Main Hati - 21

95 10 0
                                    

Sandra sedang bersantai didalam apartementnya, setelah seharian kemarin ia habiskan waktu bersama Alvin. Selepas pertemuan mereka dengan Siska, Alvin mengajaknya makan malam dan menghabiskan waktu berdua.

Berkeliling menikmati malam di kota Jakarta sambil bercerita apapun tentang perjalanan mereka sewaktu merantau untuk mengejar cita-cita mereka masing-masing.

Alvin yang sekarang memang berbeda, ia terlihat begitu dewasa, begitu lembut dan terlihat begitu mencintai Sandra, hanya saja Sandra masih meragukannya, karena Alvin belum pernah mengucapkan kata cinta, Alvin hanya memintanya untuk tetap berada disisinya. Apakah itu cukup, hanya dengan berada disisinya saja? Apakah itu berarti menjadi seseorang yang istimewa untuknya?

Setidaknya saat ini mereka menikmati hubungan tanpa status ini.

Alvin yang selalu menggenggam lembut tangan Sandra saat mereka berjalan, dan membelai wajah wanita itu, hanya untuk melihat wajahnya merona merah, menjadi candu akut yang sering Alvin lakukan.

Hari ini, Sandra memang berniat tak pergi kemanapun, ia ingin bersantai saja, mumpung ia bisa bersantai dihari Sabtu ini.

Ponselnya berdering, setelah semalaman kemarin ponselnya ia biarkan tergeletak diatas nakas samping tempat tidurnya dalam mode silent. Berharap dering yang berbunyi tak menampilkan nama Arnold yang selalu menelponnya, namun tak pernah ia angkat, maupun pesan whatsapp nya selalu ia biarkan, karena pertanyaan yang ditanya pun selalu sama, memintanya untuk ikut kerumahnya, menemui sang ibu tercinta.

Namun, kali ini, bunyi dering ponselnya menampilkan nama yang membuat jantungnya berdegup kencang.

'Alvin's calling'

Sandra tersenyum, hatinya selalu menghangat jika berhubungan dengan Alvin.

"Ya, Vin".

"Met pagi cantik, kamu sudah bangun?"

Sapaan Alvin diseberang telponnya membuat degup jantung Sandra berdetak begitu kencang, rasanya begitu cepat dan tak karuan.

"Aku sudah bangun daritadi".

"Kamu sudah sarapan?"

"Belum"

"Aku lagi dibawah cari sarapan, kamu mau sarapan apa? Biar aku bawain sekalian, nanti kita sarapan bareng ya".

"Aku mau bubur ayam yang di depan lobby itu, Vin".

"Oke, San. Ga lama aku keatas ya".

"Thanks Vin"

"Ga usah sungkan, San. Apapun buat kamu".

Sandra menutup ponselnya sambil senyum-senyum sendiri. Alvin selalu membuat detak irama jantungnya bertalu-talu.

Tak sampai 5 menit, bunyi bel dari luar pintu kamarnya membuat Sandra bertanya-tanya. Apa iya secepat itu Alvin sudah kembali dari beli bubur.

Tak sempat mengintip terlebih dulu, Sandra langsung membuka pintunya, namun ternyata pria yang berdiri dibalik pintu itu sudah mengejutkan Sandra.

"Ada perlu apa kamu kesini?", tanya Sandra mulai resah kala yang datang ke apartmentnya adalah Arnold.

"Telpon ku ga kamu angkat, whatsapp ku ga kamu balas, kamu kenapa sih, San?"

"Aku cuma ga mau kamu paksa".

"Ikut kerumahku saja, Sandra. Memangnya aku pernah paksa apa lagi?", nada bicara Arnold mulai meninggi.

"Aku ga mau ikut kerumah kamu, kamu juga ga mau kasih tahu aku untuk apa aku ikut kesana, buat aku itu seperti sebuah jebakan".

"Ga ada yang mau menjebak kamu, San. Dirumah ku pun ada mama aku, aku ga akan macam-macam sama kamu".

"Justru itu, kamu punya niat ga baik. Seakan-akan aku ikut kerumah kamu karena aku mau menerima cinta kamu dan bersedia menikah sama kamu, gitu kan?", Sandra mencoba menahan emosinya, apalagi Arnold terlihat kaget waktu Sandra mengetahui apa yang akan dilakukannya.

"Aku cuma mau buktiin ke mama, aku dan Siska putus, karena kita saling mencintai dan kita akan menikah"

Sandra menggeleng keras, "Kamu tahu dari dulu aku ga pernah cinta sama kamu, aku ga mau terjebak dalam permainan yang akan kamu buat sendiri".

Arnold mengerang frustasi, "San, please. Tolong mengerti dan pahami aku, aku cinta sama kamu".

"Tapi aku enggak", sahut Sandra meninggi, ia takut, benar-benar takut jika Arnold sudah seperti ini.

Arnold menarik tangan Sandra dan memintanya ikut bersamanya, "Kamu ikut sama aku ya, sebelum aku main kasar".

Sandra mencoba melepas tangannya yang ditarik paksa oleh Arnold, namun ia kalah dengan kekuatan Arnold sebagai lelaki. Arnold lebih kuat dari Sandra pastinya dan itu membuat Sandra ketakutan, takut kalau Arnold bertindak melebihi batas.

Menuju lift Sandra masih berusaha melepaskan tangannya dari Arnold.

"Kalau kamu mau menurutiku, aku ga akan memaksa seperti ini, San", erang Arnold frustasi.

"Please, aku ga mau ikut kamu Arnold".

Seketika itu juga pintu lift terbuka dan menampilkan wajah Alvin yang terlihat begitu marah saat Arnold menarik tangan Sandra.

"Apa-apaan ini? Lepaskan Sandra", geram Alvin.

"Kamu jangan ikut campur, ada hal yang harus kami selesaikan", Arnold bergerak menuju lift sambil tetap menarik tangan Sandra.

Wajah Sandra terlihat begitu ketakutan, sambil menatap Alvin seperti meminta pertolongan.

Tas belanjaan yang Alvin bawa, diletakkan begitu saja, lalu ia mencoba melepaskan tangan Sandra yang digenggam begitu kasar oleh Arnold, "Kalau kamu main kasar, aku akan panggil security, lepaskan Sandra sekarang atau kamu akan menyesal", ucap Alvin sambil menatap tajam kearah Arnold.

"Ini semua karena kamu, Sandra menjauhiku karena kamu, jangan mentang-mentang punya kekuasaan, berani bertindak kurang ajar", Arnold makin berang.

"Kamu yang kurang ajar sama aku", Sandra berusaha menarik tangannya, ketika ia melihat Arnold yang mulai lengah karena ingin memukul Alvin.

Lalu Sandra berlari dan berlindung dibalik badan Alvin. Bahkan Alvin bisa merasakan tubuh wanita itu bergetar.

"Kamu menolak aku demi lelaki ini, San? Tega kamu, aku akan pastikan kalian berdua menyesal. Kamu mengkhianati aku, San".

"Aku ga pernah mengkhianati kamu, dari dulu aku memang ga pernah cinta sama kamu, kamu sudah tahu itu dari dulu, Arnold", Suara wanita itu mulai bergetar.

"Pergi dari sini, sebelum aku benar-benar akan bertindak kasar", Alvin masih mencoba menahan amarahnya.

Arnold menahan emosinya, bisa dilihat dari sorot matanya, Alvin masih berusaha melindungi Sandra.

Akhirnya Alvin turun melalui lift, namun keributan yang sempat terjadi membuat beberapa penghuni di lantai 5 mengintip lewat pintu mereka, dan beberapa yang kenal dengan Sandra mencoba menghiburnya. Namun Alvin sudah menyakinkan mereka bahwa Sandra akan baik-baik saja selama bersamanya. Akhirnya penghuni di lantai tersebut kembali kekamar mereka masing-masing.

Alvin membawa Sandra ke apartementnya, karena Sandra terlihat masih begitu ketakutan. Setelah diberi minum, lalu Alvin mengajak Sandra untuk sarapan.

"Sudah ya, kamu tenang, sekarang ada aku disini", Alvin menenangkan Sandra sambil menyampirkan rambut yang menutupi sebagian wajahnya.

Mereka duduk disofa yang berada didepan tv dan sofa itu hanya cukup diduduki oleh mereka berdua.

Sandra hanya terdiam dan tiba-tiba ia memeluk Alvin sambil menangis.

Alvin yang dipeluk tiba-tiba merasa terkejut, lalu dengan lembut ia menenangkan Sandra sambil membelai lembut rambut wanita itu yang wanginya selalu ia rindukan, sedari dulu.

🌺🌺🌺

Main HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang