Main Hati - 12

119 11 0
                                    

Alvin sedang bersiap menuju kantor barunya untuk pertama kalinya. Selama ini ia bekerja sebagai Komisaris disebuah perusahaan rekaman musik yang ia dirikan. Walaupun berada di London, Alvin masih suka bolak-balik ke Indonesia untuk mengawasi perusahaannya itu. Perusahaan rekaman yang Alvin dirikan itu sudah banyak mengorbitkan penyanyi muda pendatang baru yang Album dan single nya meledak dipasaran. Ia pun juga menjadi producer untuk penyanyi ataupun grup band pendatang baru. Banyak dari mereka yang sudah menjadi penyanyi dan band baru yang langsung melejit dan lagu-lagunya dikenal di kalangan muda mudi di Indonesia.

Namun, ada perasaan dan tanggung jawab yang Alvin rasakan, saat Papinya kembali meminta dirinya untuk menggantikan posisi sang Papi sebagai Komisaris di Poetra Grup. Ia merasa  terbebani dan ingin menebus kesalahan terhadap Sandra. Karena ia masih merasa bersalah atas sikapnya kepada gadis itu dan ia merasa bentuk mengobati rasa bersalahnya itu adalah menerima permintaan Reynold memimpin perusahaan yang sudah dirintis sejak Papinya masih muda.

Mungkin saja kelak, dengan pilihannya mengemban tanggung jawab dari Papinya, ia bisa bertemu dan menebus kesalahnya terhadap Sandra.

Ia masih merasa jetlag, namun hari ini ia sudah janji untuk datang ke kantor Papinya dan belajar mengenai seluk beluk perusahaan itu.

Walaupun sudah menjadi Komisaris, namun industri yang di kelola dua perusahaan ini jelas bertolak belakang.

Setelah bersiap menuju kantor barunya, Alvin pergi menggunakan mobil dengan menyetir sendiri kesana. Alvin menolak tawaran Reyna yang bilang akan mengirimkan supir untuknya. Ia tidak ingin menggunakan fasilitas kantor, karena saat ini status Alvin masih belum resmi sebagai Komisaris.

Sesampai di gedung berlantai 30, Alvin langsung menuju lantai teratas gedung itu. Banyak karyawan dan karyawati yang menoleh kearahnya, saat Alvin melewati mereka.

Didalam lift, ada seorang wanita yang sedang menatap lekat padanya, dia tak begitu memperhatikan wanita itu, karena pandangannya hanya fokus kedepan.

Wanita yang sedari tadi memandangnya itu, turun di lantai 20, sedang Alvin masih melanjutkan hingga ke lantai 30. Sesampainya di lantai 30, Alvin menuju meja didepan ruangan yang ia yakini itu adalah ruangan kerja Papinya.

"Selamat pagi Pak, ada yang bisa saya bantu?", tanya wanita muda disana yang Alvin yakin wanita itu adalah Sekretaris Papinya.

"Saya mau bertemu Pak Reynold".

"Sudah ada janji Pak?"

"Sepertinya belum".

"Maaf kalau belum mohon menunggu sebentar, saya akan informasikan kepada Pak Reynold".

Alvin sengaja melakukan itu, ia ingin melihat seperti apa wanita nantinya akan menjadi Sekretaris nya jika sedang bekerja.

Tak ada yang aneh, wanita ini bekerja dengan baik dan melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur.

"Mohon maaf, Bapak namanya siapa?"

"Alvin"

"Baik Pak, mohon ditunggu", sejenak Sekretaris itu mendadak kaku. "Maaf Pak, apa Bapak itu Alvin Poetra?"

Alvin mengangguk santai, "Maaf saya tidak tahu Pak, silahkan masuk kalau begitu, Pak Reynold sudah menunggu daritadi".

Alvin dengan datarnya masuk keruangan Reynold dan sudah ada Reyna didalamnya.

"Vin, akhirnya kamu datang, sini duduk", Reyna menunjuk ke bangku disebelahnya.

"Ruangan kerja Papi besar sekali, bisa ni kalau Alvin masukin tempat tidur disini"

"Jangan macam-macam kamu, ruangan ini untuk kerja, bukan untuk tidur".

Alvin tertawa, "Santai dong Pi, Alvin kan masih harus beradaptasi sama ruangan ini".

Reynold menyerahkan berkas, "kamu baca berkas ini dulu".

"Langsung kerja banget ni Pi?"

"Kasus yang satu ini harus segera ditangani, karena ini merugikan perusahaan hingga ratusan juta".

"Perusahaan sebesar ini rugi ratusan juta, ga akan bikin Papi bangkrut dalam sekejap kan", nada santai Alvin membuat Reynold kesal.

"Permasalahannya bukan seperti itu Vin, ini mengenai tanggung jawab karyawan itu terhadap kewajibannya pada perusahaan. Ada hak karyawan lain yang dia ambil dalam kelalaiannya itu"

Alvin mengangguk datar sambil membaca berkas-berkasnya.

"Nanti kamu akan mengurusnya dengan Lawyer pilihan Papi, semoga kalian bisa bekerjasama dengan baik".

"Alvin baru sampai Pi, belum bisa bekerja secepat ini, butuh adaptasi dulu lah".

"Alvin, kamu harus cepat belajar. Reyna sebentar lagi akan cuti melahirkan. Dan Papi sudah tinggal tunggu waktu untuk segera pensiun, sambil bermain dengan cucu Papi dari Reyna, sedangkan mengharapkan cucu dari kamu entah sampai kapan".

"Ya ampun Pi, terang-terangan banget sih minta cucu sama Alvin, memangnya kalau dapet cucu dari Alvin yang belom nikah gini bisa?"

"Yasudah, kalau gitu kamu segera nikah".

"Nikah sama pohon jambu apa gimana Pi, kayaknya gampang banget ngomongin nikah, calonnya aja Alvin belom punya".

"Sudah dong Pi, Vin, ini dikantor malah bahas nikah".

"Alvin pelajari dulu ini deh, daripada ditanya nikah mulu".

Alvin merebahkan tubuhnya di sofa ujung ruangan itu.

"Kerja Vin, bukan tiduran"

"Ini cara seorang musisi kalau bekerja Pi".

"Benar-benar ya anak itu".

"Sudah Pi, biarin Alvin rileks dulu sebelum dia mulai serius kerja".

"Minggu depan dia harus berangkat ke cabang".

"Ya ampun Pi, Alvin kan masih harus bulan madu sama pekerjaan baru Alvin".

"Jangan macem-macem kamu ya".

Alvin hanya terkekeh, Reyna geleng-geleng kepala yang melihat kelakuan dua laki-laki beda generasi ini.

🌺🌺🌺

Siska baru kembali dari lobby, membawa 4 cup coffee yang baru saja dibelinya.

Setelah menaruh di meja pantry, Siska menuju ruang kerja Sandra, tampak Sandra sedang tidak terlalu sibuk. Duduk menyenderkan punggungnya ke bangku sambil memainkan games d smartphone nya.

"San, Komisaris yang baru orangnya masih muda, ganteng lagi".

Sandra mengangkat alisnya, "Komisaris siapa?"

"Poetra Grup lah, siapa lagi".

"Ohh..."

"Iisshh kamu, cuma segitu doang tanggapannya".

"Trus aku mesti gimana? Bawa pom-pom sambil nari striptis gitu?"

"Ya ga mesti gitu juga. Orangnya ganteng San".

"Kamu udah kenalan?"

"Belom".

"Kalau belom kenalan gimana bisa tahu kalau itu Komisaris yang baru?"

"Soalnya tadi cuma ada aku berdua aja sama dia, aku ke lantai 20, trus dia ke lantai 30, siapa lagi kalau bukan dia Komisaris baru yang dimaksud".

"Mungkin aja tamu".

"Ga sih, aku yakin dia kok".

"Ya ya... Kita lihat nanti siang aja ya".

"Kamu kok ga semangat gitu".

"Lagian dia juga masih calon Komisaris, Sis. Belom resmi".

"Iya sih, tapi kalau dia beneran orangnya, aku rela ganti tunanganku jadi dia, daripada ngarepin Arnold yang ga pernah ngelirik aku".

"Huss, ga boleh gitu. Kalian kan udah dijodohin, nanti orangtua kalian kecewa loh. Btw kamu jadi beli kopi?"

"Jadi, ada tuh di pantry"

"Yuk kita ngopi aja"

Siska yang masih cemberut, akhirnya pasrah mengikuti Sandra menuju Pantry.

🌺🌺🌺

Ada yang mau ketemuan nih, cieeee... 😍😍😍

Main HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang