(VERSI NOVEL)
⚠️Cerita ini akan di repost secara bertahap, jadi harap bersabar. Jika ingin membaca versi full bisa beli novel di Shopee Firaz Media 🤗
Happy Reading Guys ❤️
***
Pagi ini tampak lebih cerah dari pagi-pagi sebelumnya, matahari memancarkan sinar kebahagiaan yang membuat siapa pun ikut merasakan hal yang sama, ah apa mungkin karena perasaan gue aja yang sedang bahagia karena sebenarnya tidak ada matahari yang bersinar terang, melainkan awan yang sedang mendung.
Gue terkekeh sendiri seperti orang gila di depan gerbang kost sambil menunggu seseorang yang akan menjemput gue untuk ke kampus bersama.
Mungkin beginilah rasanya jatuh cinta, apapun terasa indah meski kenyataannya menyakitkan. Orang yang akan menjemput gue adalah cowok yang dua hari lalu berstatus sebagai pacar gue.
Tanpa membuat gue menunggu lama akhirnya sebuah mobil BMW entah seri ke berapa berhenti tepat di hadapan gue. Dia datang bersama dengan senyuman manis yang menenangkan hati. Aduh, gue jadi puitis gini ya. Apa ini salah satu efek jatuh cinta?
"Pagi, Nin." sapanya sembari menghampiri gue.
"Emm ... pagi, Dev." Gue menyapanya balik dengan malu-malu.
Devano Frans Tanjung atau biasa dikenal dengan nama Devano adalah pacar yang gue bilang tadi.
Cowok yang kini berdiri di hadapan gue tampak begitu tampan dengan balutan hoodie berwarna abu dipadukan dengan celana jeans yang gue ketahui harganya nggak murah. Berbanding terbalik dengan gue yang hanya memakai kaos maroon dan celana jeans, hal ini buat gue merasa nggak cocok banget bersanding dengan Devano.
"Pasti kamu udah nunggu lama ya? Maaf kalo gitu soalnya tadi sempat macet," ujarnya sedikit memelas.
Gue segera menggeleng. "A-aku baru aja keluar. Jadi belum lama nunggu ka-kamunya."
Terkutuklah wahai mulut yang lebih suka pakai gue-lo ketimbang pakai aku-kamu setiap bicara. Kesannya gue gagap banget padahal kalo bicara seperti biasa lancar jaya kayak jalan tol.
"Syukurlah. Aku kira kamu udah nunggu lama. Soalnya aku nggak mau pacarku capek karena kelamaan nunggu."
Pacarku? Pipi gue panas mendengar sebutan itu untuk pertama kalinya. Maklum aja, selama dua puluh dua tahun hirup polusi di Jakarta, gue baru pertama kali berpacaran. Jadi lumayan rada kikuk dan salah tingkah terus bawaannya.
Hawa panas pada pipi gue menjalar hingga ke badan saat Devano mengusap pelan rambut gue. Saking nggak kuat dengan perlakuan lembutnya, gue sampai harus meremas tali tas agar tetap sadar supaya nggak pingsan di depannya secara mendadak. Nanti malu dong kalo sampai terjadi.
"Ya udah, yuk berangkat. Takutnya macet lagi, nanti yang ada kita terlambat sampai kampus."
Devano bergerak lebih dulu untuk membuka pintu penumpang agar gue bisa masuk. Tangan sebelahnya berada di atas kepala gue bermaksud melindungi seandainya gue terpentok langit-langit mobil. Lagi-lagi diperlakukan seperti putri kerajaan buat gue ingin berteriak histeris.
Setelah gue masuk, Devano memutari mobil untuk sampai ke kursi pengemudi.
"Udah dipasang sabuk pengamannya?" Tanyanya sambil melirik ke arah gue.
Dengan polosnya gue menggeleng. Berhubung baru dua hari pacaran dan dua hari itu juga gue belum sempat naik mobil berdua dengannya, gue jadi nggak tahu gimana cara pakai sabuk pengaman mobil Devano yang mewah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY COLD HUSBAND (TAMAT)
General Fiction(Sudah Terbit dan tersedia di Shopee Firaz Media) Story 1 Jodoh itu seperti kelopak bunga yang masih mengkuncup, yang belum diketahui wujudnya. 💙 Nindya tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan dilamar secara mendadak oleh seseorang yang tak terdu...