantunya mencari kado buat pacarnya.
"Bagaimana kalau tas tangan? Sesuatu yang bisa dibawa-bawa. Mungkin Kak Danan bisa memilih warna nude yang cocok dengan hampir semua warna baju," ujarku berusaha profesional meskipun hatiku sakit.
"Aku akan menerima apa pun saran darimu. Jujur saja, aku buta masalah seperti ini," sahutnya sambil tersenyum.
Aku mulai menunjukkan dan menjelaskan tas tangan yang sedang diminati. Kak Danan hanya memperhatikan sambil sesekali tersenyum.
"Kabar kamu bagaimana, Ya? Aku rasa pasti luar biasa. Kamu tampak keren saat menjelaskan jenis-jenis tas kepadaku tadi. Aku senang, sepertinya kamu bekerja sesuai dengan passion kamu," ujar Kak Danan sambil membayar salah satu tas yang aku sarankan.
"Seperti yang Kak Danan lihat. Aku sehat dan baik-baik saja. Aku bahagia dengan pekerjaanku. Apa tas ini mau dibungkus sekalian? Aku bisa membungkusnya dengan cantik. Service untuk mantan kakak kelas," tawarku sambil tersenyum.
"Bisakah? Oke, tolong dibungkus dengan cantik, ya," pintanya.
"Siap. Kak Danan bisa mengambil tasnya nanti sepulang kerja atau besok siang. Aku biasa buka sampai jam 9 malam," ujarku.
"Kalau begitu, aku ambil nanti sepulang kerja. Terima kasih, Ya," ujarnya sambil berjalan keluar meninggalkanku.
Betapa bodohnya aku.Membungkus kado untuk wanita yang menjadi pacar dari laki-laku yang aku cintaiselama hampir 16 tahun.

YOU ARE READING
Rayanya Hati Danan
القصة القصيرةTentang cinta pada pandangan pertama Tentang cinta yang belasan tahun tak bertaut Tentang perasaan yang tak memudar oleh waktu Tentang Raya dan Danan yang akhirnya menemukan hati satu sama lain setelah melewati hati yang salah dan patah