Main Hati - 23

175 8 1
                                    

Sandra menggeliat dari tidurnya, ia merasa perutnya agak lapar, setelah mengucek matanya sebentar, ia melirik jam didinding, ternyata sudah jam 11 malam.

Sandra yang baru sadar jika ia tertidur diatas sofa, dan melihat Alvin yang masih duduk diatas karpet berbulu sambil menonton netflix itu menolah kearahnya, seperti tersadar jika Sandra sudah terbangun.

"Vin, sorry ya aku ketiduran", ucap Sandra sambil membetulkan posisinya dari tidur menjadi duduk.

"Gapapa, tadi aku mau bangunin tapi kayaknya kamu tidurnya pulas banget", Alvin hanya tersenyum. "Kamu pasti lapar kan?"

Sandra mengangguk, "Kamu udah makan Vin?"

"Belum, nunggu kamu, mau makan bareng kamu", kata Alvin sambil tersenyum sambil mengambil makanan di meja makan kecil dekat dekat dapurnya.

"Ya ampun, aku jadi ga enak banget Vin".

Alvin tersenyum, lalu mengajaknya makan bersama.

"Kamu gapapa makan jam segini, ga takut jadi gendut", goda Alvin kepada Sandra.

"Pipi aku udah chubby gini Vin, emang udah gendut kayaknya", Sandra menggembungkan pipinya sambil menepuk-nepuknya pelan.

"Gapapa kok, malah makin manis menurutku".

"Duh, Alvin, ucapannya yang sederhana seperti itu, kenapa bisa bikin jantung ku seperti ini ya", batin Sandra.

Rasanya ia bisa kena diabetes saking manisnya tiap perkataan yang Alvin lontarkan padanya.

Mereka berdua menikmati makan malam dalam suasana akrab dan penuh tawa. Alvin memperlakukan Sandra begitu manis, sampai sering membuat Sandra salah tingkah, namun bukan Alvin namanya jika ia berhenti menggoda, justru ia semakin menggoda dan melihat Sandra yang tersipu malu, seperti menjadi candu bagi dirinya.

Malam berlalu begitu hangat bagi mereka berdua. Setelah makan malam, Sandra dan Alvin duduk santai dibalkon sambil bercerita tentang apapun, memandang malam sambil duduk berdampingan dibalkon kamar Alvin yang dirancang Alvin begitu apik.

"Kenapa kamu lebih milih tinggal di apartment dibanding dirumah Papi mu, Vin?", tanya Sandra memecah kesunyian malam diantara mereka.

"Biar lebih dekat aja, lagian aku dirumah papi sekarang sudah ada kak Reyna dan suami, sebentar lagi malah makin rame karena anak kak Rey yang akan segera lahir. Kamu sendiri kenapa pilih apartment ini?"

"Ayah yang pilih apartment ini untuk aku, awalnya juga aku ga mau, lebih enak ditempat kost dulu, sudah kenal dekat juga dengan ibu kost, tapi ayah lebih suka aku disini, apalagi karena dekat dengan kantorku".

"Setelah kejadian tadi pagi, apa kamu besok tetap masuk kekantor?"

"Belum tahu Vin, tapi sepertinya ga".

"Aku khawatir kalau besok kamu kekantor"

"Mungkin aku bakalan ngajuin resign", sahut Sandra sambil menghela nafas.

"Aku setuju, aku ga suka sama sifat Arnold yang begitu ingin mendominasi kamu".

"Arnold sebenarnya baik, dia begitu karena ingin menarik hati aku, hanya setelah lepas dari Siska, ia semakin agresif menunjukkannya. Aku takut dengan sifat yang seperti itu, lebih baik aku menjauh dan pergi dari mereka".

"Aku mengerti, paham apa yang kamu rasakan San".

"Makasih ya Vin, udah mau nolongin aku", kata Sandra sambil memegang tangan Alvin.

"Kapanpun kamu butuh aku siap, San.  Kamu istimewa buat aku", Alvin menyambut genggaman tangan Sandra lalu mengecupnya.

Hati Sandra menghangat, perlakuan manis Alvin selalu membuatnya berharap, banyak berharap malahan.

Main HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang