Chapter 4

7 0 0
                                    

*6 tahun yang lalu

"Kamu yakin mau ngabisin uang warisan kamu di sini, Ya?" tanya Iwa, dia tampak skeptis dengan pilihanku.

"Hush, bukan ngabisin. Lebih tepatnya berinvestasi," tukasku tidak terima.

"Okeee, tempat ini emang cukup besar, sesuai dengan harga tanah dan bangunan yang kamu bayarkan. Tapi, apa kamu yakin kalau kamu bisa sukses di sini? Kamu yakin mau buka toko kelontong di sini?" tanya Iwa masih tidak yakin.

"Hei, aku bukannya mau buka toko kelontong! Aku mau buka toko pakaian bersama pernak-perniknya. Nanti ada tas, sepatu, aksesori, dan lain-lain yang bisa melengkapi penampilan. Jadi, semibutik, tapi aku ga produksi barang sendiri. Aku akan ambil dari supplier yang bagus dan udah punya nama. Aku tinggal padu padankan produk-produk fashion itu," jelasku sambil mencubit pipi Iwa gemas.

"Maksud, Iwa, kamu yakin dengan prospek tempat ini? Kayaknya bukan tempat yang ramai. Kita sih percaya sama pilihan fashion kamu. Itu passion kamu. Kita ngehargai itu. iwa cuma khawatir kamu bangkrut dalam waktu 3 bulan," jelas Ami berusaha memperhalus pertanyaan Iwa yang ceplas-ceplos.

"Aku udah survey sebelum memutuskan ambil tempat ini. Harganya memang lumayan, tapi tempat ini luas dan bangunannya 2 lantai. Lantai pertama akan menjadi toko pakaian. Pintunya terpisah dengan lantai 2 yang menjadi hunian. Kamu lihat bangunan-bangunan di seberang yang sudah akan jadi itu? Itu rencananya akan menjadi kawasan perkantoran. Target pasar aku adalah karyawan kantor yang ingin tampil modis, tapi malas pergi jauh-jauh ke pusat perbelanjaan. Jangan khawatir! Kalau aku bangkrut, Kak Arya mau terima aku jadi istri keduanya kok. Kak Gita juga ikhlas kalau aku jadi madunya Kak Arya," ujarku sambil mengedipkan mataku centil.

"Dasar gila!" ujarAmi dan Iwa berbarengan.

Rayanya Hati DananWhere stories live. Discover now