Main Hati - 16

107 10 0
                                    

Sandra merasa sangat gelisah mendengar pengakuan Alvin saat makan malam tadi. Ia termenung di dalam kamar hotelnya.

Sandra tak menyangka bahwa Alvin selama ini menunggunya, bahkan berharap bertemu dengannya. Pertemuan terakhir mereka yang menyisakan luka tersendiri dihatinya membuat ia begitu membenci Alvin, namun ia tak bisa pungkiri bahwa masih ada cinta yang tertinggal dihatinya untuk lelaki itu.

Hanya saja ia takut membuka diri lagi pada Alvin, ia takut Alvin mengecewakannya lagi.

Alvin cinta pertama baginya, ia begitu merasa bahagia saat bersama Alvin. Bahkan Alvin juga lelaki yang sudah mencuri ciuman pertama darinya.

Lelaki itu memiliki kesan tersendiri.

Sandra berguling-guling diatas kasurnya. Alvin yang sekarang bersamanya begitu lembut dan sangat dewasa, mungkin waktu sudah mengubahnya.

Andai saja Alvin tahu, kalau sampai saat ini Sandra tak pernah melupakannya, hanya ego nya sebagai seorang wanita yang pernah disakiti begitu besar. Ia masih membenci Alvin, namun tak bisa mengelak bahwa ia menikmati kehangatan yang diberikan lelaki itu.

Namun disisi lain, ia juga resah, saat Arnold dengan terang-terangan menyatakan cinta padanya, ingin memilikinya walaupun ia tahu bahwa ia sudah dijodohkan dengan Siska.

Arnold pun sebenarnya lelaki yang sangat baik dan perhatian, jujur ia menaruh simpati padanya, namun ia tak mempunyai perasaan cinta pada Arnold, tidak seperti perasaan yang sempat ia miliki untuk Alvin. Apalagi kedekatan Sandra dan Siska yang membuatnya tak mungkin mengkhianati teman baiknya itu.

Sandra menyayangi Arnold lebih pada perasaan sayang seorang adik kepada kakaknya. Kebaikan Arnold selama mereka kuliah di Australia membuat Sandra nyaman dengannya. Namun Sandra terkejut saat Arnold menyatakan cinta padanya, sedangkan ia sudah berstatus sebagai tunangan Siska.

Sandra menatap wajahnya di cermin, hatinya gelisah saat mengetahui Alvin tidak terlalu bersemangat mengejar cintanya lagi. Apa memang Alvin tidak pernah serius padanya.

Ia menaruh kepalanya lagi diatas bantal dengan cara sedikit dibanting, huuuffftttt.... Sandra menghembuskan nafas secara kasar dan keras. Harusnya ia lega karena Alvin tak bertindak egois mengejar cintanya, tapi entah mengapa ia ingin Alvin yang dulu, yang pernah memberinya secercah asa, walaupun itu palsu? Entahlah, Sandra sendiri bingung.

Apa benar ia sudah melupakan perasaan cintanya pada Alvin sepenuhnya, atau sebenarnya ia masih mengharapkan lelaki itu?

Lama termenung, akhirnya Sandra terlelap dan tertidur, berharap ia bisa bermimpi dan menemukan jawaban dalam mimpinya itu.

🌺🌺🌺

Akhirnya, urusan pekerjaan Sandra dan Alvin selesai juga, walaupun belum 100% namun mereka sudah mendapat titik terang dari kasus fraud tersebut.

Tiga hari mereka mengejar informasi dan mulai menemukan orang-orang yang terlibat didalamnya. Berkat kesabaran dan kepiawaian Sandra dalam menemukan dalang dan orang dalam yang terlibat, maka perlahan masalah ini terselesaikan.  Untuk selanjutnya, masalah ini akan diselesaikan dengan jalan damai dan karyawan yang bersangkutan akan ganti rugi dan dikeluarkan dari perusahaan tanpa menerima pesangon apapun.

Malam ini adalah malam terakhir mereka berada di Pontianak, besok mereka akan kembali ke Jakarta.

Sandra berniat menghabiskan waktu malam ini di hotel saja, sampai ia mendengar suara pintu kamarnya diketuk.

Pasti Alvin, batin Sandra. Ternyata pada saat pintu kamar dibuka, Sandra terkejut, bukan Alvin yang datang, tapi Arnold.

"Arnold, kamu kok bisa ada disini", Sandra tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

Arnold tersenyum saat melihat wajah Sandra yang sangat dirindukannya.

"Kok kamu bisa tahu kamar aku?" tanya Sandra tak percaya.

Baru saja Arnold akan membuka suara, tiba-tiba pintu kamar disebelah Sandra terbuka, dan wajah Alvin nampak sedikit terkejut saat melihat Arnold.

Arnold tersenyum kaku saat melihat Alvin, ia merasa tidak begitu menyukainya, karena ia menganggap Alvin memiliki perasaan lebih untuk Sandra.

"Wow, ada tamu jauh rupanya", Alvin berjalan santai kearah Arnold dan Sandra. Tampak sekali gestur badan Arnold yang terbaca oleh Alvin, bahwa tak menyukai kehadirannya diantara mereka.

"Malam Pak Alvin", sapa Arnold tanpa mengulurkan tangannya kearah Alvin.

Alvin hanya menunjukkan wajah datarnya.

"San, kok kamu belum siap-siap. Ayo kita berangkat?" Tegur Alvin kepada Sandra yang masih terdiam canggung diantara dua laki-laki itu.

"Kita memang mau kemana?" tanya Sandra bingung.

"Kamu kan sudah janji mau menemani aku malam ini", jawab Alvin santai.

Sandra hampir lupa, ia sudah janji pada Alvin malam ini menemaninya ke suatu tempat.

"Sorry aku kira ga jadi", Sandra tersenyum kaku ke arah Alvin lalu beralih ke arah Arnold.

"Aku mau ajak kamu makan malam, San", Arnold pun langsung menyampaikan maksudnya secepatnya kepada Sandra.

Sandra berada di posisi serba salah, ia tak enak karena sudah janji dengan Alvin tapi juga tak enak jika harus meninggalkan Arnold sendirian.

"Kamu kesini sama siapa? Nginep di hotel ini juga kan?", tanya Sandra mengalihkan pembicaraan.

"Aku ga nginep disini, aku sudah booking hotel ga jauh dari sini", kata Arnold sambil melirik sekilas kearah Alvin

"San, yuk kita berangkat. Mobil online yang aku pesan sudah datang", ajak Alvin lagi sambil menggandeng tangan Sandra.

"Kabarin aku aja kalo kamu sudah selesai urusannya ya San, nanti kita makan malam bersama", Arnold tetap bersikukuh, tanpa mempedulikan Alvin yang sudah mengajak Sandra pergi.

"Sorry Pak Arnold, Sandra pergi makan malam dengan saya, dan ada sedikit urusan, lebih baik anda makan malam duluan karena kami belum tahu selesai urusannya jam berapa", ucap Alvin dengan wajah datarnya ke Arnold.

Sandra hanya tersenyum sekilas sebelum mereka menuju lift dan menghilang dari Arnold.

Didalam mobil, Sandra yang duduk disebelah Alvin hanya diam tampak kesal apa yang Alvin sudah lakukan tampak kekanak-kanakan.

Sambil memegang ponselnya, Alvin melirik kearah Sandra.

"Kamu kenapa sih San?"

"Kamu bertindak kekanak-kanakan banget sih Vin".

Alvin mengkerutkan dahinya bingung, "kekanak-kanakan gimana?"

"Tingkah kamu ke Arnold tadi, aku kan jadi ga enak".

"Kenapa mesti ga enak?"

"Dia datang jauh-jauh dari Jakarta, tapi perlakuan kamu ke dia kayak gitu".

"Salah sendiri datang kesini tanpa bilang dulu, kita kan sudah janji mo pergi malam ini".

Sandra terdiam sejenak. Lalu memalingkan wajahnya kearah luar jendela mobil.

"Kamu ada hubungan spesial sama dia?"

Sandra diam saja, tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela yang sepertinya lebih dinikmatinya daripada pertanyaan bodoh yang Alvin lontarkan padanya.

"Kalau memang ternyata kalian punya hubungan spesial, kita balik lagi ke hotel. Kamu silahkan makan malam dengan Arnold dan aku bisa pergi menyelesaikan urusanku sendiri. Karena aku ga mau ngerusak hubungan orang lain".

Sekali lagi Sandra hanya terdiam, haruskah ia mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada Alvin dan menjauh dari laki-laki yang ada disampingnya ini, tapi entah mengapa ia merasa tidak rela dengan itu semua.

🌺🌺🌺

Main HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang