"Lo nggak apa-apa?"Gue terdiam cukup lama begitu melihat siapa sosok cowok yang menanyakan keadaan gue yang hampir aja di apa-apakan oleh dua preman tersebut.
"Hei gue tanya, lo nggak apa-apa?" tanyanya lagi.
Dengan segera gue mengangguk. "Iya, gue ... nggak apa-apa," jawab gue.
Sejujurnya dibandingkan dua premier itu, sosok di depan gue saat ini lebih menyeramkan. Coba bayangkan, disaat udah malam begini bisa-bisanya dia berpakaian serba hitam, dari ujung kaki sampai ujung kepala semuanya hitam dan vibes menyeramkan itu di perkuat oleh helm full face hitam begitu pun dengan kacanya.
"Heh bocah ingusan! Berani banget ya Lo dorong gue sampai jatuh begini!" seruan dari preman berperut yang sedang berusaha bangkit.
Gue dan cowok berhelm itu kini menatap dua preman yang saling membantu agar bisa berdiri.
"Sorry tadi nggak sengaja dorong Abang-abang," sahut si cowok berhelm.
Gue harusnya merasa bersyukur bukan, sebab dengan kemunculan cowok misterius ini nyawa gue yang awalnya terancam kini bisa terselamatkan.
"Babi! Alasan lo klasik banget anjir. Jelas-jelas lo sengaja buat gue sama teman gue jatuh kan? Sini lo kalo berani!" preman berbadan tinggi itu berjalan menghampiri kami sambil menggulung lengan bajunya bersiap menghajar menggunakan tangan yang penuh tato itu.
Gue jelas ketakutan dan dengan pekanya cowok misterius itu menarik tangan gue untuk bersembunyi dibalik tubuh tegapnya. "Lo nggak boleh jauh-jauh dari belakang gue," ucapnya sambil bersiap-siap jika preman bertubuh tinggi itu menyerang.
Benar aja, selang beberapa detik sebuah pukulan di layangkan oleh si preman yang dengan sigap di tangkis oleh si cowok misterius.
Lalu preman berperut buncit itu ikut-ikutan menyerang ke arah wajah si cowok misterius. Keberuntungan lagi-lagi berpihak padanya sebab si preman berperut buncit langsung berteriak kesakitan lantaran meninju helm cowok misterius.
"Tolol! Lo kenapa malah tonjok helmnya? Kalo mau lawan dia pukul perutnya!" bentak si preman bertubuh tinggi itu.
"Kebawa emosi gue, mana sempat sadar kalo itu helm bukan kepala," sahut si preman berperut buncit diiringi ringisan.
Preman bertubuh tinggi itu terus memakai partnernya yang sedang kesakitan, tidak ada niatan buat menolong sama sekali. Gue yang melihatnya antara kasihan dan lucu juga.
Jarang lho lihat orang sangar tapi bisa bertingkah kocak gini.
"Jangan ketawa kalo lo nggak mau mereka semakin marah. Situasi kayak gini seharusnya kita gunakan buat kabur," ucap si cowok misterius itu sambil melirik gue dari sudut matanya, seketika gue langsung membekap mulut.
"Lo yakin kita bisa kabur tanpa mereka sadari?" tanya gue sedikit berbisik yang dibalas anggukan yakin olehnya.
Dia menyuruh gue untuk mundur secara perlahan saat dua preman itu mulai lengah karena asik saling mengalahkan. Ketika jsudah sedikit jauh dari dua preman tersebut, cowok misterius itu tiba-tiba berbalik badan menghadap gue dan tanpa aba-aba langsung menarik tangan gue sambil berseru. "Kabur!"
Gue sempat melirik kearah dua preman itu yang langsung menoleh kearah kami dan langsung mengejar.
"Lo kok bodoh banget sih, ngapain segala teriak padahal preman tadi nggak sadar kalo kita kabur!" seru gue disaat sedang berlari mengikuti tarikan cowok misterius itu. Gue kesal banget dengan tingkahnya.
"Gue sengaja ... supaya kita di kejar,"
Gue sukses dibuat tercengang, tak ayal tetap mengikutinya. Hingga kita sampai di sebuah pinggir jalan raya yang ramai sekali. Nafas gue memburu lantaran berlari lumayan jauh. Begitupun dengan si cowok misterius yang sampai harus membungkuk karena nafasnya tersengal-sengal.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY COLD HUSBAND (TAMAT)
Ficción General(Sudah Terbit dan tersedia di Shopee Firaz Media) Story 1 Jodoh itu seperti kelopak bunga yang masih mengkuncup, yang belum diketahui wujudnya. 💙 Nindya tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan dilamar secara mendadak oleh seseorang yang tak terdu...