Senior[6]

147 57 23
                                    

📌

.
.
.

"Aelah, mana diread doang lagi. Kayanya bener kata si Altav. Gue harus pake cara baik-baik. Dia bukan tipe penakut yang kalo dimarahin senior langsung minta maaf dan nurutin semua perintahnya. Kalo ini malah bikin gue ngerasa bersalah. Kan anjay" gumam Avran dalam hati sambil memandang pp wa Alfree.

Aelah bang jangan diliatin terus nanti suka.

•••

"Gue jadi bingung, si Avran itu bipolar apa gimana si. Avran yang pertama gue kenal baik, perhatian, eh yang sekarang udah kaya orang ngajak adu jotos aja"

"Awas neng..." teriak mang ucok yang membuyarkan lamunan Alfree.

Citttt..... Brukk...

Motor Alfree oleng dan menabrak pohon. Kini pandangannya kabur. Hitam putih yang bisa ia lihat dan Alfree pingsan.

Semua yang melihat langsung mengerubungi Alfree. Termasuk Avran dan Altav. "Vran" mata Altav langsung melotot ke arah Alfree.

Avran kemudian langsung membopong Alfree dan membawanya ke puskesmas. Kebetulan di depan SMK Harapan ada puskesmas.

Alfree tersadar dari pingsannya. Bukan, bukan kepala Alfree yang diperban. Melainkan kakinya. Dokter jaga bilang, kaki Alfree sedikit keseleo karena berusaha menahan motor.

Di ambang pintu ternyata sudah ada Gavin. "Al, lo gpp?".

"Kaki gue mama" Alfree berteriak histeris.

Gavin menutup telinganya. "Brisik bego, ini puskesmas".

"Maap" Alfree menunduk.

"Udah ayo pulang, tadi gue udah bayar" Alfree hanya mengangguk.

Gavin dan Alfree hendak pulang, namun tiba-tiba Avran dan Altav datang. "Ngapain kesini?"
Tanya Alfree ketus.

"Mau beli jamu. Ya nengokin kamu lah sayang"
Sahut Avran.

"Najis" Alfree bicara sangat pelan hingga hampir tak ada yang dapat mendengarnya.

"Najis katanya Vran" ledek Altav

"Lo gpp?"

"Lo gak liat gue jalan pincang?"

"Kok lo bisa jatuh?". Tanya Alfree.

"Gak usah sok perhatian. Gue kaya gini juga gara-gara lo" Alfree membuang mukanya ke arah lain.

"What" Avran menaikkan alisnya dan menengok ke arah Altav. Sedangkan Altav hanya mengangkat kedua bahunya.

"Heh lo berdua gak usah debat disini. Berisik, panas. Kalo mau ngobrol di rumah aja" teriak Gavin.

"Serius ni bang, boleh ke rumah".

"Dateng aja, tp nanti malem jangan sekarang. Kasihan tu bocah".

"Lo gila vin?" Teriak Alfree

"Sopan lo ngomong sama gue. Udah cepet sini, kita balik. Lama banget si lo jadi orang" Gavin terlihat mulai emosi.

Avran hendak membantu Alfree berjalan namun dengan cepat ditepis oleh Alfree.

"Gak usah lebay. Lo kira gue bocah". Ucap Alfree sambil berjalan meninggalkan Avran.

Alfree memeluk Gavin erat. Dan Gavin tahu jika adiknya seperti ini pasti sedang terjadi sesuatu pada dirinya.

•••

"Itu Gavin kan vay?" Ana menunjuk Gavin dan Alfree yang lewat dihadapannya.

Vaya adalah teman dekat Gavin. Mereka memang dekat tapi belum pacaran. Dan Ana adalah teman akrab Vaya.

"Iya" balas Vaya singkat.

Ana mengerutkan keningnya. "Lo gak cemburu? Tanya Ana.

Vaya tersenyum. "Paling dia adiknya an, mereka emang suka kaya orang pacaran".

"Ohh. Lo udah tau banyak ya tentang Gavin" goda Ana.

"Biasa aja lagi" sahut Vaya.

"Eh tapi kalo si Anggi liat, pasti dia kira tu anak pacarnya. Terus bisa-bisa, siapa nama adiknya?".

"Alfree"

Ana melanjutkan ucapannya. "Bisa-bisa si Alfree dilabrak abis-abisan sama si Anggi dan geng cabe-cabeannya itu"

"Tenang aja. Alfree gak lemah kaya yang lo pikirin. Yang ada si Anggi yang diterkam sama dia".

"Wah keren dong" Vaya hanya tersenyum.

Dan benar saja. Keesokan harinya Anggi dan teman-temannya melihat Gavin yang menganatarkan Alfree. Seperti biasa Alfree memeluk erat tubuh Gavin.

"Gue gak bakal biarin tu cabe ngerebut Gavin. Hari ini juga kita buat kapok dia". Ucap Anggi.

"Siap bu bos" jawab geng cabe Anggi.

Bel pulang sudah berbunyi, meski kaki Alfree masih sakit tapi hari ini ia memaksakan untuk berangkat.

Namun hari ini Alfree tak dijemput oleh Gavin. Dan lagi-lagi ia memilih untuk jalan kaki. Saat dipertengahan jalan, tiba-tiba Alfree ditarik dan langsung ditampar oleh Anggi.

Alfree ingin memberontak tapi kondisi kakinya lah yang menghalangi dia. "Gak usah sok kecentilan sama Gavin, dia pacar gue. Dan ini peringatan terakhir buat lo".

"Najis Gavin lo punya pacar kaya mak lampir anjay" teriaknya tepat di depan muka Anggi.

Sehingga Mona, menarik rambut Alfree dan ke belakang dan dia juga langsung didorong oleh Anggi hingga tersungkur ke jalan.

"Lo liat apa yang bakal terjadi setelah ini" Alfree membuang ludahnya.

Plak..

Lagi-lagi Alfree ditampar oleh Anggi.

"Abisin sekalian nggi. Biar dia kapok"

"Awwww.. Lepasin bego. Sakit" Anggi mendelik tajam.

=>

Gimana nasib Alfree? Tentunya akan ada dipart berikutnya.
See you next chapter guys💛

SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang