||PROLOGUE||

54 10 11
                                    

   "Ibu... Aku takut..."

   Gadis kecil itu meringkuk di sudut kamar tidurnya. Seorang wanita paruh baya yang berada di sampingnya pun memeluk gadis kecil itu.

   "Tenanglah, kita akan baik - baik saja..."

   Gadis itu menangis terisak begitu mendengar bunyi tembakan dan ledakan di luar rumahnya. Mengerikan.

—Live Fast for The Moment—

   Cukup banyak warga yang berguguran akibat serangan dadakan dari clan Xiaa. Para prajurit mengorbankan nyawa mereka demi melindungi para warga dan clan mereka. Bunyi tembakan serta ledakan terdengar dimana-mana. Para prajurit sudah banyak yang terluka. Walaupun begitu, mereka masih terus mempertahankan clan mereka.

   "Alec! Amankan para warga yang tersisa sekarang! " perintah seorang lelaki yang mengenakan seragam khas dari clan-nya.

   Prajurit yang bernama Alec itu segera mengangguk singkat. "Siap!"

   Prajurit muda tersebut pun berlari menuju rumah-rumah masyarakat. Ia memeriksa rumah tersebut satu per satu, memastikan jika masih ada orang di dalam rumah tersebut. Ia menemukan beberapa anak kecil yang sembunyi di dalam lemari, tanpa kedua orang tua mereka. Kondisi mereka sangat memprihatikan. Alec segera membawa anak-anak itu menuju hutan lalu memasukkan mereka ke dalam mobil.

   "Kalian akan dibawa ke tempat perlindungan. Jadilah anak baik," ucapnya lembut.

   Alec menutup pintu mobil lalu memberi kode pada sang pengemudi untuk menjalankan mobilnya.

   "Tunggu, Alec!" ucap sang pengemudi mobil itu.

   Alec menoleh lalu berjalan mendekat pada sang pengemudi. "Ada apa?"

   "Alec, kembalilah dengan selamat, atau Natalie tidak akan memaafkanku." ungkapnya. Kekhawatiran terpancar dari wajahnya

   "Aku berjanji, kak," ucapnya mantap sebelum keluar dari hutan.

   Alec kembali memeriksa rumah - rumah masyarakat. Tak lama, ia mendengar teriakan dari salah satu rumah. Ia berjalan mengendap - endap sambil mengawasi keadaan rumah itu. Alec memeriksa ruangan-ruangan pada rumah tersebut, namun hasilnya nihil. Tidak ada siapapun di sana. Alec berjalan menuju salah satu kamar yang pintunya tertutup. Saat membuka pintunya, Alec disambut oleh senjata rifle M-16 dari seorang prajurit clan Xiaa, clan yang menyerang wilayah mereka.

   "Jatuhkan senjatamu!" perintah prajurit itu dengan menodong Alec.

   Alec mengedarkan pandangannya. Dia melihat seorang gadis kecil yang memeluk mayat ibunya sambil menangis terisak. Sungguh, biadab sekali prajurit di depannya ini. Terlintas sebuah rencana di dalam kepala Alec. Alec menjatuhkan senjata yang dipegangnya. Prajurit tersebut kemudian menendang Alec hingga jatuh ke lantai dasar. Tidak sampai disitu, prajurit tersebut membidik Alec lalu menembaknya. Beruntung Alec masih bisa menghindar. Ia bersembunyi di dapur. Prajurit tersebut pun turun lalu mencari Alec. Alec berjalan perlahan kemudian mengambil pisau dapur. Kemudian Alec bersembunyi di samping lemari kayu.

   Bunyi langkah kaki terdengar. Sepertinya prajurit itu mengikutinya. Alec menyeringai. Rencananya berhasil.

   Prajurit tersebut berjalan perlahan menuju dapur. Matanya tak henti menelisik penjuru ruangan kosong tersebut. Ia berjalan melewati sebuah lemari kayu yang besar. Alec yang melihat kedatangan prajurit itu segera keluar lalu menikam leher prajurit tersebut beberapa kali. Prajurit tersebut menembakkan pelurunya ke sembarang arah. Kesadarannya kian menipis. Kakinya lemah dan akhirnya tubuhnya ambruk ke lantai. Alec segera membersihkan darah pada tangannya lalu mengambil senjatanya. Dia segera berlari menuju ruangan gadis kecil yang dilihatnya tadi.

   "J-jangan sakiti a-aku," cicit gadis kecil itu ketakutan.

   "Tenanglah, aku tidak akan menyakitimu... Aku akan membawamu ke tempat yang aman," ucapnya seraya menjulurkan tangannya.

   Gadis kecil itu menatap tangan Alec sebentar sebelum menerima uluran tangannya. Mereka pun berjalan bersama menuju hutan. Saat sampai, gadis itu pun masuk ke dalam mobil. Pengemudi mobil itu turun dari mobilnya lalu mendekati Alec.

   "Martin memerintahkan kalian untuk mundur."

   Alec mengernyit heran. Tidak biasanya Martin—pemimpin clan-nya—memerintahkan untuk mundur. "Apa? Kenapa?"

   "Entahlah. Laksanakan saja perintahnya."

   Alec mengangguk. Ia kembali ke pertempuran. Para prajurit sudah banyak yang gugur. Alec mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat itu. Pandangannya berhenti pada seseorang, jendral Mike Denzel Brandon. Alec pun mendekati Mike.

   "Tuan Mike! Tuan Martin memerintahkan kita untuk mundur."

   Mike pun mengangguk. Namun, prajurit dari clan Xiaa mundur lebih dahulu, tanpa alasan yang jelas. Tak lama, beberapa mobil pun datang. Mereka menjemput para prajurit dan membawa jasad-jasad prajurit yang gugur.

 Mereka menjemput para prajurit dan membawa jasad-jasad prajurit yang gugur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

——————————

<Fox-Clan>

-Live Fast for The Moment

(Prologue)

——————————

Gimana prolognya? Seru gak? Kalau enggak, yaudalah...

~See you later!

——————————

Live Fast for The MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang