Senior[9]

119 42 4
                                    

📌

.
.
.

Ceklek.

Gavin masuk ke dalam rumah dan mendapati Avran sudah tertidur pulas. "Malah tidur lagi ni bocah".

Gavin menepuk bahu Avran. "Hust, bangun".

Ceklek.

"Vin, dia siapa?" Tanya papah.

"Eh papah, dia Avran pah. Yang nolongin anak perempuan papah. Tadi aku suruh nungguin Alfree. Soalnya takut dia kabur. Eh malah ketiduran" jelas Gavin.

"Ya udah bangunin, tanya mau pulang apa nginep. Kalo dia mau nginep gpp. Tapi suruh tidur di paviliun" balas mamah yang kemudian pergi menyusul papah.

"Vran bangun, wey" Gavin menarik tangan Avran.

"Udah pagi?" Tanyanya.

"Pagi nenek lo" sahut Gavin kesal.

"Lo pulang apa mau nginep. Tapi lo nginep aja, mamah sama papah udah ijinin tapi lo tidur paviliun. Gue gak ijinin lo pulang takut lo nabrak. Mata lo udah 5 watt. Takutnya mati nantu gue sama keluarga gue yang disalahin" cerocos Gavin.

"Kaya cewek lu bang cerewet. Ya udah gue ke paviliun dulu". Avran beranjak pergi ke paviliun.

•••

Matahari menyelinap masuk ke sela-sela jendela. Sinarnya tepat mengenai muka Avran.

"Den bangun, disuruh ikut sarapan sama bapak dan ibu" suara mang ipung membuat Avran langsung duduk dan bangkit dari tidurnya.

"Serius den, mending sekarang cuci muka terus gosok gigi" suruh mang ipung.

Avran langsung bergegas pergi ke kamar mandi dan kini ia sudah duduk di meja makan bersama keluarga Alfree.

"Jadi kamu yang namanya Avran, makasih ya udah nolongin Alfree" ucap papah.

"Iy om sama-sama" Avran tersenyum.

Duh dug dug...

Alfree turun dari lantai atas menuju meja makan. Ia hanya menatap Avran sekilas lalu membuang muka.

"Fre, pacarnya jangan dicuekin dong". Ledek mamah

"Apa si mah, dia bukan pacar aku. Dia kaka kelas aku" ia kembali menyuapkan sesendok nasi goreng ke mulutnya.

Ngomong-ngomong ini ceritanya hari minggu gaes.

"Duh kasian gak dianggep vran" ujar papah yang menepuk pundak Avran.

Avran hanya cengengesan.

Bruk..

Alfree berdiri dan setengah membanting sendok yang ia pegang. Lalu ia kembali pergi ke kamar tanpa menyelesaikan sarapannya.

Papah, mamah, Gavin, dan Avran hanya menggelengkan kepalanya pelan.

•••

Sudah 3 hari Alfree ijin sekolah. Dan pagi ini ia sudah berada di kelasnya. "Pagi gaes" sapa Alfree.

"Bebep aku" teriak Aldo.

"Paan, berisik banget lo jadi laki" sahut Gina kesal.

"Hai sayang,berangkat juga. Aku udah kangen tahu" siapa lagi kalo bukan Fiko si ketua kelas brengsul itu.

"Hm".

"Tumben kaga marah-marah" sahut seorang siswa.

"Lagi gak mood gue" jawab Alfree.

"Tapi kamu asikan yang cerewet bep" sahut Aldo lagi.

"Aduh do, gue belum 100% pulih. Jadi jangan bikin gue kesel. Kalo gue drop lagi gimana?".

"Iya maap" Aldo cengengesan.

"Tuh denger" sahut Fiko.

"Lo juga brengsul" sahut Gina.

"Eh, lo udah gpp?" Tanya Gina.

Alfree hanya menggeleng. Bel masuk berbunyi. Dan sekarang bel istirahatlah yang berbunyi.

"Kantin ga al?" Tanya Gina.

"Nggak. Males".

"Ya udah gue tinggal ya" Alfree mengangguk.

"Al?" Gina kembali memanggilnya.

"What?" Tanya Alfree.

"Ada yang nyari nih, gue langsung kantin ya" ucap Gina lalu pergi berlari ke arah kantin.

"Paling tau-tau udah nguping" gumam Alfee dalam hati.

Saat didepan pintu, Alfree berdecak kesal. "Ngapain kesini? Kalo masalah kepsek hari ini dia gak berangkat. Besok aja. Sana pergi gue mau tidur"

Ckk.

"Apa?" Tanya Alfree.

"Ikut gue ke kantin".

"Ngapa?" Sahut Alfree kesal.

"Gue disuruh sama tante dan om. Katanya lo tadi pagi gak sarapan. Jadi gue harus pastiin lo makan pas jam istirahat" jelasnya.

"Lo mau jadi babybrother gue?" Tanya Alfree kesal.

Avran mengehela nafas kasar. "Bawel"

"Brengsul lo" balas Alfree tak kalah jleb kata-katanya.

Alfree mulai sadar ia diperhatikan banyak siswa. Ia mulai risih dan mencoba menyingkarkan tangan Avran dari tangannya. "Gak usah liat-liat! Mau apa lo semua?"

Suara Avran menggelegar seujung koridor. "Gak usah teriak-teriak bisa kali" suruh Alfree.

"Iya tuan putri. Sekarang duduk" suruh Avran.

"Gak" Alfree melotot namun Avran malah memegang kedua bahu Alfree dan mendudukannya dikursi kantin.

Banyak pasang mata yang memperhatikannya. Mereka banyak yang berbisik. Sungguh saat itu ingin sekali ia menonjok satu persatu orang-orang itu.

"Tahan, kalo mau adu jambak nanti aja pas udah sembuh total. Tangan lo masih sakit kan?! Nanti lo kalah gue yang repot"

Alfree lagi-lagi mendelik tajam ke arah Avran.

=>

Kenapa Avran malah jadi kaya babybrothernya Alfree?
See you next chapter guys💛

SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang