Danan POV
*10 tahun yang lalu
"Selamat siang, Kak?" sapa seorang gadis mungil dengan mata indah kepadaku.
"Siang!" sahutku ramah.
"Kak, kami mau mengumpulkan laporan praktikum," ujarnya mewakili teman-teman yang bergerombol di belakangnya.
"Oke," sahutku sambil mengulurkan tangan meminta laporan praktikum tersebut.
"Kak, kalau kami mau bimbingan untuk praktikum selanjutnya bisa?" tanya gadis itu lagi.
Aku melirik jam tanganku. 15 menit lagi ada mata kuliah yang harus kuhadiri. Dosennya terkenal killer dan sering tidak mengizinkan mahasiswa yang terlambat untuk memasuki ruang kuliah.
"Aku ada kuliah 15 menit lagi. Gimana kalau kamu kasih nomor kamu saja. Nanti aku hubungi kapan aku senggang," pintaku.
"Baik, Kak," gadis itu langsung menuliskan nomor hapenya pada secarik kertas dan menyerahkannya padaku.
"Ini, Kak. Terima kasih sebelumnya. Kami pamit dulu. Kami juga ada kuliah," ujar gadis itu setelah mengulurkan kertas itu kepadaku.
"Oke!" sahutku singkat sebelum tersenyum dan bergegas pergi.
Jadwal kuliah hari ini cukup padat. Belum lagi ada laporan praktikum mahasiswa semester 1 yang harus aku periksa. Pilihan menjadi asisten praktikum memang membantuku meningkatkan IP dan melatih keterampilanku, tapi semua ini benar-benar memakan waktu.
Aku menghempaskan badan ke ranjang setelah menyelesaikan semua tugas dan memeriksa laporan praktikum yang menumpuk. Kubuka buku kuliahku untuk membaca sedikit materi yang diajarkan tadi. Secarik kertas terjatuh dari halaman buku yang kubuka.
Galih Ratri (0812-xxxx-xxxx)
Ahhhh ... aku jadi teringat bahwa aku berjanji untuk memberikan bimbingan praktikum pada beberapa adik angkatan. Kusimpan nomor Ratri dalam ponselku. Sekilas aku mengingat senyumnya saat menyapaku tadi. Dia mungil dan menarik. Jenis gadis yang akan membuat laki-laki merasa ingin melindunginya.
Kuketikkan sms singkat kepada Ratri.
"Selamat malam, Ratri. Ini Danan. Besok siang saya senggang. Kamu dan teman-temanmu jadi bimbingan?"
Setengah jam berlalu. Tidak ada sms balasan dari Ratri. Mungkin dia sudah tidur. Kulirik jam dinding, ternyata sudah pukul 12 malam. Pantas saja. Kupaksakan mata untuk terpejam. Hari besok masih panjang. Aku harus segera beristirahat.
Esok paginya aku mengecek ponsel sebelum berangkat ke kampus. Ada balasan sms dari Ratri.
"Maaf, Kak. Semalam Ratri udah tidur. Oke, Kak. Nanti siang Ratri juga senggang. Gimana kalau kita bimbingan di perpustakaan? Jam 1?"
Segera kukirim balasan pesan untuk mengiyakan ajakan Ratri. Kukendarai motorku menuju kampus. Tanpa sadar aku tersenyum sendiri membayangkan akan bertemu dengan Ratri nanti siang.
"Siang, Kak," sapa Ratri kepadaku yang sedang menekuri laptop untuk mengerjakan tugas.
"Siang. Kamu sendiri?" sahutku menjawab salam Ratri sambil sedikit bingung karena tidak melihat keberadaan teman-temannya.
"Teman-teman Ratri ada kuliah, Kak. Mereka meminta Ratri untuk mewakili bimbingan. Nanti Hani yang akan menjelaskan kepada mereka," ujarnya sambil tersenyum menyesal.
"Oh gitu. Oke, gapapa. Sama aja," tukasku kemudian.
Ratri duduk di sebelahku. Dia mulai mengeluarkan alat tulis dan laptopnya. Selain itu, dia juga mengeluarkan dua bungkus roti.
"Ini untuk Kak Danan. Takutnya Kak Danan belum sempat makan. Kakak ada kuliah setengah jam yang lalu, kan," ujar Ratri sambil menyodorkan sebungkus roti kepadaku.
"Makasih banyak. Tahu aja kamu," ujarku sambil tersenyum.
Ponselku berbunyi tanda ada sms yang masuk. Kulirik sekilas, dari Raya. Aku terpaksa mengabaikannya karena Ratri sudah mulai menanyakan tentang materi praktikum kepadaku. Cukup lama kami berdiskusi mengenai materi praktikum. Karena aku ada janji untuk bemain futsal bersama teman-teman sekosanku, aku pun berpamitan kepada Ratri.
"Ratri boleh kan, Kak, sms kalau ada materi kuliah yang kurang paham. Kak Danan ngejelasinnya enak banget, sih," ujar Ratri sambil menjabat tanganku untuk berpamitan.
"Bolehlah," ujarku sambil tersenyum.
"Kalau nanya selain materi kuliah juga boleh, Kak?" tanya Ratri lagi.
Ehh ... aku agak terkejut dengan pertanyaan Ratri.
"Boleh, kok, asal aku bisa jawab," sahutku setelah hening sejenak.
Sore berganti menjadi malam. Aku memijit kakiku yang cukup pegal akibat futsal sore tadi. Kubuka ponselku. Oh iya, ada sms dari Raya. Ternyata Raya menanyakan kabarku. Kujawab singkat bahwa kabarku baik-baik saja dan meminta maaf baru sempat membalas. Kuberikan alasan bahwa kuliah sedang sibuk-sibuknya. Tak berapa lama datang pesan balasan dari Raya.
"Oh githu. Maaf ya, Kak, kalau aku ganggu waktu Kak Danan."
Aku tidak menjawab pesan Raya karena kupikir tidak terlalu penting. Belum sempat aku meletakkan ponselku, ada sms lain yang masuk.
"Malem, Kak Danan. Makasih ya buat hari ini. Kapan-kapan boleh nggak Kak kalo Ratri ngajakin Kak Danan buat makan atau nonton bareng."
Aku tersenyum membaca pesan dari Ratri. Dia terang-terangan menunjukkan ketertarikannya kepadaku. Tidak bisa kupungkiri bahwa aku tertarik kepada Ratri. Obrolan kami tadi cukup nyambung. Ratri juga terlihat cerdas karena dapat mengimbangi diskusi sore tadi padahal dia baru mahasiswa tingkat awal. Aku segera membalas pesannya.
"My pleasure."
Sambil merebahkan tubuhku, aku merasa bimbang. Di satu sisi aku memang masih menyukai Raya, tapi aku merasa kalau hubungan kami jalan di tempat. Raya tidak pernah menunjukkan bahwa dia juga menyukaiku. Pesan-pesannya cukup sering, tapi tak pernah nyerempet ke jalur yang lebih dari sekadar teman. Sementara itu, perkenalanku dengan Ratri hari ini membuatku tertarik kepadanya. Aku menimbang-nimbang perasaanku. Kuputuskan untuk menjajaki hubungan dengan Ratri. Berpacaran dengan pasangan yang berada dekat dengan kita tentunya lebih menyenangkan daripada berpacaran jarak jauh.
Hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Akudan Ratri akhirnya berpacaran. Sementara itu, Raya tidak pernah mengirimkan pesan lagi kepadaku. Kuanggap Raya pun memiliki kesibukan lain di kampusnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/208846979-288-k542159.jpg)
YOU ARE READING
Rayanya Hati Danan
Short StoryTentang cinta pada pandangan pertama Tentang cinta yang belasan tahun tak bertaut Tentang perasaan yang tak memudar oleh waktu Tentang Raya dan Danan yang akhirnya menemukan hati satu sama lain setelah melewati hati yang salah dan patah