8. Membual

7.4K 815 53
                                    

.
.

Sakura mengangkat alis nya sesaat setelah shion mengatakan bahwa ia bertemu Yamanaka Ino dikonoha Hospital.

Menundukkan klorofil emerald nya menunduk menatap sneaker hitam yang ia gunakan pagi ini. Hingga akhirnya bergulir pada jalanan kota.

" Kau tidak bertanya untuk apa dia kesana? " Gadis pirang itu bertanya sembari menikmati minuman nya.

Melirik sekilas, sakura berdehem kecil. " Aku menunggu kau selesai bicara "

Shion mendesah kecil, tersenyum simpul memperhatikan sahabat kecil nya dulu yang sama sekali tak berubah. Ia lantas menggeser gelas, memajukan kursi lebih dekat dengan meja.
" Kau tau benar tabiat ku ya, saku "

Sakura mendengus pelan, beralih menatap bunga tulip dinakas panjang dekat kaca.

" Aku ada janji bertemu Konan saat itu. Dan dia mengatakan kondisi Yamanaka itu saat aku mengatakan bertemu dengan nya " shion mengangguk kecil sembari mengingat kejadian semalam.

" Kau tau, dia pengidap apa? "

Menghela nafas, sakura bergerak menyamankan duduk nya. Memandang shion dengan kerlingan kecil.
" Radang otak? "

Gadis pirang itu berdecak, menyipitkan mata memperhatikan Sakura dalam.
" Kau tau sejak kapan? "

Sakura mendengus pelan. Oh ayolah, Ia bahkan dulu berteman baik dengan gadis Yamanaka itu. Merenung sejenak, ia kembali mengingat bagaimana dirinya dulu pernah menghabiskan waktu senggang bersama orang yang kini mengkhianati nya.

Tak lagi lupa, bagaimana kenangan mereka kini hancur remuk hanya karena satu pemuda. Bukan, bukan itu yang dirinya permasalahkan. Melainkan bagaimana Ino dengan tenang mendengar kan ceritanya mengenai Sasuke selama mereka berhubungan. Pendengar baik disaat dirinya bertengkar kecil dengan pemuda itu. Penonton setia dimana dirinya saat itu sedang bermesraan.

Dan fakta tentang gadis itu pula yang merebut nya. Menjadi kejutan tersendiri bagi Sakura. Rasanya seperti kau yang terhempas kepermukaan terdalam bumi ketika menyaksikan mereka berselingkuh dengan saling memagut mesra.

Menghembuskan nafas perlahan, sakura bergulir kembali menghadap kaca.
" Kami pernah berteman baik jika kau lupa "

Dan shion mendesah panjang, mengangguk mengiyakan itu. Berdehem singkat, gadis itu sejenak mengkerutkan kening.
" Tapi aku yakin dia tidak mengidap itu "

Sakura bungkam sembari menaikkan alis terheran.

" Konan bilang dia tidak yakin dengan gejala yang Ino alami " menarik nafas, gadis bermarga Shimura itu menyandarkan dirinya pada sandaran kursi. Menatap sakura gamang
" Gejala nya tidak sama, tapi kenapa dokter spesialis yang menangani Ino mengatakan dia radang otak? "

Oke, shion tau ia tidak seharusnya terlalu mempedulikan ini. Hanya saja, Ino dan segala aspek kehidupan nya yang monoton memang tak layak untuk dibandingkan dengan sahabat kecil didepannya kini. Memikirkan kembali perkataan Konan, teman dekat sekaligus kepala rumah sakit serta dokter dikonoha Hospital yang ia singgahi semalam.

Gadis itu mendongak kan netra cantik nya yang sempat menunduk untuk menatap sakura yang terdiam terpaku didepannya. Tersenyum kecil ketika mengingat Sakura punya pengendalian diri yang kuat. Gadis itu tidak pernah meledak disetiap kondisi yang menegangkan sekalipun. Hanya diam dan merenung seraya bergulat dengan otak cerdas nya.

Kembali buka suara setelah sekian lama mereka diam. Shion lantas menarik tangan sakura untuk menggenggam nya.
" Kau akan terkejut jika aku mengatakan nya "

*****

" Tunggu dulu! Kau tidak berniat menyuruhku untuk membunuhnya kan? "

Sakura menghela nafas, memutar mata jengah menatap Nagato yang kini berdiri didepan kursi kerjanya. Gadis itu lantas menurunkan kaki kirinya yang semula bertopang pada kaki nya yang lain. Menggerak-gerakkan kursi roda itu kekanan dan kekiri sembari memandang langit-langit ruangan.

Gotcha ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang